ARSIP PRIBADI

Samsuridjal Djauzi

 

Saya penderita diabetes melitus tipe 2 dan kadar gula saya selama ini dapat terkendali dengan minum obat penurun gula darah. Selama ini saya makan bersama keluarga dan menyesuaikan jumlah dan jenis makanan yang ada di meja makan keluarga dengan pengaturan makan yang dianjurkan ahli diet saya.

Gula darah saya cukup terkendali, hanya sesekali meningkat jika makan di restoran. Saya berumur 52 tahun, masih bekerja di sebuah perusahaan swasta. Istri saya membekali saya makan siang dari rumah yang saya bawa jika saya ke kantor.

Situasi berubah jika kantor mengadakan acara makan bersama, baik di kantor maupun di restoran. Sukar bagi saya untuk menyesuaikan jumlah kalori dan komposisi makanan yang saya perlukan.

Dokter telah memeriksa komplikasi yang mungkin terjadi kepada saya akibat diabetes melitus. Jantung saya baik, tekanan darah agak tinggi, dan perlu obat penurun tekanan darah, tetapi dosis masih rendah.

Menurut dokter, saya harus sering memeriksakan fungsi jantung saya karena fungsi jantung dapat terganggu, baik karena darah tinggi maupun diabetes melitus.

Penglihatan saya baik meski saya harus memakai kacamata plus 1,5, sedangkan retina mata saya menurut dokter baik. Menurut dokter, keadaan pembuluh darah di kaki saya masih baik, denyutannya masih teraba dengan jelas.

Saya harus berhati-hati agar tak terkena stroke. Menurut dokter, darah tinggi yang tak dikendalikan berisiko menimbulkan serangan stroke.

Saya bersama istri setiap pagi sekitar pukul 06.00 berjalan kaki selama 30 sampai 40 menit. Kami hanya mengelilingi kompleks rumah. Kebiasaan ini kami jalankan setiap hari. Selama perjalanan tersebut, kami juga dapat meningkatkan komunikasi. Kami berbagi pengalaman di pekerjaan dan pergaulan.

Istri saya guru bahasa Inggris di sebuah SMA swasta dan kesehatannya baik. Pada pemeriksaan tiga bulan lalu, dokter menemukan kista di kandungan, tetapi menurut dokter belum perlu dioperasi.

Di kantor saya ada beberapa penderita diabetes melitus. Kami sering berbagi pengalaman bagaimana cara terbaik mengendalikan diabetes melitus. Salah seorang teman saya amat ketat dalam menerapkan aturan makan.

Dia makan terpisah bahkan makannya setiap hari berasal dari makanan yang diperuntukkan bagi penderita diabetes melitus, semacam susu. Sudah tentu dia bosan dengan makanan seperti itu, tetapi dia merupakan orang yang amat disiplin dan tetap menjalankan kebiasaan tersebut meski saya sudah menganjurkan agar dia makan seperti biasa.

Setahu saya, makanan penderita diabetes melitus serupa dengan makanan keluarga lain kecuali harus menghindari karbohidrat sederhana, seperti gula. Boleh makan nasi, roti, kentang, atau mi, tetapi jumlahnya harus sesuai kebutuhan.

Mohon penjelasan Dokter sebenarnya bagaimana panduan makan untuk penderita diabetes melitus. Terima kasih atas penjelasan Dokter.

M di J

Kita sudah agak sering membahas penyakit diabetes melitus. Penyakit ini semakin meningkat kekerapannya, terutama di kota besar, karena berkaitan dengan kebiasaan hidup.

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia telah menerbitkan buku Makanan pada Pengendalian Diabetes Tipe 2. Buku ini cukup rinci membahas mengenai perencanaan makan, kebutuhan kalori, karbohidrat, lemak dan protein, pemanis alternatif, makan di luar, vegetarian, penanganan kegemukan serta berpuasa pada bulan Ramadan.

Buku ini baik dibaca penyandang diabetes. Bagian penting dari buku ini akan saya kutip untuk membahas apakah seorang penyandang diabetes perlu makan secara khusus atau dapat makan bersama keluarga.

Pada dasarnya penyandang diabetes dapat makan serupa dengan non-diabetes, yaitu makan seimbang sesuai dengan kebutuhan gizi masing-masing. Hanya saja untuk penyandang diabetes perlu ditekankan keteraturan makan, jenis, dan jumlah makanan. Pengaturan makan penyandang diabetes ini perlu disesuaikan dengan perkembangan penyakit.

Pengaturan makan mungkin akan berubah, misalnya jika terjadi komplikasi ginjal, jumlah protein harus dikurangi. Seseorang dapat melaksanakan kegiatan sehari-hari jika kebutuhan energinya terpenuhi.

Kebutuhan energi seseorang ditentukan oleh umur, jenis kelamin, berat badan, tinggi badan, kegiatan fisik, serta keadaan penyakit. Kecukupan energi ditandai dengan berat badan yang normal.

Banyak keluarga dan penyandang diabetes yang beranggapan karbohidrat tidak baik bagi diabetes. Karbohidrat adalah bagian penting dari makanan untuk menghasilkan energi. Glukosa yang dimakan akan diserap darah dan dengan bantuan hormon insulin menembus sel tubuh kemudian digunakan untuk energi.

Pada diabetes tipe 2 sebenarnya jumlah insulin normal hanya jumlah reseptor insulin di permukaan sel kurang. Karbohidrat adalah zat gizi utama yang meningkatkan glukosa darah.

Jika asupan glukosa terlalu banyak, dapat terjadi hiperglikemia (kadar glukosa darah tinggi), sedangkan jika asupan kurang, dapat mengakibatkan keadaan hipoglikemia (kadar glukosa darah rendah).

Baik keadaan hiperglikemia atau hipoglikemia tidak baik bagi kesehatan. Karbohidrat dapat dibagi menjadi karbohidrat kompleks dan karbohidrat sederhana. Karbohidrat kompleks juga mengandung serat, vitamin, dan zat gizi lain.

Proses penyerapan dan pencernaan karbohidrat kompleks berlangsung lama sehingga orang tidak segera merasa lapar. Contoh karbohidrat kompleks adalah padi-padian (beras, jagung, gandum), umbi-umbian (singkong, ubi jalar, kentang), sagu, dan lain-lain.

Karbohidrat sederhana, seperti gula, madu, sirup, dan selai, dapat diserap secara cepat sehingga cepat pula menimbulkan lapar. Jika orang banyak mengonsumsi karbohidrat sederhana, risiko kegemukan akan lebih tinggi.

Apabila keadaan diabetes terkendali, penyandang diabetes boleh menggunakan gula, tetapi tidak lebih dari 5% sampai 10% kebutuhan gizi sehari, yaitu sekitar 2 sendok makan.

Gula dalam bumbu masakan diperbolehkan sehingga penyandang diabetes dapat menikmati makan bersama dengan keluarga. Jadi penyandang diabetes boleh mengonsumsi karbohidrat, terutama karbohidrat kompleks. Kurangi mengonsumsi karbohidrat sederhana, seperti gula dan makanan yang mengandung gula.

Bagaimana dengan protein? Penyandang diabetes dianjurkan mengonsumsi sumber protein yang bernilai biologi tinggi, yaitu protein yang mengandung semua asam amino esensial dalam proporsi yang sesuai keperluan pertumbuhan. Semua protein hewani adalah protein yang mempunyai nilai biologi tinggi, kecuali gelatin.

Sumber protein yang baik bagi penyandang diabetes hendaknya protein rendah lemak, seperti ikan, dada ayam tanpa kulit, daging tanpa lemak, tahu, tempe, dan kacang-kacangan. Ikan di samping mempunyai nilai gizi tinggi juga mempunyai kandungan asam lemak tidak jenuh omega-3 yang dapat menurunkan kadar lemak darah.

Tempe yang sudah populer penggunaannya di masyarakat mempunyai nilai gizi tinggi dan juga mempunyai kandungan asam lemak tidak jenuh omega-3. Namun, konsumsi protein yang berlebihan dapat mengganggu fungsi ginjal.

Kurangi konsumsi makanan tinggi lemak, terutama lemak jenuh yang meningkatkan lemak darah, lemak trans, dan makanan tinggi kolesterol. Jangan terlalu sering memakan makanan yang digoreng. Sebaiknya setiap makan hanya satu jenis lauk yang digoreng selebihnya dikukus, direbus, cah, tumis, atau dibakar.