Seruan khusus datang dari Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto yang kini tengah mengisolasi diri bersama keluarga setelah perjalanan dinas ke Turki dan Azerbaijan. Di kedua negara itu diketahui telah ada kasus Covid-19 meskipun belum sebesar di Indonesia.
"Selalu ada hikmah dari semua. Dunia sedang detox. Ayo kita nikmati kumpul dengan keluarga. Tidak bepergian, tidak jalan jalan, hanya di rumah bersama keluarga. Saatnya Anak anak bahagia bersama kita, di dalam keluarga," kata Bima dalam pesan resminya yang lantas diviralkan publik, Minggu (15/3/2020).
Bima tak lupa berpesan agar sebagai orangtua, wajib memastikan anak-anaknya yang kini harus belajar di rumah terakses dengan tugas-tugas dari sekolah secara daring. Saatnya hidup lebih sehat. Olahraga secukupnya di lingkungan rumah. Nikmati sarapan pagi, cukup minum, makanan bergizi, cukup istirahat, cuci tangan pakai sabun dan air mengalir, dan tidak putus berdoa.
Di media sosial, berbagai ajakan untuk memaknai secara positif pandemi Covid-19 ini terbukti cukup menyejukkan. Salah satunya, adalah saat semua orang ada di rumah, kebisingan dan kesibukan yang biasa terjadi di kota-kota berkurang drastis. Saat manusia berperang melawan wabah akibat infeksi virus korona baru, bumi mendapat jeda waktu untuk dirinya sendiri.
Di tengah ajakan menyejukkan itu, seyogyanya diiringi kesadaran penuh bahwa Covid-19 makin menyebar luas, setidaknya itu terjadi di Indonesia. Hingga awal minggu ini, dari sedikitnya lima provinsi, penyakit akibat infeksi virus korona baru itu telah menyebar total ke delapan provinsi di Indonesia. Sedikitnya lima orang meninggal akibat penyakit ini.
Di Jakarta, persebaran penyakit ini sudah hampir merata di lima wilayah kota. Hal ini seperti dipaparkan dalam laman corona.jakarta.go.id pada Senin. Total pasien dalam isolasi ada 169 orang, sementara 154 orang lainnya dinyatakan sehat dan dipulangkan.
Melihat wabah yang terus meluas itu, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sudah menerapkan kebijakan social distance di tengah masyarakat hampir dua pekan terakhir. Social distancebisa diartikan upaya menghindari kerumunan orang.
Setelah membatalkan sejumlah perijinan kegiatan yang berpotensi mengumpulkan massa, ajang balapan Formula-E yang seharusnya diadakan pada tengah tahun ini di Jakarta pun ditunda. Hari bebas kendaraan bermotor setiap hari Minggu ditiadakan. Kebijakan ini diikuti pula oleh pemerintah daerah di Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi.
Keesokan harinya, Minggu, Jabodetabek jauh lebih senyap, tenang.
Selanjutnya, menyusul Pemerintah Kota Solo di Jawa Tengah, DKI meminta semua pihak mengutamakan berkegiatan di rumah. Mulai Senin kemarin, layanan transportasi publik pun sempat dikurangi dan hanya melayani di jalur-jalur utama saja. Kapasitas angkut di tiap bus atau kereta dikurangi. Semua agar pengguna angkutan umum dapat menjaga jarak dengan harapan dapat mengurangi tingkat penularan Covid-19.
Namun, pada Senin itu, bukan ketenangan kota yang didapat melainkan para pekerja kebingungan mengakses angkutan umum. Antrean panjang terjadi di halte bus Transjakarta dan stasiun MRT Jakarta. Ini karena hanya sekolah swasta maupun negeri yang kompak libur. Sementara belum semua perusahaan, pabrik, dan perkantoran menerapkan pola bekerja di rumah.
Namun, pada Senin itu, bukan ketenangan kota yang didapat melainkan para pekerja kebingungan mengakses angkutan umum.
Saat berangkat ke tempat kerja, mereka masih mengandalkan angkutan umum karena tidak semua warga memiliki dan atau mau menggunakan kendaraan pribadi. Padahal, pemerintah pun sampai meniadakan kebijakan ganjil genap plat nomor kendaraan agar menggenjot penggunaan kendaraan pribadi dengan tujuan jaga jarak antarwarga tercapai. Dampak selanjutnya justru kemacetan di jalan-jalan ibu kota di saat jam berangkat dan pulang kantor yang kian menjadi.
Hasilnya, Selasa (17/3) ini, sesuai perintah Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan atas desakan publik hingga Presiden Joko Widodo, pelayanan angkutan umum di Ibu Kota normal kembali.
Keresahan lain dirasakan di Kabupaten Bekasi, khususnya di kalangan para pekerja pabrik. Aktivitas di pusat-pusat industri melambat bahkan sejak pekan sebelumnya. Durasi kerja harian di sebagian pabrik dikurangi. Putaran produksi dalam beberapa waktu ke depan kemungkinan makin berkurang mengingat ada kebijakan membatasi impor bahan baku dari negara-negara pusat persebaran Covid-19, khususnya dari China.
Laporan Harian Kompas, Senin, menyebutkan ada beberapa pekerja di Bekasi yang khawatir penghasilannya berkurang akibat kebijakan terkait Covid-19. Padahal, pengeluaran bulanan tetap sama, antara lain untuk kebutuhan sehari-hari, uang sekolah anak, dan lainnya. Kekhawatiran serupa merebak dari kota-kota industri lain, seperti di Tangerang dan Tangerang Selatan.
Dampak lain yang kurang dipikirkan adalah para pekerja informal yang selama ini menggantungkan pendapatan dari mobilitas para pekerja formal. Bagaimana nanti para pengelola warung makan, pedagang kaki lima di sekitar sekolahan, kantor atau pabrik saat kegiatan di sana ditiadakan atau berkurang.
Bagaimana pula nanti nasib para tukang ojek daring yang biasa mengantar pekerja ke kantor, ke halte transjakarta atau ke stasiun, saat semua bekerja di rumah? Jika pekerja kantoran dengan status pegawai tetap bisa mendapat jaminan hukum bahwa akan tetap mendapat gaji utuh selama bekerja di rumah, bagaimana dengan mereka para buruh harian lepas dan para pegawai honorer?
Jika pekerja kantoran dengan status pegawai tetap bisa mendapat jaminan hukum bahwa akan tetap mendapat gaji utuh selama bekerja di rumah, bagaimana dengan mereka para buruh harian lepas dan para pegawai honorer?
Cara Singapura
Diyakini setelah memelajari perkembangan kondisi di berbagai kawasan terkait penanggulangan Covid-19, Presiden Joko Widodo memberikan pernyataan resmi di Istana Bogor, Senin itu juga. Presiden menegaskan ia memberikan perintah terukur untuk menghambat penyebaran Covid-19 dengan tidak memperburuk dampak ekonomi yang bisa mempersulit kehidupan masyarakat.
"Oleh karena itu, semua kebijakan, baik kebijakan pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, akan dan harus ditelaah secara mendalam, agar efektif menyelesaikan masalah," kata Joko Widodo.
Presiden menegaskan kebijakan di tingkat daerah harus dibahas terlebih dulu dengan pusat, melalui kementerian terkait dan Satgas Covid-19. Koordinasi ini untuk menghindari kesimpangsiuran informasi dan kebijakan yang diambil. Solidaritas masyarakat sebagai modal sosial untuk menggerakkan warga bersama-sama melawan pandemi ini juga amat penting digulirkan.
Pernyataan Presiden tersebut pantas diapresiasi karena di tengah situasi seperti ini memang dibutuhkan satu komando untuk mengelola kebijakan bersama antara pusat dan daerah. Yang diperlukan selanjutnya adalah langkah konkrit dan benar-benar berlandaskan kemanusiaan. Langkah padu yang berorientasi hasil jangkap pendek serta jangka panjang demi keselamatan warga lebih penting dari segalanya.
Penangggulangan Covid-19 di kota-kota di Indonesia cukup menyedot perhatian karena memang di kota ada konsentrasi penduduk dalam jumlah besar. Di kota pula arus lalu lintas keluar masuk orang antardaerah maupun dari luar negeri terjadi setiap hari. Untuk itu, potensi penularan penyakit menjadi lebih tinggi.
Bolehlah saat ini kita kembali meniru negara tetangga, Singapura. Pada bulan Januari, di saat kasus Covid-19 belum begitu meledak seperti saat ini, negara kota tersebut sudah menerapkan langkah antisipasi saat diketahui ada warganya terinfeksi virus korona. Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong langsung tampil di publik, secara resmi meminta warga tidak panik karena pemerintah mengambil alih penanganan wabah. Pemerintah menjamin warganya aman sejak awal dan masih bisa beraktivitas normal.
Lee Hsien Loong meminta para menterinya menjadi koordinator sesuai bidangnya, sementara perdana menteri menjadi panglimanya. Menteri kesehatan, misalnya bertugas memastikan fasilitas kesehatan dan petugas medis siaga hingga ke tingkat puskesmas. Pemeriksaan bagi siapa pun yang terduga terkena virus tersebut berlangsung cepat. Ada kampanye hidup sehat, cuci tangan, dan bagaimana melaporkan jika ada teman atau keluarga diduga terinfeksi virus korona.
Pembatasan orang keluar masuk Singapura dilakukan ketat di semua pintu masuk baik lewat laut, udara, maupun darat. Fasilitas pelayanan publik dipastikan tetap berjalan normal tetapi membatasi terjadinya kerumunan atau interaksi terlalu dekat antarorang. Kebutuhan pokok warga dijamin selalu tersedia dan terjangkau.
Semua informasi terkait Covid-19, seperti perkembangan pasien terinfeksi, peta sebaran, dan penanganan hari per hari semua dilaporkan terbuka. Pertanyaan apa pun dari publik segera dijawab lugas berdasar data. Hal ini bisa dibuktikan dari laporan Kedutaan Besar Republik Indonesia di Singapura di laman Kementerian Luar Negeri RI yang terusupdate informasi tentang tetangga dekat kita itu hampir setiap hari. Saat ini, Singapura sudah dikategorikan cukup aman dan tanpa ada laporan pasien Covid-19 meninggal di sana.
Singapura menciptakan sistem terukur yang jelas sedari awal untuk menekan kasus Covid-19 ini, bukan semata kebijakan-kebijakan sepihak untuk kawasan-kawasan tertentu saja.
Bisa saja ada yang mencibir, dengan luas negara hampir serupa luas DKI Jakarta, tidak sulit melakukannya. Tidak juga. Terlebih selama ini Singapura telah menjadi negara jasa, dia hidup dari industri wisata, pusat konferensi tingkat dunia, juga pusat perdagangan dunia. Tidak gampang mengambil keputusan dan menerapkan berbagai pembatasan dengan tetap mempertahankan agar ekonomi negara tak goyah.
Mengistirahatkan kota yang sebelumnya tidak pernah tidur, terus berputar 24 jam, memang tidak mudah. Hanya kepemimpinan tegas dan mengedepankan kemanusiaan serta memiliki wawasan keberlanjutan saja yang bisa melakukannya. Bagi Indonesia, tak ada kata terlambat untuk belajar dan melakukan hal yang sama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar