Cari Blog Ini

Bidvertiser

Rabu, 25 Maret 2020

Mengatur Keuangan Saat Wabah (JOICE TAURIS SANTI)


Anastasia Joice Tauris Santi, wartawan Kompas

Dalam pekan-pekan ini, dampak pandemi Covid-19 tampak semakin nyata. Setiap hari kita menerima informasi tentang jumlah mereka yang positif terpapar, bahkan yang meninggal, selain ada pula yang berhasil sembuh.

Bagi yang sehat, khususnya warga DKI Jakarta, sangat disarankan tidak bepergian untuk meredam penyebaran virus.

Sekolah juga diliburkan, beberapa jenis pekerjaan dilakukan dari rumah. Sementara beberapa jenis pekerjaan lain, terutama yang menyangkut hajat hidup orang banyak, tetap harus dilakukan dari tempat kerja.

Dalam situasi seperti ini, ada beberapa perubahan pengaturan keuangan keluarga. Ada beberapa pos pengeluaran yang membengkak, ada pula yang mengecil karena perubahan-perubahan tersebut. Pos pengeluaran yang menurun, antara lain  biaya transportasi ke kantor atau sekolah. Juga pos makan siang di kantor atau makan siang di kantin untuk anak sekolah.

Di sisi lain, pengeluaran yang mungkin bertambah adalah pos makanan di rumah karena biasanya anak-anak perlu dan ingin makan lebih banyak jika sepanjang hari di rumah. Pos pengeluaran untuk membeli kuota internet bisa jadi juga meningkat karena sebagian besar tugas kantor dan tugas sekolah dikerjakan secara daring.

KOMPAS/ABDULLAH FIKRI ASHRI

Ahmad Muhidin (24), sebelah kiri, bercerita tentang sepinya penumpang setelah pemerintah memutuskan meliburkan kegiatan belajar mengajar di sekolah dan sejumlah kampus di Kota Cirebon, Jawa Barat, Selasa (17/3/2020). Keputusan itu untuk mengantisipasi penyebaran penyakit Covid-19.

Belum lagi pos kesehatan, seperti untuk membeli tambahan vitamin, makanan sehat, empon-empon, masker, disinfektan, atau biaya ke rumah sakit jika ada anggota keluarga yang sakit, baik karena wabah maupun penyakit lainnya.

Ada pertambahan dan pengurangan biaya hidup, lalu bagaimana dengan pendapatan? Pendapatan beberapa keluarga mungkin akan terkena dampak, terutama mereka yang bekerja di sektor riil, seperti berjualan. Penurunan omzet terjadi karena pembeli enggan ke luar rumah.

Saat seperti inilah terasa penting sekali memiliki dana darurat. Dana ini berguna untuk menambal kekurangan pendapatan di masa sulit seperti sekarang ini. Keluarga dengan dua anak idealnya memiliki minimal 6 bulan dana darurat yang dapat menjamin kelangsungan hidup sekeluarga.

Mempertahankan hidup sederhana juga dapat dilakukan. Tidak terlalu banyak menimbun barang dan hanya membeli barang yang benar-benar dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan dasar, rasanya sudah cukup.

KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO

Informasi pembatasan pembelian beras terpasang di salah satu sudut pusat perbelanjaan ritel Hypermart, Kembangan, Jakarta Barat, Kamis (19/3/2020). Pembatasan tersebut mengacu pada surat edaran Bareskrim Polri untuk bahan pangan berupa gula pasir, beras, mi instan, dan minyak goreng.

Tetap berbagi

Untuk keluarga yang pendapatannya tidak terpengaruh dengan kebijakan bekerja dari rumah, tentu dapat meningkatkan bela rasa dan empati terhadap para pasien, dokter, dan pihak lain yang terdampak dengan cara, antara lain, menyumbang masker atau alat kesehatan yang diperlukan dokter dan perawat.

Dapat juga berbagi dengan cara mendukung para pekerja informal harian yang tidak dapat pemasukan karena terganggu pekerjaannya, seperti guru les musik yang dibayar setiap kali mengajar, pekerja rumah tangga harian yang diberhentikan sementara, atau para pengemudi ojek daring dan pekerjaan informal lainnya.

Tetap semangat di masa sulit….

Kompas, 23 Maret 2020

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger