Banyak kebiasaan berubah, termasuk dalam merayakan Hari Kemenangan ini. Sudah pasti, posisi keuangan setiap kita berbeda-beda setelah Lebaran ini. Beberapa keluarga mampu menghemat dana yang sedianya digunakan untuk mudik.
Pembatasan pergerakan membuat sebagian orang memilih tidak melakukan tradisi mudik. Dengan demikian, dana yang disiapkan untuk membeli tiket dan berlibur bersama keluarga di kampung menjadi belum terpakai.
Uang angpao Lebaran untuk kerabat masih tetap dapat dikirimkan melalui berbagai saluran pengiriman uang. "Orangnya tidak apa tidak pulang, yang penting uangnya pulang," demikian kelakar yang banyak terdengar sebelum Lebaran ini.
Persiapan makanan yang biasanya berlebihan untuk para tamu, tahun ini tentu jauh berkurang. Intinya, ada pengeluaran yang tetap dibelanjakan, tetapi ada pula yang tidak jadi dibelanjakan atau berkurang dari anggaran sebelumnya.
Dengan posisi keuangan semacam ini, kita dapat lebih leluasa mengatur keuangan pasca-Lebaran. Kelebihan uang dapat dimasukkan ke dalam beberapa rencana, seperti mengisi dana darurat jika memang belum ada.
Dana darurat ini diperlukan jika terjadi keadaan mendesak. Merebaknya wabah Covid-19 merupakan salah satu contoh untuk mengingatkan betapa pentingnya dana darurat.
Pandemi membawa banyak konsekuensi seperti pemotongan gaji atau perampingan karyawan. Jika memiliki dana darurat, kita akan tetap mampu memenuhi kebutuhan walaupun untuk sementara waktu tidak ada penghasilan. Apalagi kita tidak tahu kapan wabah akan berakhir. Kita juga tidak tahu apakah perusahaan dan pekerjaan kita masih akan selamat di tengah pandemi ini.
Jika dana darurat sudah terpenuhi, uang sisa kebutuhan Lebaran dapat digunakan untuk berinvestasi. Juni mendatang, pemerintah akan mengeluarkan obligasi ritel lagi. Obligasi ritel ini merupakan salah satu instrumen investasi yang aman karena pokok dan bunganya dijamin pemerintah.
Seimbang
Bagi keluarga yang memiliki neraca seimbang setelah Lebaran, artinya tidak kurang dan tidak lebih, memperhatikan dana darurat ada baiknya dijadikan prioritas di tengah kondisi wabah seperti ini.
Jika memang dana darurat belum mencukupi, penghematan pasca-Lebaran harus dilakukan. Persiapan dana tunai akan sangat membantu jika sekiranya timbul hal yang tidak diinginkan, seperti pengurangan gaji dan kejadian lainnya.
Teliti kembali pos pengeluaran mana yang dapat ikut dihemat. Misalnya, membuat makanan sendiri di rumah ketimbang memesan makanan dari luar.
Setelah puasa berakhir, bisa jadi muncul kembali keinginan untukngopi di siang hari. Apalagi, saat ini kafe-kafe membuat kopi berukuran 1 liter untuk dinikmati di rumah. Ketimbang setiap hari harus membeli 1 liter kopi seharga Rp 80.000-an, akan lebih baik membuat sendiri di rumah sesuai resep ala kopi kafe.
Nah, bagaimana dengan keluarga yang keuangannya justru minus setelah Lebaran berakhir? Punya utang kartu kredit atau utang konsumtif lain, seperti pinjaman daring.
Tentu ikat pinggang harus diketatkan lebih erat lagi. Selain itu, dapat juga berupaya mencari penghasilan tambahan. Di tengah wabah, penjualan makanan beku semakin naik daun. Mencoba menjadi penjual atau produsen makanan beku, mungkin bisa menjadi jalan keluar untuk memperoleh penghasilan tambahan.
Penghasilannya tentu untuk membayar utang yang dipergunakan untuk masa Lebaran. Setelah itu, kembali lagi, memiliki dana darurat untuk berjaga-jaga merupakan rencana jangka pendek yang harus menjadi prioritas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar