Pungli di Sekolah Banyumas
Mengacu pada peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, SD dan SMP dilarang memungut (uang) atau dalam bentuk apa pun dari orangtua murid.
Di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, dengan memberdayakan komite sekolah, pungutan malah semakin beringas di sekolah negeri.
Modusnya bermacam-macam: memperbaiki sarana sekolah, menggaji guru honorer, membeli laptop, infak, dan lain-lain. Pungutan terus terjadi setiap awal tahun ajaran.
Yang jadi pertanyaan, ke mana bantuan bagi siswa yang diberikan pemerintah selama ini?
Sebagai bahan bandingan, saya punya kakak di Kabupaten Ciamis, Jawa Barat. Anaknya yang murid SMP dibolehkan membawa laptop. Namun, di Kabupaten Banyumas, murid malah disuruh iuran beli laptop. Saya salut kepada dinas pendidikan dan Bupati Ciamis.
Yang kini menjadi momok bagi orangtua murid adalah pakaian seragam sekolah yang fantastis: Rp 800.000 sampai Rp 1.300.000 satu setel. Penjualan pakaian seragam sekolah sudah sampai di Kabupaten Kebumen.
H Setiadi Wangon, Banyumas, Jawa Tengah
Juara Media Sosial
Indonesia dengan penduduk 260 juta jiwa menjadi pengguna media sosial FB, WA, Twitter, dan lain-lain terbesar dunia. Indonesia mengalahkan India, China, dan Amerika Serikat yang masing-masing berpenduduk 1,2 miliar, 1,4 miliar, dan 450 juta orang. Apa artinya itu?
Jika internet atau surel digunakan untuk menghasilkan karya ilmiah berskala nasional ataupun internasional, berarti kita bangsa hebat di dunia iptek. Nyatanya, tidak ada kehebatan itu.
Jika demikian, barangkali kita hanya bangsa yang hobi merumpi, guyon, malas kerja, tak kreatif, dan buang duit untuk dibayarkan ke Amerika Serikat, pemilik aplikasi.
Maka, bangsa Indonesia jadi pembuang devisa terbesar, yang susah payah dikumpulkan pemerintah.
Hasilnya? Bangsa lain akan lebih kaya dan maju, sementara kita makin ketinggalan dan miskin. Tirulah bangsa Singapura. Mereka berhemat dan tak mau ber-WA-ria dan lain-lain.
Suyadi Prawirosentono Selakopi Pasir, Mulya, Bogor, Jawa Barat
Hari Dharma Samudera
Kompas (16/1/2019) memuat gambar tentang Hari Dharma Samudera dengan tabur bunga di Dermaga Sunda Pondok Dayung, Tanjung Priok. Peristiwa heroik dalam pertempuran di Laut Aru pada 15 Januari 1961 itu memang sudah lama berlalu dan, karena itu, banyak yang sudah lupa.
Komodor Yos Sudarso yang saat itu adalah Wakil Kasal memimpin penyerangan ke Irian Barat, yang saat itu masih diduduki tentara Hindia Belanda. Penyusupan penyerang pimpinan Komodor Yos Sudarso dengan tiga kapal jenis MTB itu terdeteksi kapal perang Belanda sehingga terjadi kontak senjata.
Menyadari tidak imbangnya kekuatan, sebagai komandan, Komodor Yos Sudarso mengirim perintah kepada dua MTB lain dengan kata-kata "Kobarkan semangat pertempuran" dan menyerang kapal perang musuh yang bertujuan menyelamatkan dua MTB lain. Sang komandan gugur sebagai patriot bangsa.
Kejadian itu baru saya ketahui sebulan kemudian dari cerita rekan kantor saya, Fransisca, yang adalah adik ipar Yos Sudarso dan tinggal di rumah dinas Jalan Diponegoro.
Salah satu yang selamat dalam pertempuran itu adalah Letkol (Laut) Soedomo yang pernah jadi Panglima Kopkamtib.
Masih terngiang dalam ingatan, pada awal Januari 1961, Soedomo menitipkan pekerjaan rumah karangan bahasa Inggris untuk disampaikan kepada guru kami di LIA, Jalan Merdeka Timur. Saat berangkat, Soedomo berpesan, "Ono tugas negoro."
Semoga Pertempuran Aru jadi teladan jiwa pengorbanan para pahlawan kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar