Cari Blog Ini

Bidvertiser

Minggu, 17 Mei 2020

CATATAN TIMUR TENGAH: Covid-19 Ubah Budaya Masyarakat Arab (MUSTHAFA ABD RAHMAN)


Musthafa Abd Rahman, wartawan seniorKompas

Kepala distrik elite Agdal-Ryad di ibu kota Rabat, Maroko, Badiah Banany, tidak perlu lagi menggunting pita pada acara pembukaan perayaan budaya tahunan yang digelar selama 10 hari, dari  8 Mei hingga 18 Mei nanti.  Namun, dia kini cukup klik keyboardlaptop untuk mengoperasikan aplikasi Zoom dari rumahnya guna meresmikan dimulainya perayaan tersebut.

Perayaan budaya di distrik elite Agdal-Ryad adalah tradisi tahunan yang digelar setiap musim semi di ibu kota Rabat dengan dihadiri para pejabat, politisi, dan diliput wartawan dari berbagai media massa.

Ia mengatakan, perayaan budaya yang untuk pertama kalinya menggunakan teknologi digital Zoom karena dilakukan saat negara memberlakukan karantina untuk mencegah penyebaran Covid-19.

Apa yang terjadi terkait acara pembukaan perayaan budaya di distrik elite Aqdal-Ryad, Rabat, yang menggunakan aplikasi Zoom itu, hanya sebuah pesan tentang terjadinya perubahan budaya yang cukup signifikan di masyarakat Arab pada musim wabah Covid-19 saat ini.

REUTERS/DADO RUVIC/FOTO ILUSTRASI

Ilustrasi : Aplikasi Zoom banyak digunakan untuk di Timur Tengah untuk menggantikan pertemuan secara fisik. Pertemuan secara fisik terus dibatasi agar penyebaran Covid-19 dapat dicegah.

Masyarakat Arab yang terkenal sangat berpegang teguh pada tradisi dan pola kehidupan konvensional dari hasil warisan nenek moyang mereka, kini terpaksa meninggalkan tradisi tersebut dan berganti menempuh kehidupan lebih modern yang sarat dengan sentuhan teknologi digital.

Hal itu terjadi berkat semakin sadarnya masyarakat Arab akan keharusan mematuhi protokol kesehatan sesuai dengan petunjuk dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk mencegah penyebaran Covid-19.

Protokol kesehatan itu seperti social distancing atau pembatasan sosial, penggunaan masker, lebih sering cuci tangan dengan sabun, dan bertahan di rumah, hingga pemberlakuan jam malam dan karantina oleh pemerintah negara-negara Arab.

Penerapan protokol kesehatan yang ketat semakin menjadi keniscayaan, menyusul banyak negara Arab mulai membuka akses sosial dan ekonomi secara bertahap untuk meringankan beban ekonomi yang dirasakan semakin berat. Merebaknya wabah Covid-19 telah memberikan dampak luar biasa terhadap ekonomi dunia Arab. Menurut laporan Liga Arab, kerugian ekonomi dunia Arab akibat wabah Covid-19 mencapai 1,2 triliun dollar AS dan kehilangan 7,1 juta lapangan pekerjaan.

REUTERS/AHMED YOSRI

Pekerja migran duduk di tepi jalan setelah kehilangan pekerjaan sebagai dampak pandemi Covid-19, di Riyadh, Arab Saudi, Kamis (7/5/2020).

Karena itu, tidak ada pilihan bagi distrik elite Agdal Ryad di Rabat, kecuali terpaksa menggunakan Zoom untuk menggerakkan ekonomi distrik tersebut dengan tetap menggelar perayaan budaya demi bisa mencegah penyebaran Covid-19. Seperti halnya yang dilakukan Distrik Agdal Ryad di Rabat, penggunaan teknologi Zoom sudah sangat marak di berbagai kegiatan sosial dan budaya di seantero Maroko dan bahkan dunia Arab, disebabkan masih diberlakukannya jam malam dan karantina untuk mencegah penyebaran Covid-19 tersebut.

Seorang wartawan Maroko, Younis Maskin, mengungkapkan, dirinya sering terlibat dalam acara seminar politik, budaya, dan sosial dengan menggunakan Zoom sebagai ganti dari aktivitas konvensional dalam bentuk pertemuan langsung di ruangan yang luas.

Seperti halnya Maroko, di negara-negara Arab lain juga terjadi perubahan budaya dalam upaya mematuhi protokol kesehatan sesuai dengan standar WHO. Laporan yang ditayangkan Google menunjukkan, negara-negara Arab kaya Teluk (GCC/Arab Saudi, Kuwait, Qatar, Bahrain, Oman, dan Uni Emirat Arab/UEA) menempati posisi papan atas di dunia dalam hal kepatuhan melaksanakan social distancing dan karantina rumah atau stay at homedalam upaya mencegah penyebaran wabah Covid-19.

Menurut Google, rakyat Bahrain mengalami penurunan bepergian ke tempat umum hingga 31 persen atau menempati urutan kelima setelah Singapura, Korea Selatan, Jepang, dan Amerika Serikat (AS) dalam kepatuhan tidak melakukan perjalanan atau bepergian ke tempat umum.

REUTERS/AHMED YOSRI

Jalanan di Riyadh, Arab Saudi, sepi sejak karantina wilayah diberlakukan selama 24 jam, Kamis (7/5/2020)

UEA, Kuwait, Arab Saudi, Oman, Qatar, dan Bahrain menempati urutan papan atas dalam hal praktik pembatasan sosial. Dalam hal penggunaan kendaraan umum, seperti bus dan kereta, ada penurunan hingga 60 persen di negara anggota GCC. Adapun penurunan jumlah menuju tempat perbelanjaan, seperti supermarket, mal, dan obyek wisata mencapai 34,1 persen  pada musim wabah Covid-19 saat ini.

Di Arab Saudi, para pekerja dari warga Arab Saudi di sektor jasa pengantaran makanan dan logistik ke rumah-rumah meningkat hampir 300 persen pada masa wabah Covid-19 saat ini. Hal itu menunjukkan budaya warga Arab Saudi menggunakan aplikasi pesanan pengantaran untuk mendapatkan makanan dan logistik lainnya kian meningkat tajam.

Pemerintah Arab Saudi memberikan insentif tambahan hingga 3.000 riyal Arab Saudi (sekitar 800 dollar AS atau Rp 12 juta) per bulan kepada warga Arab Saudi yang bersedia bekerja di jasa pengantaran makanan dan logistik. Menurut direktur perencanaan dan pengembangan jasa pos dan logistik pada badan teknologi komunikasi dan informasi, Nayef Shashah, Pemerintah Arab Saudi kini sedang gencar mempromosikan dengan memberikan insentif kepada para pemuda dan pemudi Arab Saudi agar bersedia bekerja di jasa pengantaran makanan, obat-obatan, dan logistik yang sangat dibutuhkan saat praktik karantina di sejumlah kota sehingga warga tidak bisa keluar rumah.

Pemerintah Arab Saudi kini melihat sektor jasa pengantaran sebagai lapangan kerja alternatif, saat sektor pekerjaan lain merumahkan atau memutus hubungan kerja para karyawannya.

AFP/MOHAMED EL-SHAHED

Seorang sukarelawan yang mengenakan masker wajah menyemprotkan disinfektan kepada seorang pria, sebagai upaya melawan pandemi Covid-19, di Desa Shamma, Provinsi Menoufia, di Delta Nil, Mesir utara, 1 April 2020.

Di Mesir, industri perbankan mengharuskan nasabah mengenakan masker untuk mendapatkan pelayanan dari perbankan. Kementerian Kesehatan Mesir akan mewajibkan rakyat Mesir mengenakan masker jika bepergian keluar rumah. Siapa pun yang tidak mengenakan masker di luar rumah, akan mendapat sanksi bayar denda minimal 300 pound Mesir atau sekitar 20 dollar AS (Rp 298.000).

Mesir sejak pertengahan Maret lalu juga telah menerapkan belajar dari jarak jauh dengan menggunakanZoom, menyusul pemerintah menutup semua sekolah dan perguruan tinggi.‎

Proses digitalisasi dalam semua sektor kehidupan pada era wabah Covid-19 saat ini sejalan dengan rekomendasi KTT dewan kerja sama Teluk (GCC) pada Desember 2019, untuk segera mempercepat proses digitalisasi di kawasan Arab Teluk yang mengharuskan diperluas penggunaan teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence).

Merebaknya Covid-19 yang sangat cepat dan masif telah mengungkap  titik lemah dan tiadanya transparan banyak pemerintahan. Terlambatnya banyak pemerintahan mengambil tindakan cepat dalam upaya membendung wabah Covid-19 itu menyebabkan wabah tersebut menyebar luas tidak terbendung yang melampaui kemampuan sistem kesehatan banyak negara.

REUTERS/AHMED YOSRI

Seorang ulama mengumandangkan azan sebelum shalat Jumat di Masjid Al-Rajhi, Riyadh, Arab Saudi, yang sepi, Jumat (20/3/2020). Shalat Jumat di masjid-masjid Arab Saudi ditiadakan untuk mencegah penyebaran Covid-19.

Hal itu menyebabkan sektor keuangan, perdagangan, dan pendidikan di banyak negara Arab tidak dapat memberikan pelayanan sebagaimana semestinya setelah banyak negara Arab menerapkan jam malam dan karantina.

Karena itu, penggunaan teknologi pintar atau proses digitalisasi dalam semua sektor kehidupan itu menjadi keniscayaan sebagai bagian dari perubahan budaya agar bisa menjawab tantangan di musim wabah Covid-19 ini.

Kompas, 15 Mei 2020

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger