Cari Blog Ini

Bidvertiser

Sabtu, 02 September 2017

TAJUK RENCANA: Pelajaran dari SEA Games (Kompas)

Pesta olahraga Asia Tenggara baru saja ditutup. Indonesia boleh disebut gagal total dalam ajang olahraga Asia Tenggara di Kuala Lumpur itu.

Target meraih 55 emas tidak bisa dicapai. Target masuk dalam empat besar di ASEAN juga tak bisa diwujudkan. Prestasi Indonesia di SEA Games 2017 terus merosot dalam sejarah pesta olahraga Asia Tenggara. Hingga SEA Games ditutup, Indonesia hanya berada di peringkat kelima dengan capaian 38 emas, 63 perak, dan 90 perunggu. Indonesia berada di bawah Malaysia yang menjadi juara umum, Thailand, Vietnam, dan Singapura.

Atlet yang berjuang di SEA Games telah berjuang keras. Kita harus apresiasi kerja keras para atlet itu. Namun, terlalu banyak faktor nonteknis yang diabaikan. Pemerintah tampak belum serius mengelola atlet.

Persiapan serba dadakan, uang saku tersendat-sendat, gizi atlet tak diperhatikan. Rezim anggaran yang begitu kaku dan ketat ikut memberi kontribusi. Pemerintah tentunya harus ikut bertanggung jawab atas kondisi demikian. Harian ini menulis, "Darurat Olahraga Indonesia" sebagai berita utama. Wakil Presiden Jusuf Kalla mengaku kecewa dengan capaian itu. Ketua Kontingen Indonesia Aziz Sjamsuddin meminta maaf. Begitu juga Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi berkomentar, "Saya harus memohon maaf dan bertanggung jawab atas pencapaian ini."

Publik masih menantikan langkah lanjutan dari pernyataan "bertanggung jawab" dan permintaan maaf dari Menpora Imam Nahrawi. Apakah itu hanya ucapan verbal atau ada langkah lanjutan atas kurang seriusnya pengelolaan olahraga Indonesia dan persiapan menghadapi SEA Games. Publik masih menantikan kelanjutan pertanggungjawaban dari buruknya prestasi Indonesia.

Sebelum SEA Games berlangsung, harian ini kerap memberitakan berbagai kendala yang menyertai. Mulai dari alat latihan atlet yang belum siap hingga uang saku atlet yang tersendat juga kendala lain. Namun, kritik itu tak juga terselesaikan sampai SEA Games berakhir dengan hasil yang mengecewakan.

Pemerintahan Presiden Joko Widodo memang dikenal dengan pembangunan infrastruktur fisik di sejumlah tempat. Prestasi itu diakui publik. Namun, dalam konteks pembangunan karakter bangsa, infrastruktur saja tidak cukup dan harus diimbangi pembangunan manusia, termasuk salah satunya olahraga. Bangunlah jiwanya, bangunlah badannya untuk Indonesia raya.

Mengacu pada pengalaman SEA Games, evaluasi menyeluruh terhadap semua pemangku kepentingan harus dilakukan. Semua permasalahan teknis administratif keuangan harus dibereskan agar atlet atau pengurus cabang olahraga tidak harus menggunakan uangnya sendiri. Tanpa pembenahan menyeluruh, sukses penyelenggaraan dan sukses prestasi Asian Games 2018 hanya akan menjadi mimpi dan kita kembali akan kecewa.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 2 September 2017, di halaman 6 dengan judul "Pelajaran dari SEA Games".

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger