Berulangnya Kasus OTT
Berulangnya kasus OTT yang saat ini menimpa salah satu pimpinan partai politik menyentak hati kita. Walau demikian, "geregetnya" terasa makin mengendur daripada OTT-OTT sebelumnya. Kita merasa bahwa hal tersebut semakin biasa, sejalan dengan permisifnya kita terhadap korupsi.
Walaupun menyedihkan, itulah kenyataannya. Sungguh malang nasib bangsa ini. Kalau mau jujur, berulangnya kasus OTT ini sedikit banyak akibat tidak tegasnya pihak berwenang menghukum para koruptor dengan hukuman berat, bahkan tidak semua putusan mensyaratkan untuk mengembalikan hasil korupsi.
Lebih lagi kita melihat bahwa di rumah tahanan para koruptor itu seperti pindah kamar saja, dari rumah pribadi ke kamar tahanan. Fasilitas yang dipunyai masih bisa didapat di kamar tahanan, mulai dari fasilitas menggunakan HP, AC, televisi, hingga uang tunai. Selanjutnya semua fasilitas banyak digunakan menggoda aparat walaupun pelbagai usaha perbaikan telah dilakukan pemerintah.
Harian Kompas yang terkenal rapi sistem dokumentasinya, yang bisa tersusun rapi, saya sarankan untuk bisa menerbitkan buku tentang para koruptor, termasuk kasus OTT dan foto-foto mereka. Kita akan terkejut melihat jumlah mereka sudah demikian banyak.
Hal ini saya sarankan mengingat kita adalah bangsa pelupa. Sekaligus hukuman tambahan buat koruptor dan keluarga yang turut menikmatinya. Saya yakin, setelah keluar dari penjara mereka tidak akan mencalonkan diri lagi dan buku dimaksud akan laris manis.
Hapsoro Siswopranoto Jl Bukit Nusa Indah, Serua, Ciputat, Tangerang
Beda Kondisi Jalan
Sungguh pemandangan memilukan, begitu memasuki wilayah Kota Bekasi, kita melihat sempit dan rusaknya jalan. Salah satu lokasinya adalah melewati Jembatan Molek dari Jalan Pondokgede Raya, Lubang Buaya, Jakarta Timur.
Tanda batas wilayah DKI Jakarta dan Kota Bekasi, Provinsi Jawa Barat, adalah aliran Kali Sunter. Untuk masuk wilayah Kecamatan Pondokgede, Kota Bekasi, harus melewati kawasan Jembatan Molek.
Tampak di wilayah DKI Jakarta jalan lebih lebar dan mulus. Begitu masuk Jembatan Molek yang sempit, kondisi jalan juga rusak.
Di jembatan ini, arus kendaraan pasti tersendat kecuali Pemerintah Provinsi Jawa Barat dan Kota Bekasi segera membenahi dan memuluskan jalur masuk ke Bekasi. Wali Kota Bekasi mungkin jarang melintasi Jembatan Molek sebab banyak pintu masuk lain ke wilayah DKI Jakarta.
Dengan surat ini, mohon kiranya Bapak Wali Kota memperbaiki permukaan Jembatan Molek dan jalan masuk ke wilayah Pondokgede dari Jakarta.
A RISTANTO Jatimakmur, Pondokgede Kota Bekasi, Jawa Barat
Bau Tinja
Sudah 11 tahun kami sekeluarga menempati rumah di Jl Angklung Raya 50, Depok II Tengah. Dari awal terasa ada limbah air yang baunya tidak sedap mengalir di area rumah kami. Akhirnya diketahui limbah itu adalah air tinja, mengalir di bawah permukaan keramik dan baunya melingkupi hampir seluruh rumah.
Letak rumah kami memang lebih rendah daripada rumah dibelakang. Saya sudah melapor ke RT, RW, Ketua PKK, Sanitasi Puskemas, Kelurahan, Lingkungan hidup, tetapi belum ada solusi.
Beberapa usaha seperti membendung dan membeton sudah dilakukan, tetapi tidak ada hasilnya. Sehari-hari, untuk mengurangi efek negatif, kami mengepel lantai dengan karbol pekat hampir tanpa campuran air, memasukkannya ke dalam nat keramik.
Sehari-hari bisa mengepel lebih dari tiga kali, entah sampai kapan. Kami mengharap bantuan pemerintah daerah Depok dalam hal ini Wali Kota Depok mengatasi hal ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar