Cari Blog Ini

Bidvertiser

Jumat, 01 Februari 2019

Pancasila Sangat Agamais//Trotoar Nyaman//Pasar Tradisional Pulogebang (Surat Pembca Kompas)


Pancasila Sangat Agamais

Artikel "Pancasila dan Agama" Franz Magnis-Suseno di Kompas (18/1/2019) memberi pesan berpikir yang sangat penting dalam melihat kembali hubungan Pancasila dalam sudut pandang kelompok mayoritas di Indonesia.

Berangkat dari embrio kelahirannya, menurut Magnis–Suseno, Pancasila menjadi solusi alternatif bagi kelompok agama mayoritas di Indonesia, dalam hal ini umat Islam, yang sangat menginginkan ada dominasi semangat agama dalam konsep bernegara di Indonesia.

Saya sependapat dengan Magnis-Suseno bahwa dalam negara Pancasila, posisi agama sangat bebas, bahkan sangat diharapkan membawa semangat etika, spiritualitas, dan kritik dalam ruang publik. Pikiran semacam inilah poin utama yang perlu disosialisasikan negara terus-menerus. Melihat realitas yang sering mengemuka saat ini, ada kekeliruan bahwa keberadaan Pancasila seolah memberi batasan bagi warga dalam menjalankan semangat beragama di Indonesia.

Kekeliruan itu perlu dikritisi. Pancasila merupakan dasar negara yang sangat agamais sebab ada dasar keyakinan yang sangat kuat dari segenap pendiri negara Indonesia sehingga meletakkan aspek Ketuhanan Yang Maha Esa sebagai sila pertamanya.

Lebih jauh lagi, saya tegas menyatakan, Pancasila merupakan aktualisasi konsep tentang hakikat eksistensi manusia yang sesungguhnya. Mengapa? Sebab, Pancasila memberi arahan kepada kita bahwa manusia harus selalu mengutamakan relasi dengan Tuhan-nya, dengan sesama umat manusia, dan dengan alam semesta.

Jadi, Pancasila mendudukkan harkat dan martabat manusia dalam hidup bersama dan tetap memandang keberagaman tanpa mengabaikan kewajiban dan hak asasi mereka untuk hidup di alam semesta ini.

Haris Zaky Mubarak
Peneliti Sejarah di Indonesia, Tinggal di Yogyakarta


Trotoar Nyaman

Kompas pernah menyoroti sekilas kondisi dan keberadaan trotoar di Jakarta. Beberapa trotoar menjelang Asian Games 2018 sudah dibenahi dan dimanfaatkan. Sebagian memang cukup memadai meski kenyamanan penggunanya belum optimum. Saya berharap ada laporan Kompas lebih mendalam dan luas tentang jalur pedestrian ini.

Dengar-dengar, untuk renovasi atau pembangunan trotoar setiap tahun, alokasi anggaran pemerintah provinsi cukup besar. Sayang, publik tak dapat informasi cukup tentang bentuk, model, lokasi proyek, serta nilai biayanya.

Konon trotoar bukan proyek incaran para kontraktor karena sudah ada kontraktor "langganan". Tender pekerjaan bisa jadi sudah diatur dinas terkait dengan kontraktor dan DPRD. Tentu ini untuk bagi untung dari besarnya biaya proyek itu.

Pengawasan dan pemeliharaan terkesan ala kadarnya. Apalagi, kini gencar dibangun proyek infrastruktur yang berdampak trotoar rusak.

Saya selaku warga berharap agar proyek pembangunan/renovasi bisa lebih dibuka secara transparan. Juga perlu ada masukan publik tentang arsitektur serta estetika jalur trotoar, termasuk kembali dipasangnya bangku tempat istirahat warga.

A RISTANTO
Kota Bekasi, Jawa Barat

Pasar Tradisional Pulogebang

Memasuki Perumahan Pulogebang Permai di Jakarta Timur, kita disambut dengan pasar tradisional yang kecil dan kumuh. Apalah susahnya Wali Kota Jakarta Timur jalan-jalan ke Penang, Malaysia, dan mencontoh keapikan pasar tradisional yang kecil di sana untuk diterapkan di pasar tradisional Pulogebang itu.

Biayanya tak banyak-banyak amat. Sekalian ditata jalan di Perumahan Pulogebang Permai itu supaya asri dan apik. Selama ini, jalan di sana bergelombang.

Kemala

Pulogebang, Jakarta Timur

Kompas, 1 Februari 2019

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger