Memiliki bisnis sendiri merupakan impian sebagian orang. Bisnis diharapkan berjalan lancar sehinggacuan datang ke kantong.
Hanya saja, mengelola bisnis memerlukan antara lain keterampilan manajerial, waktu, dan dana. Tidak jarang bisnis menjadi tidak berkembang bahkan mati karena pemiliknya kurang keterampilan atau dana. Atau karena faktor lain, seperti persaingan usaha. Ujungnya, dana investasi yang sudah dikeluarkan, jumlah bisa jutaan, puluhan juta, ratusan juta bahkan lebih, malahan berkurang atau hilang.
Perkembangan teknologi digital memungkinkan mimpi memiliki bisnis sendiri terwujud. Selain itu, modal yang diperlukan juga lebih sedikit.
Cara kerjanya, sebuah platform digital urun dana investasi (equity crowdfunding) menawarkan bisnis yang layak didanai oleh para investor. Investor yang tertarik beramai-ramai mendanai bisnis tersebut. Dalam satu bisnis, dapat saja menarik puluhan bahkan ratusan investor. Bisnis itu dapat berbentuk usaha, dapat juga berbentuk kepemilikan properti bersama.
Bagi pemilik bisnis awal, mereka mendapatkan dana segar untuk berbisnis atau untuk berekspansi. Mereka juga tidak perlu berutang dan membayar bunga. Mereka memberikan sebagian saham atau kepemilikan dari bisnis tersebut untuk dimiliki beramai-ramai. Ketika ada keuntungan, pemilik bisnis awal membagikan keuntungan tersebut kepada para investor. Investor juga mendapatkan hak pada rapat umum pemegang saham.
Bagi para investor, ada beberapa keuntungan ketika ikut urunan investasi pada bisnis ini. Investasi biasanya jauh lebih kecil ketimbang membangun bisnis sendiri. Para penyelenggara urun investasi ini mematok dana investasi minimal sebesar Rp 1 juta atau Rp 5 juta. Dengan dana investasi sebesar itu, investor sudah dapat memiliki saham pada sebuah usaha, seperti usaha kuliner atau usaha rumah indekos.
Dengan investasi minimal ini, berarti risiko yang ditanggung investor lebih kecil ketimbang harus membangun bisnis sendiri. Sebuah usaha kuliner, misalnya, dapat memerlukan dana hingga ratusan juta rupiah. Demikian pula untuk membeli properti yang akan dioperasikan sebagai rumah kos,perlu dana hingga miliaran rupiah.
Platform digital juga sangat memudahkan investor untuk berinvestasi. Investor dari sejumlah kota di Indonesia dapat bertemu dalam satu platform dan berinvestasi bersama dalam sebuah bisnis.
Imbal hasil yang didapatkan dari urunan investasi juga tentu lebih besar ketimbang bunga perbankan. Imbal hasil yang ditawarkan mencapai 20 persen per tahun.
Risiko
Skema seperti ini memiliki kemudahan dan menjanjikan imbal hasil. Akan tetapi, tentu ada juga risikonya. Risiko muncul apabila bisnis tersebut tidak berjalan seperti yang diharapkan karena berbagai macam faktor. Ketika bisnis tidak berjalan seperti yang diharapkan, tentu imbal hasil tidak seperti yang dijanjikan.
Risiko lain adalah investasi ini tidak likuid. Maksudnya, jika hendak keluar dari bisnis ini, saham yang kita miliki tidak dapat cepat dijadikan uang. Berbeda dengan saham yang dipasarkan melalui bursa efek, saham bisnis ini tidak dapat cepat dicairkan. Kita harus dapat menemukan investor lain yang berminat, barulah saham yang kita miliki dapat menjadi uang tunai.
Penipuan, tentu saja terbuka kemungkinannya. Mereka yang berniat jahat untuk mengeruk dana masyarakat dapat memanfaatkan skema ini. Mempelajari rencana bisnis, mengenal siapa yang berada di balik bisnis yang ditawarkan serta memilih platform yang tepat, dapat mengurangi risiko ini.
Hingga akhir tahun lalu baru ada tiga perusahaan rintisan yang menyediakan layanan urun investasi dan terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan. Ketiga perusahaan tersebut adalah PT Santara Daya Inspiratama (Santara) yang menyediakan berbagai bisnis usaha kecil menengah untuk didanai. Ada juga PT Investasi Digital Nusantara (Bizshare) yang menyediakan bisnis waralaba dan kuliner. Perusahaan yang paling baru terdaftar di OJK adalah PT CrowdDana Teknologi Indonesia (CrowdDana) yang menyediakan urun investasi untuk mendanai properti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar