Tahun baru bukan sekadar mengganti lembar kalender yang baru. Melainkan, ada harapan dan niat baik yang diformulasikan menjadi resolusi yang akan dilakukan pada tahun yang baru. Ada yang ingin lebih sehat, lebih baik keuangannya, atau lebih bisa berbagi kepada sesama.
Salah satu niat baik itu adalah menata kembali keuangan kita. Setidaknya ada empat hal yang bisa dilakukan untuk mengatur kembali keuangan mulai awal tahun.
Pertama, menyusun anggaran bulanan. Ada banyak yang hidup dari gaji ke gaji setiap bulan, atau bahkan lebih besar pasak daripada tiang karena tidak mampu mengontrol ke mana pendapatannya mengalir. Tidak paham mana yang semestinya menjadi prioritas atau sekadar keinginan.
Menyusun anggaran bulanan membantu kita mengetahui ke mana larinya pendapatan. Bisa jadi, sebagian besar pendapatan habis hanya untuk hal-hal yang sebenarnya tidak begitu diperlukan.
Akibatnya, alokasi untuk pos pengeluaran yang sebenarnya penting jadi tidak kebagian dana. Akhirnya, kita selalu merasa pendapatan kurang terus atau habis sebelum dapat pemasukan baru atau masa gajian tiba.
Hal kedua yang perlu mendapat perhatian adalah pengelolaan utang. Sekarang ini, utang dapat diperoleh dengan sangat mudah. Bahkan hanya dengan beberapa kali klik saja, dana sudah masuk.
Rasanya seperti mendapatkan penghasilan tambahan, padahal utang. Dan, utang tanpa agunan mengenakan tingkat bunga sangat tinggi. Demikian pula dengan cicilan tanpa bunga dari kartu kredit.
Idealnya, cicilan utang dalam satu bulan maksimal 30 persen dari pendapatan bulanan. Jika lebih, akan membuat pos pengeluaran lain terganggu karena penghasilan tersedot untuk membayar utang.
Jika porsi utang lebih banyak, cara untuk mengatasinya adalah melunasi utang yang berbunga tinggi terlebih dahulu. Dana dapat dicari dengan menambah penghasilan atau memangkas pengeluaran lain. Bisa juga dengan menjual aset yang ada.
Ketiga, bersiap untuk masa sulit. Ada banyak hal yang mungkin terjadi tahun ini. Kejadian buruk ataupun baik dapat berdampak pada kehidupan kita, termasuk aspek keuangan.
Misalnya saja, kondisi perusahaan yang memburuk sehingga menimbulkan pemutusan hubungan kerja, kesehatan menurun, bencana alam yang merugikan harta benda, atau kematian. Risiko ini dapat dimitigasi dengan memiliki asuransi.
Pastikan asuransi jiwa, asuransi kesehatan, asuransi rumah dan mobil, serta asuransi lainnya telah mencukupi. Biaya rumah sakit juga terus meningkat. Evaluasi kembali apakah asuransi kesehatan yang kita miliki masih mencukupi.
Jika rumah sudah lunas dari cicilan utang bank, akan lebih baik asuransinya tetap dilanjutkan. Lindungi aset dari kebakaran, banjir, dan gempa bumi. Demikian pula dengan asuransi mobil, teliti kembali apakah perlindungannya mencukupi.
Keempat, mulailah berinvestasi. Bagi yang belum berinvestasi, mulailah dengan jumlah kecil dan berinvestasi pada aset rendah risiko, seperti reksadana pasar uang.
Saat ini, reksadana pasar uang sudah dapat diperoleh secara daring dengan minimal pembelian Rp 10.000 saja, tidak lebih mahal daripada secangkir kopi susu atau sebungkus rokok.
Pilihan lain adalah obligasi ritel pemerintah. Obligasi ritel dapat dibeli dengan pembelian minimal Rp 1 juta, juga secara daring. Kebiasaan berinvestasi akan membuat keuangan menjadi lebih baik.
Sementara untuk mereka yang sudah mulai berinvestasi, maksimalkan aset yang ada. Hitung kinerja dari aset yang dimiliki tahun lalu. Semisal, kinerja di pasar saham sedang kurang baik, sementara harga emas meningkat. Maka, sebagian aset dari pasar modal dapat dipindahkan ke kelas aset lainnya, seperti emas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar