Memerangi virus korona baru penyebab Covid-19 harus dilakukan bersama-sama di bawah satu komando. Penyebaran dan dampak pandemi ini tidak dapat dianggap enteng.
Berdasarkan data Webometer.com hingga Minggu (22/3/2020) siang sudah 311.994 orang terinfeksi Covid-19, di antaranya 13.071 orang meninggal. Di Indonesia, jumlah orang terinfeksi 514 orang dan 48 orang di antaranya meninggal.
Presiden Joko Widodo sebagai Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) menyerukan untuk terus melakukan pembatasan sosial, menghindari keramaian, menjaga jarak antar-orang. Hingga saat ini, menjaga jarak antar-orang adalah cara terbaik memutus rantai penularan virus korona.
Menjaga jarak antar-orang adalah cara terbaik memutus rantai.
Presiden sudah menegaskan, hingga saat ini, Indonesia tidak menetapkan karantina total atau melarang total pergerakan warga. Ada konsekuensi panjang secara sosial, ekonomi, politik apabila larangan pergerakan total diberlakukan.
Pemerintah berusaha mencegah penularan dengan mempercepat proses penapisan orang-orang yang diduga terpapar Covid-19. Alat uji cepat tengah didatangkan. Obat favipiravir dan klorokuin untuk pasien Covid-19 sudah dipesan meskipun kedua obat itu masih dalam uji klinis di sejumlah negara.
Meski demikian, ketersediaan obat tidak akan menghentikan penyebaran virus korona jika kita tidak disiplin menjaga jarak. Obat hanya akan diberikan kepada orang yang sudah terinfeksi.
Kita tidak boleh menganggap enteng penyebaran virus korona dan dampaknya pada orang yang terinfeksi. Saat ini, Indonesia memiliki jumlah angka kematian tertinggi di dunia ketika dihitung perbandingan antara jumlah orang yang meninggal dan yang terinfeksi, yaitu 9,34 persen. Jumlah orang yang terinfeksi pun terus naik cepat.
Konsekuensi dari ketidakpedulian kita dapat berdampak sangat luas dan dalam pada kehidupan sosial dan ekonomi.
Apabila kasus baru terus bertambah secara eksponensial, pemerintah akan terpaksa melakukan pembatasan sosial lebih ketat. Dampaknya akan sangat berat, terutama untuk masyarakat yang mengandalkan upah harian, pekerja sektor informal, UMKM, ataupun masyarakat yang tinggal di kawasan padat penduduk dan kumuh di kota-kota besar kita.
Saat ini, Indonesia memiliki jumlah angka kematian tertinggi di dunia.
Apabila kasus terus meningkat tajam, kita akan mengalami kekurangan tenaga kesehatan. Mungkin fasilitas kesehatan tidak dapat menangani pasien Covid-19 dengan baik. Saat ini pun tenaga kesehatan kita terbatas. Begitupun alat pelindung diri tenaga kesehatan yang merawat pasien Covid-19.
Tindakan para kepala daerah menghentikan sementara kegiatan belajar-mengajar, menyerukan agar dunia usaha mengizinkan karyawan bekerja dari rumah, hingga menutup tempat rekreasi harus diikuti kesadaran warga untuk sedapat mungkin menjaga jarak antar-orang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar