Suami saya, umur 47 tahun, mengeluh pendengaran pada telinga kanannya berkurang. Dia berobat ke puskesmas, ternyata ada kotoran di telinga. Oleh dokter, kotoran itu dikeluarkan. Namun, dia tetap merasa pendengaran telinganya berkurang. Akhirnya dokter merujuk ke spesialis telinga, hidung, dan tenggorok atau THT. Lalu dilakukan pemeriksaan lengkap.
Selain pemeriksaan telinga, hidung, dan tenggorok, juga dilakukan perabaan kelenjar limfe. Menurut dokter, kelenjar limfe di bagian leher kanan membesar. Suami saya kemudian menjalani pemeriksaan laboratorium, biopsi kelenjar, dan CT scan. Dokter memberitahukan hasilnya, ternyata suami saya menderita kanker nasofaring.
Menurut dokter, kanker ini sering ditemukan di Indonesia. Rencana yang akan dilakukan adalah membicarakan bersama dengan pakar lain mengenai rencana terapi, tetapi menurut perkiraan dokter spesialis tersebut kemungkinan akan dilakukan radioterapi.
Suami saya agak khawatir. Sewaktu akan dilakukan biopsi kelenjar, dia menolak karena mendapat informasi dari teman dan keluarga jika kanker dibiopsi akan menjalar. Dokter kemudian mempersilakan suami saya mencari informasi mengenai pentingnya biopsi serta efek sampingnya sehingga barulah suami saya yakin dan bersedia dibiopsi. Menurut dokter, radioterapi termasuk prosedur yang aman, tetapi harus dilaksanakan sampai selesai, tak boleh putus di tengah jalan. Dokter meminta kami kembali satu minggu kemudian untuk memastikan terapi yang akan dipilih.
Pada pertemuan berikutnya dokter melaporkan kesepakatan para pakar setelah membahas keadaan klinis, laboratorium, dan hasil patologi kelenjar. Suami saya diputuskan untuk melakukan terapi dengan radiasi. Untunglah suami saya peserta BPJS sehingga biaya akan ditanggung BPJS.
Suami saya diberi surat pengantar ke salah satu rumah sakit. Ternyata suami saya masuk daftar tunggu. Mereka yang menjalani radioterapi amat banyak. Ternyata tidak semua rumah sakit dapat melakukan radioterapi. Hanya rumah sakit tertentu yang mempunyai peralatan radioterapi. Selama menunggu, suami saya menjalani hidup sehat. Cukup istirahat, makan yang baik, tidur cukup, dan mencoba menghilangkan segala kekhawatiran. Dia sudah menerima bahwa dia terkena kanker dan percaya kepada dokter yang menangani serta rajin berdoa.
Kenapa hanya sedikit rumah sakit yang mempunyai alat radioterapi padahal kebutuhannya tinggi? Apakah untuk memberikan pengobatan radioterapi diperlukan keahlian khusus karena sekarang yang menangani suami saya adalah spesialis radioterapi? Apa bedanya spesialis radioterapi dan spesialis radiologi? Benarkah radioterapi merupakan tindakan yang aman? Apa saja efek sampingnya? Terima kasih atas penjelasan dokter.
M di B
Radioterapi merupakan salah satu terapi untuk mengobati kanker. Jadi, pengobatan kanker terdiri atas operasi, kemoterapi, dan radioterapi. Pilihan terapi kanker dapat ditentukan jika kanker itu diketahui jenisnya (patologinya), apakah masih setempat atau sudah menyebar (stadiumnya). Untuk mengetahui jenisnya, hasil patologi amat menentukan. Karena itulah, perlu dilakukan tindakan biopsi.
Memang banyak beredar mitos tentang biopsi. Namun, para pakar kesehatan sepakat tindakan ini amat penting untuk menentukan apakah pembengkakan itu kanker atau bukan, dan jika kanker, dapat ditentukan jenisnya. Dengan diketahuinya keadaan kanker nasofaring suami Anda, pilihan terapi yang tepat dapat dilakukan. Para pakar sepakat pilihan yang tepat untuk kasus suami Anda adalah radioterapi, maka jalanilah pengobatan tersebut secara teratur sampai selesai.
Alat radioterapi amat mahal. Karena itu, hanya rumah sakit rujukan yang mempunyai alat radioterapi. Untuk menggunakan alat radioterapi dengan baik, diperlukan dokter spesialis radioterapi beserta timnya. Dokter spesialis radioterapi akan ikut menentukan pilihan terapi kanker. Dia bertanggung jawab untuk melaksanakan terapi itu dengan benar. Dokter spesialis radioterapi akan menghitung dosis radiasi yang diperlukan, menentukan berapa kali harus radiasi, dan biasanya juga membuat gambar di mana radiasi harus dilakukan.
Sebenarnya ada dua cara pemberian radiasi untuk kanker, yaitu radiasi dari luar dan radiasi dari dalam. Pelaksanaan radiasi dari dalam biasanya dilakukan dengan menempatkan zat radioaktif dari dalam tubuh dengan cara dicangkokkan.
Jumlah orang yang memerlukan radioterapi di Indonesia memang banyak karena pemberian radioterapi dapat dilakukan sendiri, tetapi juga sering harus dilakukan bersama tindakan bedah atau kemoterapi. Jadi, mungkin saja ada penderita kanker yang setelah dioperasi harus dilanjutkan dengan terapi radiasi.
Selain harga alat radioterapi mahal, ruangan untuk alat harus disediakan secara khusus agar radiasi zat radioaktif tidak mengenai orang yang berada di sekitar ruang tersebut. Ruangan harus dilapisi logam tertentu. Petugas yang bekerja di unit radioterapi juga harus menggunakan alat pengukur radioaktif agar tak terpapar zat radioaktif melebihi yang diizinkan.
Nah, Anda sudah mengenal spesialis radiologi, spesialis yang melakukan pemeriksaan radiologi dan imaging (pencitraan). Masyarakat lebih mengenalnya sebagai dokter spesialis yang berperan dalam diagnosis penyakit. Karena itu, mereka sering juga disebut pakar radiologi diagnostik, sedangkan spesialis radioterapi adalah pakar yang menggunakan radiasi zat radioaktif untuk pengobatan, sering untuk pengobatan kanker. Jumlah dokter spesialis radioterapi belum banyak di Indonesia. Jadi, di samping alat radioterapi mahal, untuk dapat berfungsi dengan baik harus ditangani oleh spesialis radioterapi.
Terapi radiasi di Indonesia terutama di rumah sakit pemerintah masih disubsidi pemerintah. Jika pasien yang memerlukan radioterapi berobat ke luar negeri, harga sekali radiasi di luar negeri mungkin 10 kali lipat dibandingkan dengan di Indonesia. Pengobatan radioterapi harus dilakukan teratur sesuai rencana dan harus sampai selesai agar hasil pengobatan memuaskan.
Biasanya radioterapi dilakukan lima kali seminggu. Manfaat radioterapi dapat mengecilkan, bahkan menyembuhkan kanker tertentu. Efek sampingnya biasanya berupa kehitaman sekitar lokasi radiasi. Pasien mungkin juga merasa lemah, rambut rontok, juga ada yang mual dan muntah. Namun, pada umumnya efek samping ini ringan.
Untuk dapat mengatasi efek samping radioterapi, pasien perlu istirahat cukup, makan yang baik, jangan terlalu banyak terpapar sinar matahari. Jika ada efek samping yang menonjol, laporkan kepada dokter yang memberikan terapi agar dapat diatasi.
Dulu kanker merupakan penyakit yang menakutkan karena angka keberhasilan terapinya rendah. Hasil yang rendah ini disebabkan kanker terdiagnosis pada stadium lanjut. Sekarang dengan kepedulian masyarakat terhadap kanker, sudah mulai banyak pasien yang terdiagnosis pada keadaan dini sehingga hasil terapi amat baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar