Pemberitaan mengenai kisruhnya impor beras akhir- akhir ini menunjukkan betapa tinggi ketergantungan negara kita terhadap barang impor.
Hampir semua kebutuhan pokok masyarakat saat ini harus diimpor dengan alasan persediaan dalam negeri tidak mencukupi. Pemerintah selalu berusaha mencukupi kebutuhan pokok rakyatnya dengan selalu menyediakan cadangan bahan pokok dan hampir selalu impor.
Dengan impor, harga akan dikendalikan oleh pengekspor. Apabila proses tender dilakukan dengan cermat, kita akan memperoleh harga yang terbaik untuk kualitas yang diinginkan. Ditinjau dari segi harga bahan pokok dan ketersediaan cadangan, kegiatan impor dapat dipahami, khususnya dalam keadaan darurat.
Ketergantungan impor
Apakah selamanya kita akan impor? Sampai kapan kita impor? Bagi negara-negara yang miskin sumber daya alam seperti Jepang dan Korea, mereka akan selalu mengimpor bahan baku dari negara yang kaya sumber daya alam kemudian digunakan untuk menjalankan roda kehidupan masyarakatnya.
Mereka harus bekerja keras agar mampu menghasilkan sesuatu yang dapat diekspor sehingga memperoleh devisa untuk membayar barang impornya. Mereka sangat produktif dan mampu menghasilkan nilai tambah dari apa yang mereka impor. Mereka juga akan sangat bergantung pada impor bahan baku dan sebenarnya dalam kehidupan di dunia ini semua negara akan saling bergantung satu sama lain, interdependensi.
Negara kita yang dikaruniai kekayaan sumber daya alam yang luar biasa seharusnya mampu mandiri dan berdaulat dalam pemenuhan kebutuhan pokok rakyatnya. Kita tidak perlu mengimpor bahan pokok karena memilikinya meski ada yang mengatakan bahwa persediaan kita tidak mencukupi untuk rakyat yang jumlahnya sangat banyak.
Seharusnya kita mampu mencukupi kebutuhan rakyat tanpa harus impor asalkan ada perubahan paradigma pembangunan dari ketergantungan menjadi pemberdayaan. Jika rakyat diberdayakan untuk mampu mengolah sumber daya alam di sekitarnya sehingga mempunyai nilai tambah yang tinggi, rakyat akan mampu menghidupi dirinya. Rakyat akan mandiri. Dengan demikian, tidak perlu ada impor bahan pokok.
Pemberdayaan dan nilai tambah
Pemberdayaan rakyat seharusnya menjadi tanggung jawab pemerintah. Pola pemerintahan modern saat ini adalah pemberdayaan rakyat bukan lagi pengaturan rakyat seperti pada masa lalu. Pemerintah seyogianya mendorong rakyat berkarya agar berdaya dan tidak justru meninabobokan sehingga tidak pernah berdaya. Ibarat orangtua yang selalu memanjakan anaknya, maka anaknya menjadi tidak mandiri dan tidak sintas dalam hidupnya. Rakyat kita selama ini sudah dimanjakan dengan kekayaan alam yang luar biasa dan sebenarnya sudah berada dalam zona nyaman. Mereka sangat yakin akan selalu hidup nyaman.
Namun, kita harus ingat bahwa kekayaan alam tersebut tidak tak terbatas, bahkan diperebutkan oleh banyak negara yang miskin sumber alam. Selain itu, penduduk bertambah terus jumlahnya yang memerlukan dukungan sumber alam.
Jika kita belajar dari negara- negara maju yang notabene miskin sumber daya alam, kata kuncinya adalah kemampuan kita berkarya secara produktif untuk meningkatkan nilai tambah. Apa yang kita miliki saat ini hendaknya dapat ditingkatkan nilai tambahnya sehingga Indonesia mempunyai daya saing yang tinggi dalam persaingan global.
Untuk mencapai kemampuan bersaing diperlukan sumber daya manusia yang mampu berkarya, berbuat sesuatu yang riil yang berdampak, produktif menghasilkan hal yang bermanfaat bagi kemaslahatan rakyat, serta mempunyai keterampilan dan keahlian yang memadai untuk berkarya nyata.
Negara maju seperti Amerika Serikat masih menganggap dirinya kurang kompetitif karena lemahnya industri manufaktur. Oleh karena itu, pemerintahan Barack Obama mendorong pertumbuhan industri manufaktur karena industri tersebut memberikan nilai tambah yang tinggi.
Di samping itu, untuk mendukung industri manufaktur tersebut, pemerintah Barack Obama mendorong penguatan STEM (science technology engineering mathematics) di sekolah menengah agar generasi muda Amerika Serikat mampu bersaing secara global. Industri manufaktur juga menjadi primadona ekspor bagi Jerman, bahkan mampu mengatasi krisis ekonomi 2008 yang lalu. Pemerintah Jerman memberikan prioritas terhadap industri manufaktur untuk menguasai pasar ekspor dunia, didukung oleh pendidikan sains dan keteknikan yang andal.
Seperti halnya banyak negara maju, Indonesia seharusnya mempunyai industri manufaktur yang tangguh sehingga disegani kalangan internasional. Di samping itu, j Indonesia akan menjadi mandiri dan berdaulat dalam berbagai aspek, seperti pangan, energi, dan lingkungan.
Untuk mempunyai industri manufaktur yang kuat, diperlukan kebijakan afirmatif dari pemerintah dalam hal investasi dan diperlukan sumber daya manusia yang andal dalam bidang sains dan keteknikan. Animo generasi muda mempelajari sains dan keteknikan sangat rendah, bahkan murid-murid di sekolah cenderung menghindari mata pelajaran sains karena dianggap sukar dan mereka tidak melihat manfaatnya secara langsung.
Banyak di antara mereka yang lebih memilih bidang yang cepat mendatangkan uang dengan cara yang mudah dan menyenangkan. Zona nyaman minus karya ini ternyata masih melekat secara kultural dalam diri masyarakat pada umumnya, dan hal ini harus dapat diubah jika Indonesia akan maju mandiri.
Satryo Soemantri Brodjonegoro
Wakil Ketua Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia
Sumber: Kompas cetak edisi 21 Februari 2014
Powered by Telkomsel BlackBerry®
Tidak ada komentar:
Posting Komentar