Dua kali saya ditempatkan di Indonesia untuk tugas diplomasi. Hal ini merupakan keberuntungan dan ketentuan perjalanan hidup untuk karier seorang diplomat. Bagi saya, Indonesia adalah jodoh.
Pada 2003 hingga 2005, saya ditempatkan di Indonesia untuk pertama kali. Berselang 13 tahun semenjak penugasan tersebut, saya kembali ke Indonesia pada 2018. Seperti kampung halaman sendiri, saya mempunyai ikatan batin yang sangat kuat dengan Indonesia.
Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki banyak pencinta Korea, khususnya generasi milenial yang menaruh hati pada budaya Korea (K-wave). Dapat mewakili Korea di Indonesia merupakan kebanggaan bagi saya. Namun, tibalah saatnya saya harus meninggalkan negeri yang saya cinta, Indonesia. Masa tugas di Indonesia tidak akan pernah dapat saya lupakan.
Pada awal 2005, saya mengunjungi Aceh yang ditimpa tsunami untuk menyalurkan bantuan kemanusiaan darurat sebelum mengakhiri tugas saya di Indonesia. Hingga saat ini, saya masih mengingat pilunya hati warga Aceh karena penderitaan yang harus dipikul.
Tahun lalu, saya diberi kesempatan untuk kembali berkunjung ke Aceh, kali ini sebagai duta besar, untuk menghadiri acara peringatan 15 tahun terjadinya tsunami. Saya sangat senang dan bangga melihat Aceh yang telah melewati rasa pilu dan menjelma menjadi sebuah kota baru yang berkembang dinamis.
Saya sangat senang dan bangga melihat Aceh yang telah melewati rasa pilu dan menjelma menjadi sebuah kota baru yang berkembang dinamis.
Tahun ini, dengan berat hati saya akan meninggalkan Indonesia seusai mengemban tugas saya sebagai duta besar, tetapi rasanya tidak seberat tahun 2005 karena perubahan yang saya lihat di Aceh tersebut.
Perpisahan kali ini harus saya lakukan secara virtual karena pandemi Covid-19. Sebuah perpisahan era kenormalan baru. Alih-alih berpelukan dan bersalaman, saya harus menyampaikan salam terakhir melalui surat tertulis ini sembari menahan sedih. Akan tetapi, saya yakin bahwa suatu saat nanti kita pasti akan bertemu kembali.
Indonesia dan Korea adalah teman sejati dan sehati. Kedua negara adalah mitra strategis khusus (special strategic partner) yang sama-sama menjunjung tinggi nilai-nilai seperti demokrasi, ekonomi pasar, multilateralisme, dan perdagangan terbuka. Di samping itu, kedua negara adalah mitra dalam mewujudkan masa depan yang sejahtera dan berorientasi pada masyarakat.
Dalam menangani krisis Covid-19 saat ini pun, kedua negara memperlihatkan kerja sama yang semakin kokoh. Sejak awal proses kerja sama penanganan Covid-19, Pemerintah Korea Selatan mengutamakan Indonesia sebagai mitra kerja sama dan telah mengirimkan alat tes PCR, peralatan kesehatan, alat penyemprot disinfektan, serta masker. Pembuatan baju APD bersama yang dilakukan kedua negara juga dinilai sebagai bentuk kerja sama bilateral yang istimewa.
Tidak hanya itu, sejumlah perusahaan Korea dan komunitas warga Korea di Indonesia bahu-membahu menyalurkan bantuannya sehingga menambah kekuatan bagi masyarakat Indonesia. Masyarakat kedua negara berbagi beban layaknya peribahasa Indonesia yang berbunyi "ringan sama dijinjing, berat sama dipikul.
Sebagai sahabat karib, saya melihat banyak transformasi yang sedang digencarkan Indonesia menuju masa depan yang penuh harapan.
Pertama, sebagai negara muda dan dinamis, Indonesia sedang melakukan pembangunan ekonomi dan sosial dengan membuka diri terhadap perubahan serta menjunjung tinggi nilai keberagaman. Generasi muda di Indonesia memiliki keterbukaan dan kebanggaan terhadap negaranya sehingga mendorong Indonesia menjadi semakin dinamis.
Masyarakat kedua negara berbagi beban layaknya peribahasa Indonesia yang berbunyi "ringan sama dijinjing, berat sama dipikul."
Kedua, saat ini perekonomian di Indonesia sedang bertransformasi ke ranah ekonomi digital. Google memprediksi ekonomi digital Indonesia yang telah mencapai 40 miliar dollar AS pada 2019 akan berkembang tiga kali lipat pada 2025. Dewasa ini, Indonesia menjadi sorotan dunia, yakni sebagai kekuatan ekonomi digital yang terbesar dan berkembang paling pesat di kawasan ASEAN.
Ketiga, melalui perkembangan demokrasi yang terus terjadi, Indonesia saat ini menikmati kokohnya stabilitas secara menyeluruh. Pada 2004, ketika dilaksanakan pilpres secara langsung yang pertama dalam sejarah Indonesia, saya sedang berada di Jakarta dan dapat menyaksikan momen bersejarah tersebut.
Lima belas tahun kemudian, pilpres 2019 berlangsung sukses dan calon presiden dari kedua kubu tampak bergandengan tangan untuk tetap menjaga persatuan masyarakat. Hal ini menambah panjang catatan sejarah demokrasi di Indonesia.
Adapun momen spesial yang saya banggakan adalah ketika Indonesia dan Korea merampungkan perundingan Kesepakatan Kerja Sama Ekonomi Komprehensif Indonesia-Korea Selatan (IK-CEPA) selama masa tugas saya sebagai duta besar. IK-CEPA ini diharapkan akan berlaku awal tahun depan setelah melalui proses penandatanganan resmi dan ratifikasi di parlemen kedua negara.
IK-CEPA ini saya yakini akan menjadi faktor penguat yang dapat mendongkrak perdagangan, investasi, dan kerja sama ekonomi antara kedua negara. Penandatanganan IK-CEPA akan menjadi sebuah harapan baru dalam menghubungkan para pelaku ekonomi kedua negara di tengah ketidakpastian dan turbulensi iklim ekonomi global serta tren perdagangan proteksi.
Kerja sama industri kedua negara yang bermula dari sektor garmen, tekstil, alas kaki, dan produk elektronik kini semakin meluas dan berkembang ke sektor infrastruktur, seperti besi, baja, dan petrokimia.
Pada November 2019, Hyundai Motor Company memutuskan untuk menjadikan Indonesia sebagai basis produksi kawasan ASEAN. Meski di tengah pandemi Covid-19, pembangunan pabrik Hyundai Motor Company di kawasan Bekasi tetap lancar dilakukan dengan target memproduksi mobil CBU (complete built-up) pertama pada akhir 2021.
Kini, saatnya kedua negara membangun sebuah kerangka yang lebih komprehensif dan terukur, yakni aliansi industrial (industrial alliance). Dengan menyusun tujuan bersama untuk mengembangkan industri dan membangun sistem kerja sama berdasarkan prinsip saling menguntungkan, Indonesia dapat secara signifikan meningkatkan daya saing manufaktur sesuai target industri 4.0.
Perhatian masyarakat Korea terhadap Indonesia kian meningkat.
Melalui kemitraan aliansi industri tersebut, Korea dan Indonesia akan mencatat sejarah kerja sama baru di sektor industri otomotif, termasuk kendaraan elektrik (EV), smart city, start-up, bio-health, dan lain sebagainya.
Ketika berada di Korea nanti, saya ingin menjadi perantara budaya antara Indonesia dan Korea, khususnya ingin berkontribusi dalam memperkenalkan budaya Indonesia atau I-Culture di Korea. Perhatian masyarakat Korea terhadap Indonesia kian meningkat.
Beragam aspek kehidupan Indonesia selain tempat wisata dan masakan sedang banyak diminati oleh masyarakat Korea. Hal ini dikarenakan 45.000 warga Indonesia di Korea hidup berbaur dengan warga Korea sebagai tetangga baik.
Saya ingin mengakhiri surat ini dengan satu bait lagu berjudul "Dekat di Hati" milik RAN. "Jauh di mata namun dekat di hati." Semoga semua senantiasa sehat sampai kita bertemu kembali. Terima kasih.
Kim Chang-beom, Duta Besar Republik Korea untuk Indonesia, Jakarta, Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar