Sejak awal tahun, rupiah sudah terdepresiasi 3 persen menyusul 7 persen pada 2012. BI memberi sinyal ini tak perlu terlalu dikhawatirkan karena rupiah saat ini dianggap sudah sesuai dengan fundamental ekonomi. Dengan kata lain, setelah cadangan devisa sempat tergerus hingga 98,1 miliar dollar AS untuk intervensi, pergerakan rupiah akan dibiarkan hingga mencapai keseimbangan baru yang lebih realistis.
Konsekuensinya, ada toleransi bagi perekonomian untuk mengalami sedikit perlambatan karena mahalnya dollar AS akan mengerem pula impor bahan baku dan barang modal untuk industri. Sebaliknya, melemahnya rupiah berefek positif berupa meningkatnya daya saing produk ekspor kita. Kondisi ini diharapkan bisa membantu memperbaiki posisi neraca perdagangan dan neraca pembayaran yang defisit.
Sikap lebih realistis BI merupakan langkah tepat, terutama mengantisipasi perkembangan global dan dalam negeri yang belum kondusif. Kita melihat untuk sementara tekanan terhadap rupiah masih akan terjadi, baik akibat faktor siklis (seperti meningkatnya kebutuhan dollar untuk impor, bayar utang, dan dividen) maupun faktor eksternal.
Tekanan eksternal ini terutama bersumber dari langkah Pemerintah AS memperketat kebijakan moneter dan mengurangi stimulus sejalan dengan membaiknya ekonomi. Langkah AS mengurangi pembelian obligasi negara di pasar mulai akhir 2013 akan menyebabkan menyusutnya likuiditas, terutama di negara berkembang. Selain itu, ada kekhawatiran melambatnya ekonomi China juga akan berdampak pada permintaan akan produk ekspor Indonesia.
Dari sisi dalam negeri, kekhawatiran terhadap defisit fiskal dan neraca perdagangan juga sempat dan bisa memicu lagi aksi lepas rupiah, saham, dan aset-aset finansial lain.
Sikap BI yang lebih realistis menghadapi melemahnya rupiah akan meredam sentimen kekhawatiran pasar, mengamankan posisi cadangan devisa, dan memungkinkan BI lebih berkonsentrasi pada upaya meredam tekanan inflasi yang menggerogoti daya beli masyarakat.
Respons sigap dan tepat BI dan Kementerian Keuangan akan memulihkan kepercayaan pasar dan jadi sinyal kuat bagi pasar bahwa semua terkendali. Untuk meredam inflasi dan gejolak rupiah, sejumlah langkah sudah ditempuh BI antara lain dengan menaikkan BI Rate dan Fasbi, mempersempit ruang spekulasi valas, menaikkan suku bunga term deposit dollar AS, serta membatasi spekulasi properti.
Kepercayaan pasar akan kian meningkat jika langkah ini diiringi dengan upaya membenahi sejumlah ketidakseimbangan yang terjadi pada fiskal dan moneter serta sektor riil. Ini momentum tepat untuk membenahi berbagai kelemahan yang bisa mengganggu kesinambungan pertumbuhan ke depan. Dengan membaiknya fundamental dan prospek pertumbuhan, investasi akan kembali deras masuk dan rupiah akan menguat lagi dengan sendirinya.
(Kompas, 17 Juli 2013)
Powered by Telkomsel BlackBerry®
Tidak ada komentar:
Posting Komentar