Peribahasa atau filosofi hidup bahwa satu musuh terlalu banyak dan 1.000 kawan masih kurang ternyata juga ditemukan di dunia Arab yang dikenal sarat konflik dan konspirasi tanpa jeda.
Persisnya ditemukan dan berlaku di negeri Oman berkat kebijakan netral dan sejuk Sultan Qaboos bin Said yang wafat dalam usia 79 tahun pada Jumat (10/1/2020).
Itulah yang membuat harian Al Quds Al Arabi edisi Minggu (12/1) menurunkan tajuk rencana dengan judul "Kawan dan Lawan Melepas Jenazah Sultan Qaboos bin Said".
Sultan Qaboos bin Said adalah penguasa negeri Oman selama setengah abad, dari 1970 hingga wafatnya Jumat pekan lalu. Oman adalah negara yang terletak di Jazirah al-Arab tenggara dengan penduduk 4.829.473 jiwa.
Sultan Haitham bin Tariq al-Said (66), yang merupakan saudara sepupu Sultan Qaboos, langsung diumumkan sebagai pengganti Sultan Qaboos untuk memimpin Oman setelah era Sultan Qaboos.
Harian itu memilih judul tajuk rencana tersebut untuk mengenang Sultan Qaboos yang berhasil membawa negaranya saat berkuasa selama 50 tahun menjadi negara tanpa musuh. Oman juga hidup berdampingan secara baik dan damai dengan semua negara tetangga dengan berbagai latar belakang agama, mazhab agama, aliran ideologi, dan visi politik.
Sultan Qaboos juga berhasil membawa negeri Oman yang semula bersahaja dan miskin menjadi negara kaya sehingga relatif sejajar dengan negara Arab Teluk kaya lain, seperti Arab Saudi, Qatar, Kuwait, Bahrain, dan Uni Emirat Arab (UEA).
Oman kini menduduki urutan negara kaya ke-64 di dunia meskipun penduduknya kurang dari 5 juta jiwa. Oman saat ini tercatat sebagai negara pemilik cadangan minyak urutan ke-23 terbesar di dunia dan urutan ke-27 pemilik cadangan gas terbesar di dunia.
Oman pun menjadi anggota Dewan Kerja Sama Teluk (GCC) sejak terbentuknya pada 1981. GCC dikenal wadah kelompok negara kaya Arab yang memiliki kekayaan berbasis minyak dan gas. Anggota GCC adalah Arab Saudi, Kuwait, Qatar, Bahrain, UEA, dan Oman.
Karena itu, Oman dengan ekonominya yang kuat mampu menjalankan kebijakan independen yang jauh dari pengaruh dan dikte kekuatan asing. Hal itu yang membuat posisi Oman menjadi sangat terhormat dan disegani oleh siapa pun.
Itu pula yang berada di balik para pemimpin Arab dan Timur Tengah yang secara politik bermusuhan Minggu (12/1) berbondong-bondong melayat ke Muscat, ibu kota Oman, untuk memberi penghormatan terakhir kali kepada Sultan Qaboos.
Para pemimpin tersebut adalah Emir Qatar Sheikh Tamim bin Hamd al-Thani, Putra Mahkota Abu Dhabi Sheikh Mohammed Bin Zayed Al-Nahyan, dan Raja Bahrain Hamad bin Isa al-Khalifa.
Pemimpin Palestina yang saling bersaing, yaitu Presiden Palestina Mahmoud Abbas dan pemimpin Hamas Ismail Haniyeh, juga sama-sama mengunjungi Oman pada Minggu.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan Minggu lalu mengirim ucapan belasungkawa pula atas wafatnya Sultan Qaboos.
Adapun Raja Arab Saudi Salman bin Abdelaziz mengunjungi Oman pada Senin (13/1).
Di Kairo, Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sisi, Sabtu (11/1), mengumumkan berkabung selama tiga hari atas wafatnya Sultan Qaboos.
Presiden Iran Hassan Rouhani, Senin (13/1), mengirim ucapan belasungkawa atas wafatnya Sultan Qaboos dan sekaligus mengirim ucapan selamat kepada Sultan Haitham bin Tariq al-Said, sang sultan baru.
Raja Arab Saudi Salman bin Abdelaziz, Senin (13/1), melayat langsung ke Muscat.
Maka, bisa disebut almarhum Sultan Qaboos adalah tokoh bangsa Arab yang memiliki filosofi hidup sangat mulia dan sukses besar menanam nilai-nilai kehidupan toleransi hakiki di dunia Arab.
Oman menjalin hubungan baik dan menjaga jarak yang sama dengan semua poros dalam pertarungan geopolitik di Timur Tengah saat ini. Oman menjaga hubungan baik dengan poros Arab Saudi, Uni Emirat Arab (UEA), dan Mesir. Oman juga bersahabat dengan poros Turki-Qatar serta poros Iran dan loyalisnya. Sebaliknya semua poros itu melihat Oman sebagai sahabatnya.
Dalam ranah internasional, Oman membangun hubungan yang imbang dengan Amerika Serikat (AS), Rusia, dan China. Bahkan, Oman menjalin hubungan baik dengan Israel.
Oman adalah negara Arab Teluk pertama yang dikunjungi mendiang PM Israel, Yitzhak Rabin, pada 1994 seusai tercapainya kesepakatan Oslo Israel-Palestina pada 1993.
Pada 1996, PM Israel Shimon Peres juga mengunjungi Oman. PM Israel Benjamin Netanyahu berkunjung pula ke Muscat pada 25 Oktober 2018.
Para pemimpin Arab tampak justru memaklumi jika Kesultanan Oman mengambil jalan independen yang berbeda dari negara Arab lain dan sekaligus menjadi ciri khasnya.
Oman berani tidak ikut bergabung dengan dunia Arab ketika semua negara Arab memboikot dengan memutus hubungan diplomatik dengan Mesir setelah Kairo menandatangani kesepakatan damai Camp David dengan Israel pada 1979. Maka, Mesir sampai saat ini sangat menghormati Oman dan Sultan Qaboos karena Kairo tidak lupa sikap Oman yang tetap bersamanya tatkala Kairo dikucilkan dunia Arab pada akhir 1970-an dan 1980-an.
Oman kembali memilih sikap netral ketika pecah perang Irak-Iran tahun 1980-1988. Pada saat itu, sebagian besar negara Arab, termasuk GCC, mendukung Irak melawan Iran. Maka, Iran sampai sekarang sangat menghormati Oman karena tidak memihak Irak dalam perang melawan Iran.
Oman pun menolak bergabung dengan koalisi Arab pimpinan Arab Saudi dalam perang melawan kelompok Al-Houthi di Yaman sejak Maret 2015 yang terus berlanjut sampai saat ini.
Sikap Oman yang netral dalam semua konflik dan perang di Timur Tengah itu membuat negeri itu selalu diterima sebagai mediator dalam berbagai konflik di kawasan itu.
Adalah Oman yang menjadi tempat perundingan rahasia AS-Iran sehingga tercapai kesepakatan Nuklir Iran pada 2015. Oman juga menjadi tempat berbagai perundingan antara Arab Saudi dan kelompok Al-Houthi dalam upaya mencapai kesepakatan damai di Yaman.
Menlu Oman, Yusuf bin Alawi juga terlibat langsung menjadi mediator AS-Iran menyusul ketegangan kedua negara itu sejak Presiden AS Donald Trump membatalkan secara sepihak kesepakatan Nuklir Iran pada Mei 2018 hingga peristiwa tewasnya Komandan Brigade Al-Quds Mayjen Qassem Soleimani di bandara internasional Baghdad, Jumat (3/1), oleh serangan pesawat tanpa awak (drone) AS.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar