Cari Blog Ini

Bidvertiser

Selasa, 29 Desember 2015

TAJUK RENCANA: Pesan dari Pulau Komodo (Kompas)

Dua berita menarik kemarin muncul di harian ini. Pertama, liputan belanja dan wisata; kedua, peresmian Bandara Komodo Labuan Bajo oleh Presiden.

Dengan bandara baru di Labuan Bajo, pemerintah ingin mendorong kedatangan wisatawan ke Pulau Komodo, tempat eksotis yang dihuni makhluk purba di Nusa Tenggara Timur. Kita juga mendengar bahwa Pulau Komodo merupakan satu dari 10 tujuan turisme yang akan dikembangkan besar-besaran pemerintah tahun 2016.

Pesan dari Pulau Komodo tampaknya mendapatkan gaung dengan berita tingginya aktivitas wisata selama liburan Natal. Terjadinya kemacetan luar biasa di jalan tol antarkota membuktikan hal itu.

Melonjaknya aktivitas wisata bisa jadi bahan analisis tersendiri. Namun, yang tak bisa dimungkiri, hal itu membantu menggerakkan ekonomi. Dikabarkan juga, sepanjang bulan ini ada penarikan uang tunai sebesar Rp 80 triliun, yang pasti ada kaitannya dengan kegiatan wisata.

Kita sering mendengar rencana pemerintah menggalakkan sektor pariwisata ini. Tidak kurang Menteri Koordinator Kemaritiman Rizal Ramli, juga Menteri Pariwisata Arief Yahya, menyampaikan kebijakan progresif untuk mendinamisasi pariwisata, yang dianggap sebagai salah satu pendorong percepatan pertumbuhan ekonomi.

Untuk mendapatkan quick yield ini, pemerintah pun menerapkan kebijakan pembebasan visa kepada banyak negara. Memang, kebijakan ini masih mengusik hati mengingat warga Indonesia sering kesulitan mendapatkan visa kunjungan ke sejumlah negara.

Tiga hal yang dapat kita angkat sebagai pesan dari Pulau Komodo. Pertama, benar bahwa pariwisata dapat menjadi pemacu pertumbuhan ekonomi. Itu sebabnya, sebagian besar negara di dunia, seperti Singapura dan Perancis, memberi perhatian khusus terhadap turisme. Selain langsung mendatangkan devisa, turisme menarik kemajuan sektor lain. Industri hospitality, seperti perhotelan dan konvensi, berpotensi terpacu. Karena turis membutuhkan cendera mata, suvenir, dan produk kerajinan lainnya, industri kreatif pun akan ikut terdorong.

Kedua, siapa pun yang mengharapkan keuntungan juga harus konsekuen, bahwa sebelum memanen harus menanam lebih dulu. Pulau Komodo ingin dikembangkan, maka bandar udara yang representatif harus dibangun. Demikian juga hotel-hotelnya. Bahkan yang lebih mendasar, air bersih pun, harus disediakan hingga mencukupi. Selebihnya infrastruktur lain, seperti koneksi daring.

Ketiga, jangan karena mengejar kuantitas, lupa akan kualitas. Kita sudah mengalami, banyak destinasi wisata yang semula bagus, lalu setelah over-promoted jadi rusak. Sebaiknya—tanpa bermaksud diskriminatif—ada kebijakan selektif menjaring wisatawan untuk destinasi tertentu.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 29 Desember 2015, di halaman 6 dengan judul "Pesan dari Pulau Komodo".

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger