Penyebaran wabah Covid-19 yang masif di seluruh dunia saat ini, dan tak terkecuali dunia Arab, mendorong sejumlah negara Arab melakukan inovasi dengan menggunakan teknologi dalam menghadapi wabah tersebut.
Pemerintah Tunisia, misalnya, saat ini menggunakan robot yang berjalan di jalanan beberapa kota di negara itu. Robot tersebut bertugas memantau sejauh mana rakyat Tunisia mematuhi instruksi pemerintah terkait protokol kesehatan untuk membendung penyebaran Covid-19, seperti praktiklockdown dengan menetap di rumah dan melaksanakan jam malam.
Manusia robot itu dibekali kamera pengawas dan sistem GPS yang dikendalikan dengan remote control. Robot tersebut bisa melakukan interogasi atau berbicara dengan warga untuk mengetahui sejauh mana rakyat Tunisia menghormati dan mematuhi praktik lockdown di negara itu.
Kementerian Dalam Negeri Tunisia melalui media sosial, seperti Facebook, Twitter, dan Instagram, melakukan komunikasi dengan rakyat Tunisia tentang keberadaan robot di beberapa kota itu. Mereka mengimbau segenap warga agar bisa komunikatif dan responsif terhadap apa yang diinginkan robot tersebut.
Robot tersebut adalah hasil produksi Tunisia dari karya warga negara itu yang bernama Anis al-Sahbani. Ia mendirikan perusahaan Enova Robotics di Tunisia yang khusus bergerak di bidang kecerdasan buatan (artificial intelligence). Sebelumnya, Enova Robotics mendapat pesanan pembuatan robot dari Perancis untuk dipasang dan sekaligus mengawasi instalasi-instalasi nuklir di Perancis.
Adapun Kuwait menggunakan pesawat tanpa awak (drone) yang dilengkapi alat pengeras suara untuk menyerukan warga negara itu menghindari kerumunan orang dan harus menggunakan masker jika harus bepergian keluar.
Alat pengeras suara yang dibawa droneitu menggunakan bahasa Arab, Inggris, Filipina, dan India karena begitu banyak pekerja asal Filipina, India, dan negara lain di Kuwait. Pesawat droneitu terbang rendah di atas langit kota Kuwait dan secara otomatis mendekati kerumunan orang kalau ada kerumunan di kota itu dan langsung dengan alat pengeras suara meminta kerumunan itu bubar.
Drone tersebut bisa memberi peringatan keras kepada kerumunan orang itu bahwa polisi akan segera datang untuk membubarkan massa secara paksa apabila mereka tidak segera mematuhi perintah dari droneitu.
Pesawat drone itu juga merekam situasi tentang sejauh mana rakyat Kuwait mematuhi protokol kesehatan yang diinstruksikan pemerintah untuk mencegah penyebaran Covid-19.
Pemerintah Kuwait sangat mengandalkan hasil laporan dari pesawat drone tersebut untuk evaluasi dan kemudian mengambil keputusan-keputusan baru terkait upaya mencegah penyebaran Covid-19 di negara itu.
Seperti halnya Kuwait, Qatar juga menggunakan pesawat drone untuk memantau sejauh mana warga negara itu mematuhi protokol kesehatan.
Drone di Qatar menggunakan pula alat pengeras suara untuk meminta warga negara itu mematuhi protokol kesehatan, seperti tetap berada di rumah dan menggunakan jasa pengiriman untuk belanja kebutuhan hidup.
Drone tersebut juga sering terbang rendah di seantero negeri Qatar untuk memantau dan merekam situasi, kemudian memberi laporan dari hasil evaluasi itu.
Di Qatar, kini semua aktivitas kehidupan juga dilakukan melalui daring dalam upaya memutus rantai penyebaran Covid-19 di negara itu. Pemerintah Qatar telah menerapkan sistem belajar daring sejak 22 Maret lalu.
Pemerintah Qatar membangun kemitraan pula dengan Microsoft Teams untuk menciptakan sistem kerja modern di musim wabah Covid-19 saat ini, yang memungkinkan pekerja bisa bekerja dengan cara daring serta memperkuat komunikasi dan kerja sama antar-instansi pemerintah sehingga bisa memberi pelayanan terbaik kepada rakyat.
Kamar Dagang Qatar kini meluncurkan pula aplikasi "Kerja Sama" yang memudahkan bantuan kepada usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang terkena dampak wabah Covid-19. Melalui aplikasi tersebut, satu dan lain perusahaan bisa saling kenal.
Kamar Dagang Qatar kemudian bertindak sebagai mediator dan penghubung antara perusahaan besar yang ingin memberi bantuan dan UMKM yang membutuhkan bantuan melalui aplikasi itu, serta antara pemerintah dan perusahan besar yang ingin membantu memenuhi kebutuhan pemerintah dalam menghadapi wabah Covid-19.
Pemerintah juga bisa menggunakan jasa aplikasi itu untuk mengetahui dan sekaligus membantu UMKM yang terkena dampak wabah Covid-19.
Di Jordania, diluncurkan situs web "www.mouneh.jo" yang berisi petunjuk atau informasi kepada perusahaan, individu, dan perusahaan pemilik aplikasi tentang jasa pengiriman atau delivery semua komoditas, seperti makanan, minuman, dan barang, ke rumah-rumah warga.
Menteri Urusan Ekonomi Digital Jordania Mothanna al-Gharaibeh mengatakan, laman www.mouneh.jo untuk memudahkan cara hidup di Jordania di tengah pandemi Covid-19 saat ini. Warga Jordania melalui situs web itu bisa mendapatkan atau menerima semua kebutuhan hidupnya di rumah masing-masing tanpa harus keluar rumah. Sebab, di situs tersebut sudah terdaftar semua toko besar dan kecil di seantero negeri Jordania yang siap mengantarkan kebutuhan warga ke rumah masing-masing.
Sementara di Kesultanan Oman, diluncurkan portal "Behar" yang merupakan marketplace untuk penjualan semua jenis ikan dan produk laut dari perusahaan-perusahaan atau saudagar-saudagar ikan dan produk laut di seantero negeri.
Melalui Behar, konsumen bisa memesan berbagai jenis ikan dan produk laut lainnya, dan kemudian pesanan itu diantar ke rumah pemesan. Pemerintah Oman meluncurkan portal itu untuk menjadi titik temu antara produsen dan konsumen ikan atau produk laut lainnya sehingga mereka tidak harus bertemu langsung untuk mencegah penyebaran Covid-19 di negara itu.
Oman dikenal sebagai salah satu produsen ikan terbesar di Timur Tengah. Sejak 2005 hingga 2011, Oman memproduksi ikan sebanyak 155.000 ton per tahun. Dari tahun 2012, produksi ikan di Oman terus mengalami kenaikan. Pada 2017 merupakan puncak volume produksi ikan di Oman, yakni mencapai 347.600 ton. Selain gas dan minyak, ikan dan produk laut lainnya merupakan andalan ekspor Oman.
Kompas, 1 Mei 2020
Tidak ada komentar:
Posting Komentar