Penggunaan pesawat nirawak untuk pengiriman barang sudah direncanakan sejak beberapa tahun lalu. Uji coba sudah dilakukan.
Izin di banyak negara memang tak mulus, tetapi di beberapa negara sudah mulai diperlonggar.
Kini, di tengah pandemi dengan sejumlah risiko yang muncul karena kontak antarmanusia, penggunaan pesawat nirawak makin dilirik dan mulai digunakan. Setidaknya pembeli barang makin yakin dengan wahana ini karena tak ada kontak antara mereka dengan pengantar barang.
Pengangkutan produk yang dilakukan oleh Wing, salah satu perusahaan di bawah Alphabet yang merupakan induk dari Google, mendapat sambutan warga di tengah pandemi di Amerika Serikat sejak beberapa hari lalu.
Setidaknya 1.000 paket pengiriman selama dua pekan terakhir di kawasan yang padat penduduk telah menggunakan fasilitas ini.
Warga menyambut kehadiran mereka karena tak perlu keluar rumah untuk membeli sejumlah keperluan. Wing telah mendapatkan izin penerbangan pada Oktober tahun lalu, tetapi baru belakangan mereka menjalankan bisnis ini.
Perusahaan penerbangan nirawak Zipline yang selama ini telah beroperasi di Afrika juga tengah meminta izin otoritas penerbangan di Amerika Serikat (FAA) agar bisa beroperasi di negara itu pada saat pandemi ini.
Mereka mengatakan bahwa usulan ini bukan hanya untuk urusan bisnis semata, tetapi juga mengirim sejumlah alat medis ke daerah-daerah yang membutuhkan. Mereka juga beralasan, dengan minimnya penerbangan, pengoperasian pesawat nirawak sangat membantu pengiriman berbagai kebutuhan medis.
Sebenarnya China lebih awal menggunakan wahana ini saat pandemi berlangsung di negara itu. Laman pemasaran JD.com telah menggunakan pesawat nirawak untuk pengangkutan barang akhir Februari lalu.
Beberapa negara sebenarnya telah menggunakan pesawat nirawak ini, tetapi lebih banyak untuk memantau pergerakan warga selama pembatasan aktivitas dan juga untuk mengirim pesan kepada masyarakat agar mematuhi peraturan pembatasan. Perusahaan penerbangan Jepang JAL beberapa waktu lalu telah berhasil mengirim ikan segar dari salah satu kota ke Tokyo.
Banyak kalangan menilai koinsidensi ini akan membuka peluang yang lebih besar, yaitu penggunaan pesawat nirawak untuk pengantaran barang pada masa depan.
Di tengah sedikitnya pergerakan pesawat terbang karena mobilitas orang yang sangat rendah, penggunaan pesawat nirawak makin aman dan mudah dilakukan.
Setidaknya penggunaannya saat ini tidak membahayakan penerbangan sipil komersial yang pada saat normal sangat sibuk. Perubahan gaya hidup di tengah pandemi sangat mungkin makin memberikan kelonggaran bagi penggunan pesawat nirawak.
Upaya ini bisa berjalan karena lobi beberapa kalangan agar FAA melonggarkan pelarangan penerbangan jarak pendek pesawat nirawak di beberapa lokasi yang padat penduduknya di Amerika Serikat.
Mereka juga meyakinkan otoritas bahwa tidak serta-merta penggunaan pesawat nirawak akan menghilangkan para pekerja. Mereka tetap dibutuhkan karena tidak otomatis sepenuhnya bergantung pada pesawat saja, tetapi juga membutuhkan operator.
Sebuah perusahaan pengiriman barang bahkan tetap mendekatkan mobil pengangkutnya ke lokasi tujuan, baru kemudian untuk mencapai titik lokasi menggunakan pesawat nirawak untuk menghilangkan kontak antara pengantar dengan penerima barang.
Beberapa risiko yang mungkin timbul terkait dengan penggunaan pesawat nirawak adalah soal kemungkinan pencurian pesawat itu ketika berada di lokasi pembeli. Potensi itu muncul ketika pembeli menggunakan akun palsu dan menangkap pesawat itu ketika tiba di lokasi.
Di sisi lain, keakuratan titik penerima barang juga masih menjadi masalah. Barang harus tiba di lokasi yang tepat alias tidak salah tujuan dan dalam kondisi baik. Pesawat nirawak juga bisa menimbulkan kebisingan, di samping bisa menimbulkan kecelakaan sehingga bisa diprotes warga.
Meski demikian, berbagai masalah itu pasti bisa ditangani semisal dengan penggunaan berbagai fasilitas kecerdasan buatan. Teknologi yang ada memungkinkan akurasi pengiriman makin tajam sehingga pengiriman barang bisa tepat di lokasi tujuan.
Mereka yang optimistis melihat penggunaan pesawat nirawak untuk pengiriman barang makin luas sejalan dengan pandemi yang belum bisa dipastikan berakhirnya.
Kalau toh berakhir dengan perubahan gaya hidupm, penggunaan pesawat nirawak untuk pengiriman barang kemungkinan masih akan terus terjadi.
Otoritas penerbangan perlu bersiap melonggarkan izin mengingat masalah yang selama ini muncul adalah otoritas setempat sulit memberikan izin penerbangan pesawat nirawak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar