Cari Blog Ini

Bidvertiser

Jumat, 01 Mei 2020

TAJUK RENCANA: Melonggarkan Berdasarkan Data (Kompas)


AFP/JOSEP LAGO

Dua anak warga Spanyol berlari menuju orangtua mereka di Barcelona, Spanyol, Minggu (26/4/2020). Setelah enam minggu tinggal di rumah, anak-anak di Spanyol diperbolehkan bermain di luar rumah dengan pengawasan orangtua.

Beberapa negara sudah dan akan melonggarkan pembatasan sosial terkait wabah Covid-19. Keputusan itu diambil secara hati-hati dengan berdasarkan data epidemiologi.

Dua negara paling parah terpukul wabah Covid-19 yang telah mengumumkan pelonggaran pembatasan sosial adalah Spanyol dan Perancis. Dua negara Eropa ini berada di urutan ketiga dan keempat negara terbanyak kasus positif Covid-19 (Spanyol lebih dari 212.000 kasus, Perancis lebih dari 168.000 kasus) dan korban meninggal (lebih dari 24.200 orang di Spanyol dan lebih dari 23.600 orang di Perancis).

Spanyol mulai melonggarkan pembatasan sosial pada Minggu (26/4/2020), sedangkan Perancis akan memulainya pada 11 Mei nanti. Jerman, peringkat ketujuh negara paling terdampak, sudah lebih dulu melonggarkan kebijakan terkait upaya pencegahan persebaran wabah pada pekan lalu. Pusat-pusat pertokoan di negara itu secara bertahap kembali dibuka. Di belahan dunia lain, Selandia Baru dan Australia mulai mengendurkan aturan pembatasan sosial, Selasa lalu.

Iran, negara Asia paling terpukul wabah, mengizinkan sebagian aktivitas bisnis di ibu kota Teheran beroperasi lagi pada 18 April lalu. Di Asia Tenggara, Thailand akan memulai pelonggaran itu akhir pekan ini. Waktu pembatasan sosial, cara, dan bentuk pelonggarannya berbeda-beda, seperti bentuk dan detail pembatasan sosial yang berbeda-beda di tiap negara. Begitu pula pemilihan soal waktu dan apa yang dilonggarkan. Bagi pemerintah di negara-negara itu, pengambilan keputusan itu bukanlah hal mudah.

AFP/STR

Seorang wanita menari di Menara Yellow Crane, setelah daerah yang indah itu dibuka kembali untuk umum di Wuhan di provinsi Hubei tengah Cina pada (29/4/2020). Sebagian besar wilayah di China telah mengendalikan virus korona di dalam area perbatasannya sejak wabah pertama kali muncul di kota Wuhan akhir tahun lalu.

Di sejumlah negara, kapan dan bagaimana pembatasan sosial itu dilakukan menjadi bahan perdebatan. Di satu sisi, terlalu lama pembatasan sosial berlangsung, semakin besar dampak yang dipikul warga, termasuk dari aspek sosial, ekonomi, dan juga sisi kehidupan lainnya. Namun, di sisi lain, keputusan pelonggaran itu juga harus memperhatikan aspek keselamatan warga serta mencegah gelombang kedua penularan virus.

Terkait hal itu, penting untuk menggarisbawahi pandangan mantan Direktur Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (CDC) Amerika Serikat Tom Frieden, yang dikutip dalam berita harian ini, Rabu (29/4/2020). Melalui cuitan di akun Twitter-nya, Frieden mengingatkan, keputusan melonggarkan pembatasan sosial bagi masyarakat di tengah pandemi Covid-19 bukan soal tanggal, melainkan soal data.

Peringatan itu penting diperhatikan agar keputusan terkait pelonggaran tersebut benar-benar didasarkan pada data epidemiologi atau kasus-kasus penularan virus. Frieden menyebut setidaknya tiga hal harus diperhatikan, yakni laju infeksi yang menurun, perlindungan petugas medis, dan upaya mengurung virus lewat tes, pelacakan kontak, dan karantina.

Pelonggaran pembatasan sosial bukanlah akhir dari upaya melawan wabah Covid-19. Mengutip pidato PM Selandia Baru Jacinda Ardern saat mengumumkan pelonggaran pembatasan sosial di negaranya, perang melawan korona belum selesai. Pelonggaran itu hanyalah satu fase memasuki babak selanjutnya dalam mengendalikan wabah.

Kompas, 30 April 2020

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger