KOMPAS/BAHANA PATRIA GUPTA

Petugas PLN memperbaiki jaringan listrik yang rusak pasca gempa di Kecamatan Palu Barat, Kota Palu, Senin (1/10/2018). Hingga saat ini jaringan listrik masih belum berfungsi.

Menangani korban gempa di Palu dan beberapa tempat di Sulawesi Tengah, Jumat (28/9/2018) petang, menjadi pekerjaan besar yang harus terkoordinasi dengan baik.

Banyak bangunan rumah dan bangunan layanan umum rusak parah atau rata tanah membuat banyak warga kesulitan tempat bernaung dan air bersih serta kekurangan makanan. Jumlah korban jiwa terus bertambah menunjukkan dampak gempa dan tsunami lebih besar dari yang diperkirakan semula.

Infrastruktur yang rusak berat menyebabkan aliran listrik terputus, pasokan bahan bakar menipis, dan jaringan telekomunikasi lumpuh. Hal tersebut menjadi tantangan bagi warga yang selamat dan tim tanggap gempa.

Dari berbagai laporan lapangan, kerusakan parah infrastruktur, mulai dari landas pacu bandara di Palu, pelabuhan, hingga jalan darat dari kota-kota lain menuju Palu, menyebabkan pengiriman bantuan tidak dapat berlangsung segera.

Pengalaman penanganan gempa dan tsunami di Aceh dan Thailand pada 26 Desember 2004 memperlihatkan manajemen rantai pasok bantuan kemanusiaan memang tidak mudah sebab membutuhkan logistik berjumlah besar dalam waktu singkat.

Penanganan bantuan harus dilakukan segera meskipun infrastruktur rusak parah yang menyebabkan hambatan komunikasi dan pengiriman bantuan. Ada tuntutan mendesak dan sangat besar untuk membantu korban selamat sering kali melebihi kemampuan lembaga pemberi bantuan. Termasuk keinginan sebagian korban gempa segera keluar dari Palu.

Dalam pengertian luas, logistik berarti rencana atau operasi yang menangani pengadaan, distribusi, pemeliharaan, serta penggantian pangan, material, alat kesehatan dan obat-obatan, peralatan, atau orang.

Ketika sebagian besar infrastruktur rusak, tantangan terbesar adalah mencapai daerah bencana secepatnya dengan membawa bantuan yang tepat. Tahap pada bagian ujung rantai pasok logistik, yaitu mencapai penerima bantuan, paling memerlukan kerja detail dan rinci dalam manajemen logistik bencana. Karena itu, dalam banyak penanganan bencana, keterlibatan militer yang terlatih bekerja tepat dan disiplin menjadi penting.

Bandara berperan penting dalam mengirimkan bantuan pangan, obat-obatan, peralatan, serta tenaga kesehatan dan tenaga lain. Karena itu, kita apresiasi langkah cepat pemerintah segera memperbaiki bandara agar dapat berfungsi normal kembali dalam waktu kurang dari sepekan. Ketersediaan telekomunikasi, listrik, dan bahan bakar tidak kalah penting untuk mempercepat penyaluran bantuan dan pemulihan situasi.

Presiden Joko Widodo memberi izin bantuan asing masuk ke Palu. Koordinasi yang baik dari pusat hingga ke penerima bantuan menjadi titik kritis keberhasilan penanganan pasca- bencana. Rantai komando yang jelas esensial untuk keberhasilan penanganan serta pemulihan korban dan daerah terdampak.