Hasil Sensus Penduduk Indonesia 2020 menyebutkan, 50,58 persen penduduk Indonesia adalah laki-laki dan 49,42 persen perempuan. Namun, mulai usia 70 tahun, jumlah penduduk lanjut usia perempuan lebih banyak daripada lansia laki-laki.
Di Amerika Serikat (AS), berdasarkan data Pusat Pengendalian Penyakit (CDC), rata-rata laki-laki hidup sampai usia 76 tahun, sedangkan perempuan hidup hingga usia 81 tahun. Perempuan juga lebih sehat pada masa tua.
Baca juga: Mengapa Laki-laki Cenderung Lebih Cepat Meninggal Dibandingkan Perempuan?
Laman Kesehatan Universitas Harvard, AS, merinci, 57 persen orang berusia 65 ke atas adalah perempuan. Persentase itu meningkat jadi 67 persen pada kelompok usia 85 tahun. Umur rata-rata perempuan AS sekitar lima tahun lebih panjang dibandingkan dengan laki-laki.
Tahun 1800 di Swedia, usia harapan hidup saat lahir adalah 33 tahun untuk perempuan dan 31 tahun untuk laki-laki. Pad era 2000, harapan hidup masing-masing 83,5 tahun dan 79,5 tahun. Dalam dua kurun waktu itu, perempuan hidup sekitar 5 persen lebih lama.
Hal yang sama terjadi di dunia binatang. Pada hampir semua spesies di alam liar, betina cenderung hidup lebih lama daripada jantan. Monyet (Macaca) betina hidup rata-rata delapan tahun lebih lama daripada monyet jantan. Paus sperma betina rata-rata hidup 30 tahun lebih lama dari yang jantan.
Tim peneliti internasional dikoordinasi Jean-François Lemaître dari Universitas Lyon 1, Perancis, mengumpulkan data demografis 134 populasi mamalia liar, mencakup 101 spesies. Hasilnya, median umur betina rata-rata 18,6 persen lebih lama dibandingkan dengan jantan sejenis. Pada manusia, perempuan hidup rata-rata 7,8 persen lebih lama.
Dalam laporan di Proceedings of the National Academy of Sciences (PNAS), 23 Maret 2020, dipaparkan, perbedaan jenis kelamin dalam rata-rata rentang hidup dan laju penuaan bervariasi antarspesies. Perbedaan panjang usia laki-laki dan perempuan ditentukan oleh interaksi kompleks antara kondisi lingkungan lokal dan biologi reproduksi terkait jenis kelamin.
Kromosom
Perempuan memiliki risiko kematian rata-rata lebih rendah pada masa dewasa daripada laki-laki. Sejumlah penelitian menunjukkan, bukan karena gaya hidup lebih berbahaya; seperti merokok, minum minuman keras, pola makan tidak sehat, atau ngebut dengan kendaraan, melainkan terkait "modal awal".
Baca juga: Telomer, Usia, dan Kesehatan
Perempuan memiliki dua kromosom X, sedangkan laki-laki memiliki X dan Y. Dua kromosom X menguntungkan. Perempuan menyimpan salinan ganda dari setiap gen. Jika terjadi mutasi atau kerusakan DNA, masih ada cadangan. Berbeda dengan laki-laki, tidak ada cadangan. Jika sel mulai rusak seiring waktu, laki-laki memiliki risiko penyakit lebih besar.
Testosteron memberi keunggulan pada laki-laki; lebih kuat, tinggi, dan besar. Di sisi lain, menimbulkan kerentanan terhadap penyakit jantung, infeksi, dan kanker di kemudian hari.
Teori lain terkait hormon seks, testosteron pada laki-laki dan estrogen pada perempuan. Testosteron memberi keunggulan pada laki-laki; lebih kuat, tinggi, dan besar. Di sisi lain, menimbulkan kerentanan terhadap penyakit jantung, infeksi, dan kanker di kemudian hari.
Bukti teori ini datang dari analisis kehidupan kasim pada zaman Kekaisaran Dinasti Chosun di Korea. Dalam jurnal Current Biology, yang terbit daring 24 September 2012, Kyung-Jin min dari Universitas Inha, Incheon, bekerja sama dengan kolega dari Universitas Korea, Seoul, dan Institut Sejarah Korea, menganalisis Yang-Se-Gye-Bo, catatan rinci kehidupan istana pada abad ke-19, termasuk informasi tentang 81 kasim yang testisnya diangkat sebelum pubertas. Testis merupakan tempat testosteron diproduksi.
Menurut sejarah, kasim dipekerjakan sebagai penjaga dan pelayan pada harem di Timur Tengah dan Asia. Istana Kekaisaran Dinasti Chosun Korea (1392–1910) juga memiliki kasim.
Hasil analisis, umur rata-rata kasim sekitar 70 tahun, sedangkan umur rata-rata laki-laki tidak dikebiri dengan status sosial ekonomi sama sekitar 50 tahun. Sementara usia rata-rata raja sekitar 47 tahun dan anggota keluarga kerajaan laki-laki sekitar 45 tahun.
"Hormon seks pria menurunkan fungsi kekebalan dan meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular," kata Kyung-Jin min, profesor ilmu biologi Universitas Inha, Korea Selatan. Ia mengacu pada penelitian di laboratorium yang menunjukkan bahwa testosteron dapat menghalangi pelepasan beberapa sel kekebalan yang melawan penyakit.
Antioksidan
Di sisi lain, hormon estrogen pada perempuan berfungsi sebagai antioksidan, membersihkan radikal bebas yang memicu kerusakan saraf, pembuluh darah, dan mempercepat penuaan. Pada hewan percobaan, betina yang diambil indung telurnya sehingga kekurangan estrogen cenderung berumur lebih pendek dibandingkan dengan betina normal.
Baca juga: Cari Rahasia Umur Panjang, Ilmuwan Pelajari Cacing
Kajian Antonio Mancini dan kolega dari Universitas Katolik Hati Kudus, Roma, Italia, yang dimuat diInternational Journal of Endocrinology, 20 November 2013, mendapatkan, estrogen dapat mencegah kerusakan DNA serta membantu menjaga fungsi sel normal dan sehat.
Testosteron meningkatkan kadar kolesterol buruk dalam darah (lipoprotein densitas rendah/LDL) dan menurunkan kadar kolesterol baik (lipoprotein densitas tinggi/HDL) sehingga laki-laki berisiko lebih besar terkena penyakit jantung dan stroke, demikian diungkap Thomas Perls dan Ruth Fretts dari Fakultas Kedokteran Universitas Harvard dalam Scientific American Presents, November 1997. Sebaliknya, estrogen menurunkan LDL dan meningkatkan HDL. Penelitian di Universitas Washington menunjukkan, estrogen mengatur aktivitas enzim hati yang terlibat dalam metabolisme kolesterol.
Hal serupa disebut Tom Eskes dan Clemens Haanen dari Rumah Sakit Pendidikan Nijmegen, Universitas Radboud, Belanda, di European Journal of Obstetrics & Gynecology and Reproductive Biology, 26 Februari 2007. Keberadaan estrogen menjelaskan rendahnya penyakit kardiovaskular pada perempuan sebelum menopause. Setelah menopause, risiko perempuan sama dengan laki-laki terkait dengan penyakit kardiovaskular.
Selain itu, menurut Perls dan Fretts, saat menstruasi, perempuan mengeluarkan darah bersama zat besi. Ini mengurangi pembentukan radikal bebas. Jumlah zat besi lebih rendah menurunkan laju penuaan, risiko penyakit kardiovaskular, dan penyakit terkait usia lain akibat radikal bebas.
Keuntungan yang sama didapat laki-laki yang sering donor darah. Penelitian Fakultas Kedokteran Universitas Kuopio, Finlandia, dan Universitas Minnesota, AS, mendapatkan, mereka memiliki lebih sedikit oksidasi kolesterol LDL, zat kunci pada aterosklerosis (menempelnya plak di dinding pembuluh darah).
Baca juga: Seberapa Panjang Usia Hidup Manusia?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar