Sebagian orang tampaknya menjadi tidak sabar, bukan karena didorong oleh kegairahan tinggi atas pesta demokrasi, melainkan lebih karena sudah gerah dan tidak tahan terhadap situasi tertekan dan tegang menjelang pemilihan 9 Juli mendatang.
Entah kenapa, suasana menjelang pemilihan memang terasa tegang dan cenderung menekan. Mungkin karena pertarungan sangat ketat yang menghadapkan langsung dua pasangan calon, Prabowo Subianto-Hatta Rajasa dan Joko Widodo-Jusuf Kalla. Kedua pasangan calon dengan para pendukungnya berjuang mati-matian karena peluang hanya sekali datang pada pertarungan yang terkunci dalam satu putaran. Sudah pasti menegangkan.
Sebenarnya ketegangan sangatlah lazim dalam setiap pertarungan, apalagi perebutan kekuasaan. Namun, ketegangan itu berkembang menjadi kecemasan dan perasaan tertekan, antara lain karena banyak orang semakin terusik oleh berbagai kampanye hitam dan negatif. Panggung politik seperti kehilangan kilatan cahaya harapan pesta karena sudah dikotori oleh kampanye hitam dan negatif yang merupakan ekspresi selera rendah sekadar untuk melecehkan dan mempermalukan lawan.
Sebagai dampaknya, pemilu yang digambarkan sebagai pesta demokrasi tidak terwujud. Bukan kegairahan pesta yang dirasakan, melainkan rasa tertekan, terusik, tegang, dan penuh kecemasan oleh kegaduhan kampanye hitam dan negatif. Tidak begitu jelas pihak mana yang memulai, sahut-sahutan kampanye hitam dan negatif dikhawatirkan memicu letupan kekerasan.
Kekhawatiran di kalangan masyarakat bertambah ketika terjadi insiden kekerasan, pekan lalu, di Daerah Istimewa Yogyakarta yang dikenal sangat menjunjung tinggi semangat toleransi. Sekalipun tidak begitu jelas kaitannya dengan kampanye pemilu, dua insiden kekerasan di DIY telah menambah ketegangan dan perasaan tertekan menjelang pelaksanaan pemungutan suara 9 Juli mendatang.
Perlu dikemukakan pula, Indonesia sudah beberapa kali menyelenggarakan pemilu dengan damai sesuai dengan amanat reformasi yang menekankan demokratisasi, hak asasi, kebebasan, dan keadilan sosial. Sudah pasti Indonesia akan melangkah surut jika tidak mampu mempertahankan proses demokratisasi yang sudah dilakoni sejauh ini. Kegagalan mematangkan proses demokratisasi akan menciptakan kekacauan sosial politik yang membawa komplikasi buruk dalam berbagai sendi kehidupan lainnya.
Proses pematangan demokrasi hanya bisa berlangsung dalam suasana tertib dan damai. Tanpa semangat perdamaian dan keadilan, demokrasi mudah terjerumus menjadi apa yang sering terjadi di India sebagai democrazy, demokrasi edan-edanan, atau demokrasi penuh kekerasan, democradura, yang pernah terjadi di kawasan Amerika Latin. Indonesia harus lebih baik.
Sumber: http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000007067247
Powered by Telkomsel BlackBerry®
Tidak ada komentar:
Posting Komentar