Kondisi serupa dapat ditemukan pada kerja sama Indonesia dengan hampir semua negara di kawasan Pasifik Selatan yang tergabung dalam organisasi Pacific Islands Forum (Australia, Kepulauan Cook, Mikronesia, Fiji, Polinesia Perancis, Kiribati, Nauru, Kaledonia Baru, Nieu, Palau, Papua Niugini, Kepulauan Marshall, Samoa, Kepulauan Salomon, Selandia Baru, Tonga, Tuvalu, dan Vanuatu). Kebijakan Indonesia di masa lalu terhadap tetangganya di Pasifik Selatan harus diakui masih bersifat pasif.
Berkaca pada hal ini, tidaklah salah apabila terdapat anggapan Indonesia masih lebih mementingkan identitasnya sebagai bangsa Asia dan menafikan wajah lainnya sebagai penduduk Pasifik. Padahal, data Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI tahun 2015 menunjukkan, sekitar 13 juta warga negara Indonesia (WNI) di lima provinsi di Indonesia bagian timur (Nusa Tenggara Timur, Maluku, Maluku Utara, Papua, dan Papua Barat) merupakan bagian dari Melanesia dan Polinesia yang merupakan rumpun utama suku bangsa di Pasifik.
Jumlah tersebut sama dengan gabungan dari penduduk Pasifik yang ada di dunia. Kemiripan Indonesia dengan penduduk Pasifik bukan hanya dalam angka statistik belaka. Secara ilmiah, salah satu mazhab dalam penelitian genetik meyakini bahwa masyarakat Austronesia di Polinesia berasal dari Asia Tenggara dan Indonesia. Bukti lain ditemukan dalam penggunaan bahasa. Bahasa Indonesia yang berakar dari bahasa Melayu ternyata memiliki induk asal Malayo-Polynesian.
Karena itu, tidak heran jika terdapat kemiripan makna suku kata antara bahasa yang digunakan di Indonesia dan bahasa di Pasifik. Kata lima di Fiji memiliki arti angka lima. Demikian juga kata mata dan biru dalam bahasa Samoa yang mempunyai arti sama dalam bahasa Indonesia.
Dalam hal kearifan lokal, kemiripan juga ditemukan pada moto Papua Niugini yang berbunyi "unity in diversity", yang berarti kurang lebih sama dengan semboyan nasional kita Bhinneka Tunggal Ika.
Konektivitas merupakan isu utama di Pasifik selain perubahan iklim. Ini karena negara-negara di kawasan ini memiliki luas teritori lautan lebih besar daripada daratannya. Studi Pusat Studi Transportasi dan Logistik Universitas Gadjah Mada (Pustral UGM, 2014) menyebutkan bahwa kawasan Pasifik Selatan belum terkoneksikan secara fisik, baik dalam bentuk jalur penerbangan maupun jalur pelayaran.
Kebijakan Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia sesungguhnya bisa menjadi pintu masuk kembalinya Indonesia sebagai bagian dari bangsa Pasifik, dengan antara lain mengembangkan konsep tol laut yang merambah ke negara-negara di kawasan Pasifik Selatan.
Dengan konsep ini, laut yang selama ini memisahkan justru menjadi penghubung kita dengan negara-negara tersebut. Menurut pemahaman penulis, diplomasi kita ke Pasifik merupakan implementasi dari diplomasi maritim.
Posisi Indonesia di Pasifik
Dalam rapat kabinet terbatas Mei 2018, Presiden Jokowi menegaskan pentingnya kehadiran Indonesia di Pasifik Selatan lewat peningkatan kerja sama bilateral dan multilateral dengan negara-negara di kawasan itu.
Akses pasar di negara-negara Pacific Islands Forum, yang semula hanya 40 juta jiwa dan memiliki total produk domestik bruto (PDB) sebesar 1,6 triliun dollar AS, dengan masuknya Indonesia dapat meningkat pesat menjadi blok regional dengan penduduk 300 juta jiwa dan total PDB 2,6 triliun dollar AS.
Berbekal potensi pasar dan kedekatan kultural antara sebagian masyarakat Indonesia dengan bangsa Pasifik dan posisi geografis wilayah timur Indonesia, Indonesia memprakarsai satu pameran dagang, investasi, pariwisata, dan budaya bertajuk "Pacific Exposition".
Kegiatan yang didukung Australia dan Selandia Baru itu akan diselenggarakan Juli di Auckland dan melibatkan semua negara di Pasifik Selatan. Kegiatan ini upaya kita mengapitalisasi modal dasar di atas.
"Pacific Exposition" sebagaimana yang disepakati tiga negara penyelenggara, langkah awal menuju integrasi ekonomi regional dan pembentukan identitas Pasifik.
Dengan pengembangan diplomasi Pasifik yang tepat, semua negara di Pasifik Selatan dapat berharap terciptanya pembangunan ekonomi yang merata serta situasi keamanan dan politik regional yang stabil. Bagi Indonesia, diplomasi Pasifik adalah reintegrasi menjadi bagian dari komunitas Pasifik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar