Tentunya langkah itu sangat memengaruhi karyawan. Demikian pula dengan para pekerja mandiri. Baik yang berusaha sendiri menjual jasa maupun menjual barang. Semua terkena imbas pandemi. Akibatnya, keuangan keluarga ikut terkena dampaknya.
Kita belum tahu sampai batas mana pengaruh pandemi terhadap perekonomian global, negara, perusahaan, hingga keluarga. Langkah berhemat dengan hanya membeli barang yang benar-benar diperlukan dan menunda kebutuhan sekunder bahkan tersier bisa dilakukan.
Dengan demikian, masih ada dana tunai yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan mendadak pada bulan-bulan mendatang yang mungkin saja terjadi pemotongan gaji yang semakin bertambah besar.
Bagaimana dengan investasi?
Pasar modal global tak luput, ikut terpuruk karena pandemi ini. Sebagian orang yang berinvestasi pada produk-produk pasar modal, seperti reksadana, saham, atau unit link, akan melihat penurunan kinerja. Ketika investasi menurun seperti sekarang ini, apa yang sebaiknya kita lakukan ?
Untuk menentukan langkah yang akan diambil, tentunya kita harus memahami di mana posisi kita. Misalnya, A adalah seorang anak muda yang pada tahun sebelumnya sudah memiliki dana darurat selama tujuh bulan ke depan, masih menerima gaji dan dapat membayar kebutuhannya.
A sudah berinvestasi dan tetap berinvestasi ketika pasar keuangan terpuruk. Horizon investasinya berjangka panjang. A dapat mulai membeli saham-saham yang harganya sedang jatuh, tetapi memiliki fundamental yang baik.
Secara umum, data fundamental dapat ditilik dari aspek laba per saham (earning per share/EPS). Angka ini menunjukkan berapa besar keuntungan yang akan diperoleh oleh para pemegang saham dari setiap lembar saham. Rasio lain adalah pertumbuhan laba per saham (EPSgrowth) yang memperlihatkan bagaimana pertumbuhan laba per saham. Semakin tinggi tentu semakin baik.
Rasio lainnya adalah rasio harga terhadap laba (price to earning ratio/PER). Rasio ini menggambarkan seberapa investor menilai saham dilihat dari laba bersih per saham yang dihasilkan. PER saham dibandingkan dengan PER rata-rata di industri. Namun, PER saham yang kecil belum tentu layak investasi. Harus dibarengi dengan menganalisis faktor lain.
Patokan lainnya adalah harga buku saham (price to book value/PBV). Rasio ini menunjukkan apa yang akan diperoleh para pemegang saham setelah perusahaan membayar semua kewajibannya. Angka PBV yang menarik adalah angka PBV yang rendah.
Setelah melakukan analisis fundamental terhadap saham-saham yang memiliki rasio menarik, langkah selanjutnya adalah melihat tren harga saham untuk mulai membelinya. Membeli saham ketika pasar sedang jatuh harus dilakukan dengan cermat. Salah satu strategi adalah dengan membelinya secara bertahap, sedikit demi sedikit.
Jika A dengan cermat melakukan analisis dan memiliki horizon investasi panjang, seiring dengan pulihnya pasar saham, dia berpeluang memiliki keuntungan dari kejatuhan ini. A memiliki profil risiko yang agresif. Artinya, terlalu pusing dengan kejatuhan harga saham dan melihatnya sebagai peluang.
Berbeda dengan A, B tidak dapat tidur ketika nilai investasinya berguguran. Tetapi, dia masih ingin berinvestasi. B dapat memilih produk yang lebih rendah risiko, seperti obligasi atau reksadana pasar uang. Bagi B, ketenangan di masa pandemi adalah hal yang lebih penting. Kelak, ketika kejatuhan ini sudah berlalu, B dapat mengevaluasi kembali portofolionya.
Situasi lain
Contoh lain adalah C yang sama sekali tidak memiliki dana darurat. Hidupnya pun habis dari gaji ke gaji. Investasinya pun hanya sedikit. Untuk orang dengan posisi keuangan seperti C, prioritasnya adalah berhemat dan menumpuk dana tunai untuk berjaga-jaga karena situasi di bulan-bulan ke depan belum diketahui.
Dengan demikian, tetap harus ada dana tunai agar dapat memenuhi kebutuhan jika terjadi pemotongan gaji, bahkan gelombang pemutusan hubungan kerja terjadi.
Tidak hanya soal investasi, C juga harus memikirkan rencana lain untuk bertahan. Seperti pindah ke tempat lain yang berbiaya lebih murah, atau ke rumah orangtuanya, jika keadaan terus memburuk. Kemungkinan lain adalah menjual asetnya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Situasi yang berbeda memerlukan langkah berbeda pula. Hal yang penting, kita memahami di mana posisi kita sehingga tidak salah dalam melangkah.
Kompas, 20 April 2020
Tidak ada komentar:
Posting Komentar