Kekuatan Data dan Pilpres
Debat kedua pasangan calon presiden-wakil presiden dalam rangka Pemilihan Presiden 2019 dijadwalkan pada 17 Februari 2019. Merujuk pada debat pertama pada 17 Januari 2019, seyogianya dalam debat kedua dan seterusnya, adu argumentasi didukung dengan data yang konkret dan aktual serta relevan dengan konteks pertanyaan.
Harapan kami ini semestinya dipahami KPU sebab debat dalam pilpres adalah debat kelas pemimpin negara, pemimpin pemerintahan, dan pemimpin rakyat. Sangat naif kiranya apabila dalam debat sekelas pemimpin negara, dengan segala kompleksitas permasalahan yang ada di dalamnya, data yang disampaikan bias, bahkan keliru.
Aktualitas dan akuntabilitas data demikian penting dalam kaitannya dengan penjabaran konsep atau gagasan ke dalam bentuk program-program nyata.
Kata kunci dalam debat pilpres ini adalah kemunculan ide-ide segar, kreasi, inovasi, serta terobosan besar yang tidak sekadar abstraksi atau retorika tanpa didasari dengan data dan fakta yang valid, aktual, dan akuntabel.
Budi Sartono
Graha Bukit Raya, Cilame,
Ngrampah, Bandung Barat, Jawa Barat
Moderator Debat Pilpres 2019
Debat Pilpres 2019 tahap I sudah dilaksanakan KPU pada 17 Januari 2019 di Hotel Bidakara, Jakarta. Terlepas dari aneka tanggapan tentang substansi dan format debat tersebut, menurut penilaian saya, dari sisi moderasi atau kepemimpinan moderator, debat tersebut sukses.
Keberhasilan moderasi dan jalannya debat ini tentu sangat bergantung pada kemampuan dan performa kedua moderator yang ditugaskan KPU waktu itu: Ira Koesno dan Imam Priyono. Jika dibuat skala penilaian 10-100, saya memberi nilai 90 baik kepada Ira maupun Imam. Dalam catatan saya, hanya dua kesalahan yang dilakukan moderator, yakni waktu Imam Priyono menyebut "nepotisme" untuk "terorisme" serta durasi yang seharusnya "2 menit" diucapkan "1 menit" oleh Ira Koesno. Kedua kesalahan kecil itu serta-merta diralat moderator yang bersangkutan.
Masih ada empat debat lagi yang akan diikuti pasangan calon presiden-wakil presiden. Perlu moderator setangguh Ira dan Imam untuk keberhasilan debat-debat yang akan datang.
Kiranya pada debat-debat mendatang KPU menunjuk moderator yang sudah diyakini dan teruji kemampuannya berdasarkan pengalaman dan rekam jejaknya. Ira Koesno dan Imam Priyono sudah layak kita anggap mumpuni dan memuaskan sewaktu memimpin debat pertama. Menurut saya, tepat dan bijaksana apabila tetap menugaskan dan memercayakan tugas sebagai moderator kepada kedua orang tersebut.
Kita punya pengalaman terkait moderator pada acara serupa di masa lalu, baik dalam debat Pilgub DKI Jakarta yang terakhir maupun pada Pilpres 2014. Tidak berlebihan apabila dianggap bahwa hanya Ira Koesno yang paling menunjukkan kemampuan memuaskan saat itu sebagai moderator.
Kemudian disebut-sebut pula bahwa ada kemungkinan akan menunjuk beberapa kandidat moderator lain untuk memimpin debat pada tahap-tahap berikutnya. Mungkin kebijakan ini didasarkan pada berbagai pertimbangan, misalnya agar lebih bervariasi dan sekaligus memberikan kesempatan kepada yang lain.
Alasan agar bervariasi dan memberikan kesempatan kepada pihak lain, menurut saya, perlu dengan sangat matang dan cermat dipikirkan dan diputuskan KPU. Terlalu riskan menunjuk moderator baru untuk memimpin debat pada acara skala nasional dalam rangka Pilpres 2019. Meski demikian, kalaupun ada keinginan KPU membuat lebih bervariasi, menurut pengamatan saya, kandidat yang layak dipertimbangkan adalah Najwa Shihab dan Andi Noya. Mereka punya kualifikasi, pengalaman, dan rekam jejak yang mumpuni.
R Managara Tampubolon
Jalan Swadaya I, Pejaten Timur,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar