Cari Blog Ini

Bidvertiser

Kamis, 16 April 2020

INDUSTRI DIGITAL: Kirim Barang dengan Pesawat Nirawak di Tengah Pandemi Covid-19 (ANDREAS MARYOTO)


Andreas Maryoto, wartawan senior Kompas

Penggunaan pesawat nirawak untuk pengiriman barang sudah direncanakan sejak beberapa tahun lalu. Uji coba sudah dilakukan.

Izin di banyak negara memang tak mulus, tetapi di beberapa negara sudah mulai diperlonggar.

Kini, di tengah pandemi dengan sejumlah risiko yang muncul karena kontak antarmanusia, penggunaan pesawat nirawak makin dilirik dan mulai digunakan. Setidaknya pembeli barang makin yakin dengan wahana ini karena tak ada kontak antara mereka dengan pengantar barang.

Pengangkutan produk yang dilakukan oleh Wing, salah satu perusahaan di bawah Alphabet yang merupakan induk dari Google, mendapat sambutan warga di tengah pandemi di Amerika Serikat sejak beberapa hari lalu.

Setidaknya 1.000 paket pengiriman selama dua pekan terakhir di kawasan yang padat penduduk telah menggunakan fasilitas ini.

Warga menyambut kehadiran mereka karena tak perlu keluar rumah untuk membeli sejumlah keperluan. Wing telah mendapatkan izin penerbangan pada Oktober tahun lalu, tetapi baru belakangan mereka menjalankan bisnis ini.

Perusahaan penerbangan nirawak Zipline yang selama ini telah beroperasi di Afrika juga tengah meminta izin otoritas penerbangan di Amerika Serikat (FAA) agar bisa beroperasi di negara itu pada saat pandemi ini.

STR / AFP

Pesawat nirawak alias drone yang dimanfaatkan sebagai alat penyemprot disinfektan di Wuhan, China, 31 Januari 2020. Menyusul pandemi, pesawat nirawak lebih banyak lagi dimanfaatkan sebagai alat pengatar barang.

Mereka mengatakan bahwa usulan ini bukan hanya untuk urusan bisnis semata, tetapi juga mengirim sejumlah alat medis ke daerah-daerah yang membutuhkan. Mereka juga beralasan, dengan minimnya penerbangan, pengoperasian pesawat nirawak sangat membantu pengiriman berbagai kebutuhan medis.

Sebenarnya China lebih awal menggunakan wahana ini saat pandemi berlangsung di negara itu. Laman pemasaran JD.com telah menggunakan pesawat nirawak untuk pengangkutan barang akhir Februari lalu.

Beberapa negara sebenarnya telah menggunakan pesawat nirawak ini, tetapi lebih banyak untuk memantau pergerakan warga selama pembatasan aktivitas dan juga untuk mengirim pesan kepada masyarakat agar mematuhi peraturan pembatasan. Perusahaan penerbangan Jepang JAL beberapa waktu lalu telah berhasil mengirim ikan segar dari salah satu kota ke Tokyo.

Banyak kalangan menilai koinsidensi ini akan membuka peluang yang lebih besar, yaitu penggunaan pesawat nirawak untuk pengantaran barang pada masa depan.

Di tengah sedikitnya pergerakan pesawat terbang karena mobilitas orang yang sangat rendah, penggunaan pesawat nirawak makin aman dan mudah dilakukan.

Setidaknya penggunaannya saat ini tidak membahayakan penerbangan sipil komersial yang pada saat normal sangat sibuk. Perubahan gaya hidup di tengah pandemi sangat mungkin makin memberikan kelonggaran bagi penggunan pesawat nirawak.

KOMPAS/HERU SRI KUMORO

Penggunaan pesawat nirawak atau drone sudah semakin meluas. Tidak hanya untuk mengambil gambar dari udara, tetapi juga untuk mengantar barang, seperti telah dilakukan di beberapa negara.

Upaya ini bisa berjalan karena lobi beberapa kalangan agar FAA melonggarkan pelarangan penerbangan jarak pendek pesawat nirawak di beberapa lokasi yang padat penduduknya di Amerika Serikat.

Mereka juga meyakinkan otoritas bahwa tidak serta-merta penggunaan pesawat nirawak akan menghilangkan para pekerja. Mereka tetap dibutuhkan karena tidak otomatis sepenuhnya bergantung pada pesawat saja, tetapi juga membutuhkan operator.

Sebuah perusahaan pengiriman barang bahkan tetap mendekatkan mobil pengangkutnya ke lokasi tujuan, baru kemudian untuk mencapai titik lokasi menggunakan pesawat nirawak untuk menghilangkan kontak antara pengantar dengan penerima barang.

Beberapa risiko yang mungkin timbul terkait dengan penggunaan pesawat nirawak adalah soal kemungkinan pencurian pesawat itu ketika berada di lokasi pembeli. Potensi itu muncul ketika pembeli menggunakan akun palsu dan menangkap pesawat itu ketika tiba di lokasi.

Di sisi lain, keakuratan titik penerima barang juga masih menjadi masalah. Barang harus tiba di lokasi yang tepat alias tidak salah tujuan dan dalam kondisi baik. Pesawat nirawak juga bisa menimbulkan kebisingan, di samping bisa menimbulkan kecelakaan sehingga bisa diprotes warga.

Meski demikian, berbagai masalah itu pasti bisa ditangani semisal dengan penggunaan berbagai fasilitas kecerdasan buatan. Teknologi yang ada memungkinkan akurasi pengiriman makin tajam sehingga pengiriman barang bisa tepat di lokasi tujuan.

KOMPAS/MEGANDIKA WICAKSONO

Yayasan Panglima Besar Soedirman bekerja sama dengan Lookheed UAV Research Insitute mengembangkan drone atau pesawat tanpa awak untuk menyemprotkan pupuk cair di lahan pertanian. Dengan drone, per hektar sawah bisa disemprot pupuk cair hanya dalam waktu 16 menit, Senin (22/5/2020). Penggunaan pesawat nirawak ini semakin meluas.

Mereka yang optimistis melihat penggunaan pesawat nirawak untuk pengiriman barang makin luas sejalan dengan pandemi yang belum bisa dipastikan berakhirnya.

Kalau toh berakhir dengan perubahan gaya hidupm, penggunaan pesawat nirawak untuk pengiriman barang kemungkinan masih akan terus terjadi.

Otoritas penerbangan perlu bersiap melonggarkan izin mengingat masalah yang selama ini muncul adalah otoritas setempat sulit memberikan izin penerbangan pesawat nirawak.

Alasan mereka sebenarnya masuk akal, yaitu keselamatan warga. Oleh karena itu, sejauh perusahaan penerbangan nirawak belum bisa menjamin keselamatan, penggunaan pesawat nirawak untuk pengiriman barang bakal tidak lancar.

Kompas, 16 April 2020

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger