Cari Blog Ini

Bidvertiser

Rabu, 02 Maret 2016

TAJUK RENCANA: Sulit Menyikapi Langkah Mahathir (Kompas)

Kita membaca berita bahwa mantan Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad mundur dari partai politik yang membesarkan dirinya, UMNO.

Kita membaca berita bahwa mantan Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad mundur dari partai politik yang membesarkan dirinya, UMNO.

Terus terang, sulit bagi kita untuk menyikapi pengunduran diri Mahathir dari partai tempat ia bergabung sejak tahun 1964. Ia pernah menjadi Ketua UMNO 1981-2003. UMNO adalah kependekan dari Organisasi Nasional Melayu Bersatu. Partai yang didirikan sejak tahun 1957 itu adalah partai politik yang terbesar di Malaysia. Sejak berdirinya, UMNO yang bergabung bersama-sama dengan koalisi Barisan Nasional selalu menjadi partai yang berkuasa. Dan, sebagai partai yang terbesar, Ketua UMNO secara otomatis menjadi Perdana Menteri (PM) Malaysia.

Mahathir menyebutkan pengunduran dirinya itu dilakukan karena PM Najib Razak menggunakan UMNO untuk melindungi kepentingannya sendiri. Ia merasa malu, dan tidak mau dikait-kaitkan dengan UMNO yang sepenuhnya mendukung Najib. Najib dituduh melakukan korupsi karena ia menggelapkan dana sebesar 681 juta dollar AS (setara Rp 9,095 triliun), dan selama ini Mahathir merupakan salah satu pengkritik terkeras Najib.

Najib sendiri membantah melakukan penggelapan dana itu, dan Kejaksaan Agung Malaysia yang memeriksa penggelapan dana itu menegaskan, Najib tidak melakukan penggelapan seperti yang dituduhkan. Menurut Kejaksaan Agung Malaysia, dana tersebut bukan dari hasil penggelapan, melainkan donasi pribadi dari keluarga Kerajaan Arab Saudi. Dan, kasus penggelapan dana dianggap selesai. Kita, seperti juga oposisi di Malaysia, ragu dan bertanya-tanya, apakah benar penggelapan itu tidak terjadi?

Politik di Malaysia selalu unik, apalagi jika itu menyangkut para penguasa, sulit bagi kita memahaminya. Jika kita menengok ke belakang, ketika PM Mahathir masih berkuasa (1981-2003), kita juga dikejutkan ketika Wakil PM Anwar Ibrahim ditahan pada tahun 1998 dengan tuduhan melakukan sodomi. Kita sama sekali tidak melihat empati dari Mahathir terhadap Anwar. Padahal, Anwar yang diangkat Mahathir sebagai Wakil PM pada tahun 1993 sempat digadang-gadang akan menjadi pengganti Mahathir.

Bahkan, hubungan antara Mahathir dan Anwar pada waktu itu digambarkan seperti ayah-anak. Namun, pasca krisis keuangan yang melanda Asia Tenggara pada tahun 1997-1998, tiba-tiba hubungan antara keduanya memburuk, dan Anwar jatuh dari posisi puncak ke posisi yang terbawah, dalam penjara. Walaupun pengadilan menyatakan Anwar bersalah, sulit bagi kita untuk menerima hal itu sebagai kebenaran.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 2 Maret 2016, di halaman 6 dengan judul "Sulit Menyikapi Langkah Mahathir".


Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger