Benny Likumahuwa yang meninggal 9 Juni lalu tak dapat dipisahkan dari nama band Rollies. Benny ikut membentuk karakter musik Rollies. Meskipun kemudian ia keluar dan bergabung kembali, jejak kontribusi Benny tetap terdengar dalam lagu-lagu Rollies.
Mari kita ingat lagu "Salam Terakhir" dari The Rollies. "Terdengar seruling/ Mengalun nan merayu/ Nan menyayat hati sanubariku…"
Dalam lagu ciptaan Iwan Krisnawan yang dibawakan Iwan sendiri itu memang terdengar seruling. Tepatnya suara flute yang dimainkan Benny Likumahuwa. Terdengar pula trombon yang juga ditiupkan oleh Benny. Sang peniup seruling itu berpulang Selasa, 9 Juni 2020, dalam usia 74 tahun.
Benny merupakan "sisa-sisa laskar" Rollies generasi awal yang pada tahun-tahun terakhir ini masih mengawal Rollies. Sebelumnya, pada Maret 2019, Iskandar yang merupakan generasi pertama Rollies, telah mendahului berpulang.
Dengan berpulangnya Benny di usia 74 tahun, kini awak Rollies yang bergabung pada era 1960-an telah tiada semua. Mereka adalah Iwan Krisnawan, Iskandar, Bonny Nurdaya, Deddy Stanzah, Bangun Sugito, dan Delly Djoko Alipin.
Benny dan Iskandar masih tampil bersama di Java Jazz 2018 bersama awak Rollies angkatan setelah mereka. Saat itu Rollies tampil dengan personel dari empat angkatan.
Teuku Z Iskandar dari angkatan pertama, lalu Benny angkatan kedua. Berikutnya dari angkatan ketiga ada Uce F Tekol (bas), Jimmy Manopo (drum), dan Didiet Maruto (trompet). Personel lain yang belakangan meramaikan penampilan Rollies adalah Masri pada gitar, Nyong Anggoman (keyboard), serta dua vokalis, Alfred Ayal dan Marten Legar.
Di Java Jazz, mereka memainkan lagu-lagu seperti "Soul Vacation" dan "You're Still a Youngman" dari band Tower of Power, band brass rock/soul yang berbasis alat musik tiup logam. Kemudian "Phases of Smile" dari Blood Sweat & Tears yang membawa rasa jazz rock.
Rollies juga membawakan lagu "25 or 6 to 4" dari Chicago yang menyebut diri sebagai "rock and roll band with horn". Ketiga band tersebut merupakan pilar utama pengaruh Rollies, dan ketiga band tersebut menggunakan seksi tiup logam atau brass section.
Rollies juga mambawakan lagu yang mereka populerkan dalam album era 1970-an, seperti "Bimbi" dan "Kemarau". Aransemen lagu-lagu tersebut melibatkan paduan alat tiup logam yang merupakan karakter Rollies yang mereka serap dari band acuan musik mereka tersebut.
Organisma
Rollies ibarat organisma yang hidup secara dinamis, seturut bergabungnya para pemain. Setiap musisi, entah itu pemain yang bergabung lebih dahulu, atau awak yang masuk belakangan, masing-masing memberi kontribusi pada karakter musik Rollies.
Masing-masing awak band responsif pada preferensi musik setiap musisi. Dengan sikap seperti itu Rollies bertahan hingga lebih dari 50 tahun. Mereka melintas sejarah, menempuh dekade demi dekade di belantara musik pop di negeri ini.
Saat dibentuk di Bandung tahun 1967, Rollies memainkan lagu-lagu Beatles, Rolling Stones, atau jenis rock n'roll yang sedang ramai di zamannya. Saat itu usia mereka masih 20-an tahun. Iskandar berposisi sebagai gitaris, Iwan Krisnawan (drum), Deddy Stanza (bas), dan Delly Djoko Alipin (gitar). Belakangan masuk Bangun Sugito dan Bonny Nurdaya.
Ketika itu, dunia musik Indonesia masih didominasi penyanyi tunggal. Rollies pun juga menjadi band pengiring yang antara lain pernah mengawal penyanyi Anna Mathovani sampai Fenty Effendi. Rollies hanya tampil bernyanyi satu atau dua lagu. Iskandar mengaku saat itu Rollies belum mempunyai warna.
Seiring waktu, belakangan repertoir mereka melebar. Rollies mulai membawakan lagu-lagu bercorak soul, utamanya lagu-lagu James Brown yang memang tengah populer di pertengahan 1960-an, seperti "I Got You ( I Feel Good)" dan "It's A Man's Man's Man's World". Mereka juga membawakan lagu-lagu dari Jimi Hendrix, Cream, dan The Monkeys.
Menjelang akhir 1960-an bergabunglah Benny Likumahuwa. Ketika itulah Rollies mengubah orientasi musik ke arah brass rock dan jazz rock. Mereka mengacu pada kelompok musik pembawa gaya musik tersebut, yaitu Tower of Power, Chicago, dan Blood Sweat and Tears.
Seiring dengan pergeseran acuan musik itu, Rollies mulai melakukan penataan peran. Iskandar yang semula bermain gitar kemudian beralih memainkan saksofon. Sementara Gito selain sebagai vokalis juga memainkan trompet dan biola, Delly beralih kekeyboard. Iwan Krisnawan tetap duduk di belakang drum, Deddy Stanzah (bas), Bonny Nurdaya (gitar), dan Benny Likumahuwa memainkan trombone dan flute. Sebagai catatan, semua awak Rollies adalah vokalis-vokalis andal.
Waktu itu jazz rock memang kurang lazim. Akan tetapi, Rollies berani menyuguhkannya dari penggung ke panggung. Prinsip Rollies saat itu, pernah diungkapkan Benny Likumahuwa dalam peribaratan: di satu ruang semua orang memakai baju hitam, pakailah baju putih.
Dengan kata lain, ada distingsi yang kuat yang membedakan musik Rollies dari kelompok musik lain pada zamannya. Penggunaan brass ini kemudian menjadi karakter musik Rollies hingga saat ini.
Melintas zaman
Pengaruh-pengaruh Rollies itu tampak sekali pada album mereka yang direkam di Phillips, Singapura pada 1969. Album itu seluruhnya berisi lagu "barat" milik orang lain atau boleh dikatakan sebagai cover album.
Sebagian lagu bercorak soul, pop jazz. Di urutan pertama ada lagu "The Love of A Woman" ciptaan Barry dan Maurice Gibb. Lagu aslinya populer lewat suara perempuan Samantha Sang. Delly Djoko Alipin menyanyikannya dengan suara khasnya yang tipis melengking.
Gito kebagian lagu yang memang sering dibawakannya di pentas, yaitu lagu James Brown "I Got You (I Feel Good)" dan "It's a Man's Man's Man's World". Gito dan Delly juga membawakan lagu soul "Sunny" dari Bobby Hebb yang dirilis tahun 1966. Dipilih pula lagu soul dari band Inggris Love Affair, yaitu "Gone Are the Songs of Yesterday". Lagu tersebut memang tengah populer pada 1969.
Pada album selanjutnya Let's Start Again produksi Remaco 1971, Rollies mulai membawakan lagu sendiri. Di album inilah Rollies dikenal secara lebih luas, terutama lewat lagu "Salam Terakhir".
Di Remaco, Rollies juga membuat album lagi dengan nama band The Rollies. Salah satu lagu dalam album ini "Love (In This Time)" muncul dalam film Buah Bibir (1972). Lagu ini diciptakan Benny dan Iskandar. Benny juga ikut mengisi vokal bersama Bonny, Iskandar, dan Delly.
New Rollies
Terjadi perubahan di tubuh Rollies menyusul meninggalnya Iwan Krisnawan pada 1974. Kemudian Deddy Stanza mengundurkan diri. Posisi drummer dan bassist digantikan Jimmy Manopo dan Uce F Tekol. Belakangan Benny Likumahuwa mengundurkan diri dari band. Rollies kemudian memantapkan formasi dengan nama baru New Rollies.
Formasi New Rollies adalah Delly (keyboard/vokal), Gito (vokal), Bonny (gitar/vokal), Iskandar (saksofon), Didiet Maruto (trompet), Marwan (trombon), Utje F Tekol (bas), dan Jimmy Manopo (drum).
Pada paruh kedua 1970-an, Rollies yang berada di bawah label Musica Studio harus berhadapan dengan penyanyi dan band yang tengah moncer. Saat itu tengah ramai albumBadai Pasti Berlalu-nya Erros, Yockie, dan Chrisye. Menyusul kemudian album Sabda Alam dari Chrisye dan Yockie serta lagu-lagu hasil Lomba Cipta Lagu Remaja dari Prambors.
Di tengah serunya blantika musik, Rollies tetap eksis sebagai band "pop dengan alat tiup". Dan ternyata, alat tiup inilah yang membedakan New Rollies dengan kelompok musik lain.
Di sisi lain, Rollies berusaha beradaptasi dengan situasi, antara lain dengan membawakan sejumlah lagu dari penulis lagu laris seperti Titiek Puspa dalam lagu "Dansa Yok Dansa" dan "Bimbi". Juga lagu karya Yohanes Purba, "Hanya Bila Haus di Padang Tandus". Lagu-lagu tersebut digarap dengan sound khas Rollies, menggunakan garapan tiup logam yang solid.
Dan ternyata Rollies diterima publik. Di radio, Rollies bisa berhadapan dengan lagu-lagu yang sedang tren saat itu. Di salah satu radio di Jakarta pada Januari 1979, lagu Rollies "Kau yang Kusayang", posisinya sempat berada di atas lagu "Sabda Alam" Chrisye. Bahkan, pada minggu yang sama, lagu Rollies lain juga berada di urutan ke-5, yaitu "Kemarau" karya Utje F Tekol yang berbicara tentang pemanasan global.
Memasuki era 2000-an Rollies tampil di tengah pentas musik yang disi oleh musisi seumuran anak-anak mereka. Mereka terkesan berwibawa sebagai band dengan jam terbang puluhan tahun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar