ARSIP PRIBADI

DR SAMSURIDJAL DJAUZI

Anak saya yang pertama, laki-laki 11 tahun, sekarang kelas lima sekolah dasar. Sejak kecil dia selalu bersin jika bangun tidur diikuti oleh pilek cair yang mengalir. Dia memerlukan banyak tisu untuk menghapus ingusnya yang cair dan berwarna putih. Saya harus membekali dia banyak tisu untuk persediaan di sekolah. Sejak awal tahun pelajaran baru ini dia sering mengeluh pusing.

Saya mengira pelajarannya berat sehingga dia kesulitan untuk memahami sehingga merasa pusing. Namun, karena cukup lama dia mengeluh, saya kemudian membawanya berkonsultasi ke dokter spesialis anak di rumah sakit yang tak jauh dari rumah kami.

Dokter mendiagnosis anak saya menderita rinitis alergik dengan komplikasi sinusitis. Saya agak khawatir juga karena saya membayangkan anak saya akan dioperasi untuk pengobatan sinusitisnya. Namun, dokter menjelaskan bahwa sinusitisnya berkaitan dengan rinitis alergik. Karena itu yang harus ditangani utamanya adalah rinitis alergik.

Setelah melihat hasil MRI sinus anak saya, beliau juga mengatakan kemungkinan besar sinusitisnya dapat diatasi dengan obat saja. Anak saya menjalani pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui pencetus rinitis alergiknya dan ditemukan anak saya alergi terhadap debu rumah, bulu kucing, dan kapuk.

Dokter memberikan informasi bagaimana saya harus menjaga kamar tidur dan rumah dari ketiga bahan yang mencetuskan rinitis alergik anak saya. Beliau berpesan bahwa biasanya perbaikan memerlukan waktu.

Untuk menghilangkan gejala rinitis alergik, anak saya harus menggunakan obat yang disemprotkan ke hidung. Dokter juga memberikan obat tablet untuk sinusitis anak saya.

Ketika saya tanyakan kepada dokter apakah rinitis alergik atau sinusitis dapat menurunkan prestasi belajar anak saya, dokter menjawab mungkin saja. Gejala rinitis alergik berupa pilek, rasa gatal di hidung, serta ingus yang mengalir terus-menerus dapat mengurangi konsentrasi belajar. Bukan hanya konsentrasi belajar yang dapat menurun, melainkan juga kualitas hidup anak akan terganggu.

Saya mulai menyadari bahwa rinitis alergik, meski gejalanya hanya pilek, dapat menimbulkan komplikasi serta menurunkan kualitas hidup anak. Saya rasa banyak ibu yang punya pengalaman sama dengan saya, tak menyadari bahwa rinitis alergik harus diobati agar anak dapat hidup nyaman serta bersekolah dengan baik.

Mohon Dokter jelaskan bagaimana cara mencegah dan mengobati rinitis alergik ini. Terima kasih atas penjelasan dokter.

M di S

Rinitis alergik sering dijumpai di masyarakat terutama pada anak dan usia dewasa muda. Pernah dilakukan penelitian mengenai kekerapan penyakit alergi di masyarakat yang dilakukan di Kelurahan Utan Kayu, Jakarta. Hasilnya menunjukkan rinitis alergik merupakan penyakit alergi yang paling sering dengan kekerapan sekitar 20 persen.

Gejala rinitis alergik berupa gatal di hidung, bersin, pilek. Gejala ini memang biasanya timbul pagi hari dan jika sudah sekitar pukul sepuluh siang gejala akan hilang. Meski tampaknya tak terlalu mengganggu, rinitis alergik dapat menimbulkan rasa rendah diri pada anak.

Anak yang menderita rinitis alergik sering harus menghapus ingus dari hidung dan dalam dunia kedokteran dikenal sebagai salut alergi.

Rinitis alergik dicetuskan oleh alergen yang ada di sekitar anak, seperti debu rumah, bulu binatang, dan tepung sari rumput (polen). Untuk mengurangi serangan rinitis alergik, bahan-bahan yang menjadi pencetus tersebut harus dihindari. Sering kali tak mudah menghilangkan debu rumah. Meski telah dilakukan pembersihan dan penyedotan, kerap kali tetap ada debu rumah.

Anak yang menggemari binatang piaraan yang berbulu seperti kucing dan anjing juga tak mudah dipisahkan dari binatang yang dicintainya. Rinitis alergik erat kaitannya dengan asma bronkial.

Sebagian penderita rinitis alergik juga menderita asma. Sebaliknya, penderita asma jika diteliti sebagian juga menderita rinitis alergik. Karena itu, jika pada rinitis alergik terdapat asma, asmanya juga memerlukan penatalaksanaan.

Komplikasi rinitis alergik memang dapat berupa sinusitis. Karena itu, kemungkinan terjadinya sinusitis juga harus dievaluasi.

Sampai sekarang yang dapat kita usahakan untuk rinitis alergik ini adalah upaya menghindari pencetus serta pemberian obat yang dapat mengurangi gejala. Upaya menghindari pencetus dilakukan dengan mencari alergen yang mungkin mencetuskan.

Upaya ini dapat dilakukan dengan melakukan tes kulit atau tes darah di laboratorium. Setelah diketahui alergen yang mungkin menjadi penyebab, alergen tersebut perlu dihindari.

Terapi rinitis alergik dilakukan dengan obat golongan anti-histamin serta steroid. Obat ini dapat diberikan dalam bentuk obat semprot hidung. Obat ini dapat digunakan sebelum tidur untuk menghindari rinitis alergi di malam atau pagi hari.

Jika penderita juga ada asma, tentu perlu juga diberikan obat asma. Jika ada komplikasi sinusitis, komplikasi ini juga perlu diobati. Sebagian anak yang menderita rinitis alergik akan mengalami kesembuhan meski dapat juga mengalami kekambuhan.

Penatalaksanaan rinitis alergik yang baik akan dapat meningkatkan kualitas hidup anak. Anak tak terganggu dalam belajar serta berinteraksi dengan lingkungan termasuk sewaktu bermain. Penelitian menunjukkan bahwa terapi rinitis alergik yang baik akan meningkatkan prestasi belajar anak.

Bagaimana jika rinitis alergik tak diobati? Anak akan merasakan gejala hampir setiap hari. Dia merasa terganggu baik sewaktu belajar maupun bermain.

Sebagian anak mengasingkan diri karena merasa dirinya sakit atau malu ditertawakan temannya.

Sudah tentu keadaan ini tidak baik untuk tumbuh kembang anak. Rinitis alergik dapat berlangsung lama. Karena itu, orangtua perlu peduli terhadap penyakit ini.

Orangtua yang mempunyai anak rinitis alergik ataupun asma tak perlu membatasi kegiatan anak mereka. Sedapat mungkin anak tersebut didorong untuk belajar dan bermain bersama kawannya. Penyakit rinitis alergik ataupun asma jangan dijadikan alasan untuk membatasi gerak anak.

Salah satu contoh yang patut kita perhatikan adalah adanya atlet renang Olimpiade yang mendapat medali, padahal dia adalah penderita asma.

Dalam penatalaksanaan asma dikenal capaian yang dapat kita usahakan. Sedapat mungkin obat yang diberikan dapat menghasilkan pengendalian total. Jika pencapaian ini berhasil, penderita asma dapat melakukan olahraga, termasuk bertanding sekalipun.

Untuk itu, diperlukan kepatuhan minum obat serta alat pemantau berisi kartu yang berisi keadaan klinis asma yang mudah dinilai oleh penderita.

Penyakit alergi termasuk penyakit kronik yang paling sering dijumpai pada masyarakat. Sebagai contoh, rinitis alergik kekerapannya sampai 20 persen.

Namun, biasanya kita menganggap penyakit alergi penyakit ringan sehingga kurang mendapat perhatian masyarakat dibandingkan dengan penyakit lain.

Jika masyarakat peduli terhadap penyakit alergi serta mampu melakukan upaya menghindari pencetusnya serta melakukan terapi dengan baik, kualitas hidup penderita dapat ditingkatkan serta produktivitas penderita juga akan meningkat.

Biaya untuk pengobatan penyakit alergi tak mahal. Namun, kekerapan penyakitnya yang tinggi menimbulkan beban penyakit yang besar. Jadi, alergi merupakan masalah kesehatan yang patut menjadi perhatian kita.


Kompas, 1 Desember 2018

#kesehatan 

#kompascetak