Dua minggu lalu telah dibahas bahwa portofolio adalah investasi yang dilakukan ke instrumen investasi paling sedikit dua instrumen. Adapun instrumen investasi yang ada saat ini ialah deposito, obligasi, reksa dana, unit link, saham, dan properti. Jadi, pemilik dana bisa berinvestasi ke dua instrumen yang diuraikan dan tiap-tiap instrumen itu memiliki risiko tersendiri.
Ketika ingin melakukan investasi, pemilik dana harus memahami toleransi terhadap risiko, besaran tingkat pengembalian yang diharapkan, dan pertimbangan lain yang diinginkan untuk melakukan investasi tersebut, termasuk periode waktu dan karakteristik keagamaan yang tidak melakukan investasi pada riba.
Pemilik dana untuk investasi bisa dikelompokkan ke dalam empat besar fase kelompok, yaitu fase penumpukan/akumulasi dana (accumulation phase), fase konsolidasi (consolidation phase), fase pengeluaran (expenditure phase), dan gifting phase.
Melihat pertanyaan di awal tulisan, pemilik dana masuk fase akumulasi. Fase ini ada pada usia kelompok mulai bekerja, yakni sekitar 22 tahun sampai 35 tahun. Di posisi ini, pemilik baru mulai bekerja dan menikah pada usia sekitar 27 tahun sampai 30 tahun. Padafase ini, semua orang selalu memikirkan dua hal apabila memiliki dana, baik dari gaji atau usaha lainnya, yaitu tujuan jangka pendek dan tujuan jangka panjang.
Untuk tujuan jangka pendek, semua orang selalu berpikir bahwa dana yang dimiliki dipergunakan untuk kehidupan sehari-hari, memiliki rumah, dan kendaraan (motor atau mobil). Jika pernah berkomunikasi dengan para perencana keuangan atau membaca buku tentang perencanaan keuangan, nasihat yang diperoleh adalah 30 persen dari gaji harus langsung diinvestasikan dan sisanya untuk kebutuhan sehari-hari dan dirancang untuk mencicil rumah ataupun mobil.
Pada fase ini sebenarnya tujuan jangka panjang yang sangat penting adalah menyiapkan dana untuk kebutuhan pensiun dan pendidikan anak-anak di perguruan tinggi sekitar 20 tahun sampai 30 tahun mendatang. Pemilik dana bisa memenuhi kebutuhan tersebut apabila investasi dilakukan dengan benar dan sesuai pertanyaan di awal tulisan ini. Pemilik dana harus mengumpulkan sebanyak mungkin agar saat pensiun mempunyai dana yang cukup besar sehingga bisa hidup dengan tenang akibat dana yang sudah cukup dipegang.
Pada fase ini, adrenalin anak muda masih meluap-luap dan tidak takut risiko sehingga investasi saham sangat disukai karena fluktuasi yang cukup besar serta tingkat pengembalian atau keuntungan besar. Karena itu, investasi dalam saham sangat cocok bagi anak muda pada faseini. Namun, pemilihan saham, yang cukup, penting agar dana yang dimiliki tidak merosot terus sehingga kebutuhan di masa pensiun bisa terpenuhi.
Tahapan
Investasi pertama harus dilakukan dengan baik agar portofolio berhasil dengan baik di masa mendatang. Dana disediakan dengan langsung menabung sebesar 30 persen dari penghasilan yang diperoleh. Dana yang terkumpul sampai Rp 8 juta lalu didepositokan pada bank kelompok menengah yang cukup bagus. Penyimpanan dana di tabungan dan berpindah ke deposito perlu hati-hati dengan memilih bank tertentu agar bunga yang diperoleh lebih besar atau wajar.
Jika dana mencapai sebesar Rp 25 juta, sudah saatnya melakukan investasi pada saham sambil menabung dalam bentuk tabungan dari 30 persen hasil pendapatan setiap bulannya. Lalu, dana bertambah terus untuk membeli saham atas tabungan 30 persen tersebut.
Saham yang dipilih harus saham yang cukup berkualitas, biasa disebut blue chip atau saham yang bertumbuh. Pemilik dana harus menghindari saham yang dipermainkan oleh pemain pasar, atau biasa disebut saham gorengan. Pemilik saham bisa berdiskusi dengan analis dari manajer investasi.
Biasanya, pemantauan terhadap saham perlu agar hasil yang diinginkan tercapai. Pemilik dana tidak bisa membeli saham lalu mendiamkannya sampai sangat lama. Tindakan mendiamkan saham sangat lama tidak berlaku di pasar saham seperti Indonesia karena fluktuasi saham sudah sangat tinggi serta investor belum matang. Pemilik dana harus mengingat bahwa dana yang diinvestasikan semakin besar karena dana sudah bertambah.
Jika dana yang diinvestasikan pada saham sudah besar dan bisa dibagi untuk membeli properti, tindakan pembelian properti perlu juga dilakukan. Pemilik dana harus membeli properti yang strategis, baik letak bangunan maupun peruntukannya. Dalam rangka membeli properti, pemilik dana melakukan kemudahan untuk memenuhi kebutuhan dana pensiun atau kebutuhan lain dalam rangka kehidupan keluarga di masa datang. Evaluasi terhadap properti perlu dilakukan dengan melihat perencanaan tata kota dan aktivitas di lingkungan tersebut. Tujuannya untuk melihat kemajuan yang berkorelasi terhadap harga properti.
Siklus investasi tersebut perlu diperhatikan pemilik dana untuk mendapatkan dana yang cukup besar dalam rangka pensiun di masa mendatang.
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 28 Februari 2016, di halaman 11 dengan judul "Membangun Portofolio Investasi di Masa Muda".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar