Kawasan Industri Sungai (Sei) Mangkei di Kabupaten Asahan dan Simalungun dapat dijadikan pemerintah dan gubernur baru Sumatera Utara sebagai awal perombakan struktur ekonomi daerah dan Indonesia.

Hingga saat ini, Sumut dan Indonesia adalah penghasil bahan mentah untuk industri manufaktur negara-negara lain. Tadinya bahan mentah itu diekspor ke Eropa, Amerika Serikat, dan Jepang. Kini juga diekspor ke Malaysia, India, dan RRC sebagai bahan mentah bagi industri pengolahannya.

Nilai tambah yang dihasilkan oleh industri pengolahan itu jauh di atas nilai tambah yang diterima oleh perkebunan dan petani kita. Sumut dan Indonesia sekaligus merupakan eksportir tenaga kasar yang tidak punya pendidikan dan keterampilan kerja ke Semenanjung Malaysia dan Singapura ataupun ke Suriname dan Kaledonia Baru. Padahal, tadinya, Semenanjung Malaka dan Singapura merupakan daerah jajahan raja-raja Aceh dan Melayu Medan serta Melayu Riau.

Lokasi strategis

Lokasi Kawasan Industri Sungai (Sei) Mangkei (KISM) Mangkei sangat strategis, tidak jauh dari industri pengguna hasil tambang di Asia Timur. Lokasi KISM juga berdekatan dengan sumber energi listrik tenaga air murah sehingga dapat dikembangkan untuk memulai industrialisasi sekaligus menciptakan lapangan kerja ataupun ekspor.

Sei Mangkei terletak di Kabupaten Asahan, di pinggir Sungai Asahan yang besar, tidak jauh dari Air Terjun Sigura-gura dari Danau Toba yang merupakan air terjun kedua terbesar dunia setelah Itaipu di Brasil. Air Terjun Sigura-gura itu merupakan produsen listrik tenaga air dengan ongkos produksi sangat murah sehingga cocok untuk peleburan hasil tambang. Itu sebabnya, perusahaan Jepang mendirikan Inalum untuk mengolah biji tembaga yang diimpor dari Amerika Selatan dan Australia.

Infrastrukturnya pun sudah cukup tersedia, baik berupa jalan raya, jalur kereta api, pelabuhan udara, maupun pelabuhan laut serta fasilitas telekomunikasi.

Peleburan tembaga dari Freeport di Papua pun pantas dilakukan di KISM untuk memanfaatkan tenaga listrik airnya yang banyak dan murah. Lokasi KISM jauh dari kota sekitarnya dengan penduduk yang jarang sehingga tidak akan tercemar polusi.

Lalu lintas laut KISM tidak akan terganggu karena jalurnya tidak sepadat Gresik dan kedalaman lautnya bisa disinggahi oleh kapal angkut bobot besar. Di lain pihak, sumber tenaga listrik yang banyak dan murah seperti ini tidak dipunyai oleh Gresik yang dewasa ini direncanakan untuk menjadi lokasi peleburan tembaga Freeport.

Selat Madura pun sempit dan dangkal sebagai alur pelayaran, sedangkan penduduk Gresik sangat padat sehingga akan menderita dari polusi asap dari pabrik peleburan tembaga dan pabrik lain yang sudah banyak di situ.

Dewasa ini, PTP III yang menguasai lahan KISM menanam kelapa sawit dengan produktivitas yang rendah dibandingkan dengan perkebunan milik swasta. Hasil panennya tidak mampu diolah sendiri untuk menghasilkan komoditas dengan nilai tambah yang lebih tinggi.

Biji sawit itu diekspor oleh PTP III ke Malaysia, RRC, dan India untuk diolah menjadi minyak goreng ataupun produk yang lebih tinggi nilainya. Oleh karena itu, lahan PTP III itu lebih bermanfaat jika diubah menjadi kawasan industri yang menghasilkan nilai tambah serta lapangan kerja yang lebih tinggi.

Tenaga terampil

Pengembangan KISM memerlukan tenaga kerja terampil sehingga KISM dapat dijadikan pemicu transmigrasi sukarela tenaga kerja dari Pulau Jawa dan daerah lainnya.

Yang perlu disediakan hanya kawasan tempat tinggal mereka dan infrastruktur sosial, seperti sekolah dan fasilitas kesehatan. Fasilitas pendidikan yang perlu diutamakan adalah politeknik dan D III yang mengajarkan keterampilan kerja. Jalur angkutan darat dapat diturunkan dengan memperbaiki jalan raya pantai timur Sumatera yang telah ada atau membangun jalur kereta api dengan mengimpor kereta api bekas dari Jepang, Eropa, dan negara-negara lainnya.

Pendatang baru itu sekaligus membuka peluang ekonomi yang tersedia di pantai timur Sumatera di sepanjang Selat Malaka. Adanya ongkos angkut yang murah sekaligus memungkinkan impor nangka dari Aceh untuk bahan baku gudeg di Yogyakarta.

Kita tahu, kawasan industri pengolahan bahan mentah berbasis pada industri padat karya.

Pengolah hasil tambang

KISM dapat dikembangkan sebagai kawasan pengolahan hasil tambang (smelter), pertanian, ataupun industri padat karya. Tenaga listriknya yang besar
dan murah dapat dimanfaatkan untuk pengolahan hasil tambang ataupun hasil kebun yang ada di sekitarnya (resource based industries). KISM sekaligus dapat dikembangkan sebagai pusat industri kimia, makanan, ataupun bagian dari global supply chains atau mata rantai industri manufaktur penghasil komponen dan suku cadang industri serta perakitannya dalam proses globalisasi perekonomian dunia.

Untuk ikut terlibat dalam global supply chains itu, pemda Sumut yang baru dan Pemerintah Indonesia perlu belajar dari Negara Bagian Penang dan Malaka serta mengundang negara-negara asal investornya, seperti Jepang, Korea, dan Taiwan. Tadinya, Inggris membuat Penang sebagai pusat smelter timah, pengolahan karet serta minyak kelapa sawit.

Penang dan Malaka telah berkembang menjadi pusat penghasil komponen serta perakitan industri elektronik dan otomotif yang terpenting dunia. Kini, Malaysia merupakan produsen penting barang-barang listrik keperluan rumah tangga, seperti mesin cuci, lemari es, pengisap debu, dan kompor. Demikian pula dengan komputer tangan dan meja ataupun suku cadang untuk telepon genggam serta komputer Apple.

Pemerintah dan pemda Sumut juga perlu kerja sama dengan negara-negara bagian di Malaysia untuk saling membagi pengalaman dan pekerjaan.

Industri makanan dapat dikembangkan di Sei Mangkei, termasuk hasil perikanan laut, seperti kerupuk udang, ikan teri kecil, dan terasi.

Pelabuhan strategis

Selat Malaka adalah jalur laut yang merupakan salah satu selat tersibuk di dunia mengangkut barang dari Asia Timur ke Eropa, Australia, serta Selandia Baru sebaliknya, mengangkut bahan bakar minyak dan gas alam dari Timur Tengah ke kawasan ini.

Karena strategisnya, Selat Malaka merupakan sasaran bagi program Jalur Sutra RRC melalui laut mengikuti jejak Laksamana Cheng Ho. Pemerintah RRC sekarang ini menawarkan berbagai bentuk pinjaman untuk membangun infrastruktur di jalur darat dan laut jalur sutra itu, mulai dari Laut China Selatan, Selat Malaka, Lautan Hindia, Afrika, hingga Eropa.

Jalur kereta api cepat dari RRC ke Jerman mengangkut ekspornya melalui Benua Asia dan Eropa sudah mulai beroperasi Juli lalu. Selain itu, RRC sudah membangun pelabuhan laut di Kamboja, Sri Lanka, Pakistan, dan Maladewa dan membeli pelabuhan di Yunani.

Untuk pengamanan jalur laut dari perompakan bajak laut, RRC telah membangun pangkalan militer di tanduk Benua Afrika. Pada era Perdana Menteri Najib, RRC juga berniat membangun pelabuhan laut dan jalan kereta api di pantai timur Semenanjung Malaysia. Proyek ini dibatalkan oleh Perdana Menteri Mahathir Mohamad karena dugaan korupsi, kolusi, dan nepotisme.

Perairan laut Sei Mangkei cukup dalam sehingga dapat dikembangkan menjadi pengganti atau menambah kapasitas Pelabuhan Belawan yang sudah mencapai batas maksimum.