Cari Blog Ini

Bidvertiser

Sabtu, 26 Agustus 2017

TAJUK RENCANA: Menunggu Sumbangan Myanmar (Kompas)

Apa sumbangan Myanmar pada perdamaian dan stabilitas kawasan ASEAN? Pertanyaan itu tentu tidak bermaksud mengecilkan peran Myanmar.

Bukankah ASEAN dibentuk salah satu tujuannya adalah untuk menciptakan kawasan Asia Tenggara yang aman, damai, dan stabil. Karena itu, peran setiap negara anggota ASEAN untuk mewujudkan cita-cita dan tujuan tersebut menjadi sangat penting. Setiap negara harus menciptakan suasana yang kondusif bagi terwujudnya cita-cita dan tujuan tersebut.

Ketidakstabilan salah satu negara anggota tentu akan memengaruhi situasi dan kondisi kawasan. Persoalan yang muncul di salah satu anggota—baik di bidang ekonomi, politik, maupun keamanan—akan berdampak pula bagi stabilitas kawasan.

Apa yang terjadi di Marawi, wilayah Filipina Selatan, berdampak negatif terhadap stabilitas keamanan dan perdamaian di kawasan Asia Tenggara. Jika konflik bersenjata yang dikobarkan kelompok Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS) di Marawi tak segera dapat diatasi oleh Pemerintah Filipina, niscaya akan jadi masalah serius bagi perdamaian dan stabilitas kawasan. Indonesia, misalnya, yang pertama- tama akan mendapat "getah" dari persoalan di Marawi.

Sama halnya dengan persoalan yang muncul di Myanmar terkait masalah Rohingnya, di Negara Bagian Rakhine. Ada persoalan kemanusiaan yang harus segera diselesaikan oleh Pemerintah Myanmar menyangkut warga Rohingnya. Berdasarkan berita-berita yang beredar selama ini, telah terjadi pelanggaran hak-hak asasi manusia, nilai-nilai kemanusiaan yang sangat berat di Rakhine terhadap warga Myanmar, yang menyebabkan mereka mengungsi ke sejumlah negara, termasuk Indonesia.

Adalah sangat penting Myanmar dapat menyelesaikan masalah tersebut. Paling tidak, hal tersebut akan membuktikan bahwa Myanmar benar-benar berbeda dari masa lalu; Myanmar sungguh-sungguh mengikuti jalan demokrasi, yang di sana ada penghormatan terhadap kebebasan beragama, perbedaan, nilai kemanusiaan, dan sebagainya.

Harus diakui bahwa tidak mudah menyelesaikan masalah Rohingnya itu. Hal tersebut terutama adanya sikap penolakan dari sebagian rakyat Myanmar terhadap Rohingnya. Mereka menolak penggunaan istilah "Rohingnya". Sebab, mereka khawatir penggunaan istilah Rohingnya akan memberikan posisi politik bagi kelompok yang oleh banyak orang Myanmar dianggap sebagai orang asing. Sebab, mereka itu berasal dari Bengali.

Akan tetapi, justru di sinilah tantangan bagi Myanmar yang menjadi anggota ASEAN untuk membuktikan bahwa mereka benar-benar menghormati nilai-nilai kemanusiaan. Dan, ini akan menjadi sumbangan besar dari Myanmar untuk menciptakan stabilitas keamanan dan perdamaian di kawasan Asia Tenggara.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 26 Agustus 2017, di halaman 6 dengan judul "Menunggu Sumbangan Myanmar".


Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger