ANTARA FOTO/WAHYU PUTRO A

Presiden Joko Widodo (kanan) dan Perdana Menteri India Narendra Modi melakukan "Pembicaraan Serambi" selama kunjungan kenegaraan di Istana Negara di Jakarta Pusat pada hari Rabu (30/5/2018). Masalah bilateral, regional dan global, termasuk kerja sama antara kedua negara serta persiapan untuk menandai peringatan ke-70 hubungan diplomatik Indonesia-India dibahas selama kunjungan.

Artikel Menteri Luar Negeri India Sushma Swaraj di Kompas, Senin (1/4/2019), menggugah kita. India dan Republik Indonesia meraya kan 70 tahun ikatan diplomatik.

Ada sukacita dan optimisme dalam perayaan itu. Tak kalah penting, seberapa mampu keduanya mampu mewujudkan mimpi hubungan yang tumbuh mekar, berbuah, dan memberikan tambahan kesejahteraan dan kemakmuran bagi rakyat kedua bangsa.

India dan Indonesia saat mengenang hubungan bilateralnya sering hidup dalam nostalgia dan romantisisme lepas dari kolonialisme. Sehari-hari kedua negara sibuk dengan urusan domestik masing-masing, yang amat mendesak.

Urusan mengangkat derajat perikehidupan rakyat tak diragukan menempati prioritas tertinggi. Perayaan 70 tahun hubungan diplomatik memberikan kesempatan kepada kita untuk jeda sejenak dari urusan rutin dan memakai momentum ini untuk berefleksi.

Di satu sisi, Indonesia dan India dihadapkan pada dinamika regional dan global yang berpotensi berpengaruh pada kedua negara. Mungkin keduanya bisa menyelaraskan kepentingan masing-masing di tengah perbedaan pandangan antara Amerika Serikat dan China terkait Samudra India dan Samudra Pasifik, yang disinggung dalam artikel Duta Besar RI untuk Inggris Raya dan Irlandia Rizal Sukma (Kompas, 1/4/2019).

Di sisi lain, ada urgensi untuk lebih fokus pada sisi bilateral. Untuk bidang maritim, Menlu India menyebut konsep SAGAR (Security and Growth for All in the Region) yang dimajukan oleh India dengan kebijakan Poros Maritim yang digaungkan oleh Presiden Joko Widodo.

Di bidang ekonomi, Indonesia dan India banyak disebut berpotensi menjadi kuasa besar. Namun, keduanya pun harus menghadapi tantangan memberantas kemiskinan yang masih serius. Di sini kedua negara bisa saling bertukar pengalaman, selain mengembangkan kerja sama.

Dari sisi Indonesia, banyak bidang yang bisa dipelajari dari India. Tentang senjata antisatelit yang kini dikuasai India, tidaklah pas. India sangat maju dalam teknologi informasi- komunikasi (TIK). TIK merupakan pilar ekonomi digital. Jadi, Indonesia perlu menimba ilmu dari India dalam bidang ini.

Bidang lain yang penting adalah riset-pengembangan, inovasi, dan manufakturing. India melalui Tata Institute memberikan contoh tentang bagaimana mengembangkan kemampuan nasional di bidang itu dan rekayasanya.

Presiden Joko Widodo (tengah) mendampingi PM India Narendra Modi (kanan) mendengarkan penjelasan dari Wakil Ketua Badan Pelaksana Pengelola Masjid Istiqlal Bahrul Hayat ketika mengunjungi Masjid Istiqlal, Jakarta, Rabu (30/5).

Kita yakin, pembangunan nasional yang sukses bagi negara besar dan berpenduduk banyak, seperti India dan Indonesia, sulit dicapai tanpa adanya kemampuan nasional yang berorientasi pada kemandirian.

Dari industri kreatif, kita juga bisa belajar banyak dari India, yang melahirkan serial yang pernah membius pemirsa Indonesia, seperti Mahabharata dan Jodha Akbar. Kita memiliki juga produk sukses, tetapi sukses Bollywood termasuk satu yang sangat mengagumkan.