Derajat kesehatan merupakan salah satu ukuran kemajuan suatu bangsa. Sejak proklamasi kemerdekaan, pendidikan terbuka buat semua. Memang masalah biaya masih menjadi kendala, terutama untuk mengenyam pendidikan tinggi. Namun, berkat upaya berbagai pihak, kita saksikan banyak anak keluarga sederhana yang berhasil menamatkan pendidikan tinggi sampai tingkat strata tiga, bahkan mampu menghasilkan temuan-temuan yang bermanfaat buat masyarakat Indonesia, bahkan dunia.
Di bidang kesehatan, masih banyak orang kaya berobat ke luar negeri. Kita tentu tak dapat melarang mereka, tetapi yang dapat diusahakan adalah meningkatkan mutu dan kenyamanan berobat di dalam negeri. Saya sendiri merasa yakin terhadap kemampuan dokter-dokter serta tenaga kesehatan kita. Mereka pada umumnya memasuki pendidikan dengan saringan yang ketat dan pendidikan dalam bidang kedokteran dan kesehatan merupakan pendidikan yang lama dan berat. Mereka harus melalui berbagai tahap sebelum diberi kewenangan untuk berpraktik, baik praktik mandiri maupun di rumah sakit. Bahkan lima tahun sekali saya dengar mereka harus memperbarui izin praktik dan izin praktik dikaitkan dengan kemampuan mereka mengikuti perkembangan mutakhir dunia kedokteran.
Saya ingin Dokter membahas peran upaya kesehatan masyarakat di negeri kita yang, menurut saya sebagai rakyat biasa, penting untuk menaikkan tingkat kesehatan masyarakat. Setahu saya tingkat kesehatan masyarakat kita belum menggembirakan dibandingkan dengan tetangga kita, Malaysia atau Thailand. Bahkan belakangan ini Vietnam, yang belum lama mengalami perang saudara, sudah bangkit dalam bidang kesehatan.
Sistem kesehatan kita, baik sumber daya manusia, sistem pelayanan kesehatan, maupun pembiayaan belum saling mendukung. Salah satu ukurannya adalah layanan asuransi nasional kita masih belum mendapat dukungan semua pihak. Sebagai pensiunan guru yang menggunakan jasa BPJS, saya bahkan sering mendengar ada saling menyalahkan di antara pihak-pihak yang terlibat.
Sejarah dunia kedokteran dapat kita baca sejalan dengan perjuangan tokoh kemerdekaan kita. Dr Cipto Mangunkusumo, dr Sutomo, dr Radjiman, dan banyak lagi dokter yang ikut serta dalam memperjuangkan kemerdekaan bangsa ini. Namun, saya ingin mendapat penjelasan mengenai upaya kesehatan masyarakat yang pernah dicapai bangsa kita. Saya pernah mendengar tentang Komando Pemberantasan Malaria (Kopem) yang cukup berhasil. Adakah upaya lain yang dapat kita kemukakan sebagai prestasi upaya kesehatan masyarakat kita? Terima kasih atas penjelasan Dokter.
P di S
Salah satu tujuan bangsa kita untuk merdeka adalah guna menyejahterakan rakyatnya. Setelah lama menjadi bangsa yang dijajah, kita bercita-cita akan dapat mewujudkan bangsa dengan rakyatnya yang hidup sejahtera, aman, dan berperan serta dalam memelihara perdamaian dunia. Cita-cita tersebut harus tetap kita pegang teguh. Karena itu, pendidikan dan kesehatan merupakan dua tonggak yang mendukung terwujudnya kesejahteraan rakyat kita.
Pada tahun 1927 dan tahun 1937 terjadi wabah kolera. Tahun 1948 cacar masuk ke Indonesia. Dalam setiap wabah ini tentulah diperlukan upaya kesehatan masyarakat. Jadi, boleh dikatakan masyarakat sudah lama menyadari peran upaya kesehatan.
Saya pernah mendengar cerita dr Poerwo Soedarmo, ahli gizi yang kita kenal dengan semboyan empat sehat lima sempurna, sebenarnya belajar ke Inggris untuk menjadi dokter spesialis bedah. Namun, setelah berdiskusi dengan profesornya di Inggris, Indonesia lebih membutuhkan ahli gizi untuk memberantas penyakit kurang gizi. Beliau kemudian berpindah jurusan ke bidang gizi yang merupakan salah satu upaya penting di bidang kesehatan masyarakat.
Indonesia pernah dikenal sekitar tahun 1970-an sebagai negara yang layanan kesehatan primernya tersebar merata. Warga dunia menyadari bagaimana sulitnya menyediakan layanan kesehatan primer bagi penduduk Indonesia yang tersebar di ribuan pulau.
Sejarah pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) dimulai konsepnya pada tahun 1968 dan pada tahun 1969 mulai dilaksanakan. Upaya kesehatan ibu anak, gizi, penanggulangan penyakit menular, penyuluhan kesehatan yang semula terpisah-pisah kemudian dijadikan satu di bawah puskesmas.
Puskesmas bertanggung jawab memelihara kesehatan masyarakat. Satu puskesmas rata-rata melayani 30.000 penduduk (satu kecamatan). Melalui puskesmas inilah kegiatan upaya kesehatan masyarakat dilaksanakan secara terpadu. Upaya penyuluhan kesehatan, pencegahan termasuk imunisasi, keluarga berencana, kesehatan ibu anak, gizi, kebersihan lingkungan, serta layanan kesehatan perseorangan.
Keberadaan puskesmas didukung oleh pengadaan tenaga kesehatan yang dibutuhkan, seperti dokter, dokter gigi, penyuluh kesehatan, dan petugas KB. Jadi, tak hanya puskesmas yang tersebar sampai ke daerah terpencil, tetapi juga tenaga kesehatan disebarkan untuk melayani penduduk, termasuk di daerah terpencil.
Sekarang di Indonesia terdapat lebih dari 10.000 puskesmas. Di kota besar selain puskesmas kecamatan, juga sudah ada puskesmas kelurahan. Puskesmas kecamatan juga sebagian sudah dikembangkan menjadi rumah sakit sederhana untuk melayani penduduk yang sakit. Dengan demikian, masyarakat dapat menikmati layanan kesehatan primer di dekat tempat tinggalnya.
Selain puskesmas yang mendapat perhatian dunia dan dijadikan tempat belajar beberapa negara yang sedang berkembang, yang juga menarik perhatian adalah keberadaan pos pelayanan terpadu (posyandu). Tahun 1975 Departemen Kesehatan mencanangkan Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD), yaitu suatu strategi pembangunan kesehatan yang menerapkan prinsip gotong royong dan swadaya masyarakat.
Posyandu lahir pada tahun 1986 di Yogyakarta bertepatan dengan Hari Kesehatan Nasional. Sejak saat itu posyandu tumbuh pesat sehingga jumlahnya mencapai 250.000. Posyandu memberikan layanan lengkap pada waktu dan tempat yang sama sehingga memberi kemudahan bagi masyarakat. Kegiatan posyandu mencakup kesehatan ibu anak, keluarga berencana, imunisasi, gizi, dan penanggulangan diare. Kegiatan yang terpadu ini disukai masyarakat sehingga posyandu menjadi populer dan berkembang pesat. Keberadaan posyandu juga mendapat perhatian dunia serta mendapat penghargaan internasional.
Sesuai dengan kebutuhan tenaga ahli kesehatan masyarakat, didirikanlah fakultas kesehatan masyarakat. Pertama berdiri di Universitas Indonesia pada 1 Juli 1965, kemudian diikuti universitas lain, baik universitas negeri maupun swasta. Fakultas kesehatan masyarakat mencetak lulusan yang dapat bekerja di berbagai bidang untuk mendukung peningkatan kesehatan masyarakat.
Pakar-pakar kesehatan masyarakat banyak berkontribusi dalam penentuan kebijakan pemerintah. Dalam menghadapi Covid-19, para pakar kesehatan masyarakat telah membuat berbagai model serta memberi saran untuk upaya pencegahan. Banyak prestasi pakar di bidang kesehatan masyarakat, tetapi keberadaan puskesmas dan posyandu merupakan tonggak untuk melaksanakan pelayanan primer yang murah dan mudah dijangkau.
Kompas, 18 April 2020
Tidak ada komentar:
Posting Komentar