Cari Blog Ini

Bidvertiser

Sabtu, 28 Maret 2020

INDUSTRI DIGITAL: Teknologi Digital Mencegah Aji Mumpung Saat Pandemi (ANDREAS MARYOTO)


Andreas Maryoto, Wartawan Senior Kompas

Berbagai barang kebutuhan raib di pasar ketika wabah Covid-19 menjalar ke banyak negara. Kepanikan terjadi di mana-mana hingga stok barang di toko dan supermarket habis. Tak hanya di negara berkembang, di negara maju juga sama saja.

Kepanikan juga terjadi di laman pemasaran digital. Beberapa barang juga habis. Tak cuma itu, aji mumpung dengan menaikkan harga barang pun dilakukan di lapak-lapak digital. Mereka sesuka hati menaikkan harga hingga melambung tak terkendali.

Mereka lupa bahwa teknologi digital dengan mudah mendeteksi aksi itu. Harga barang-barang yang naik tidak wajar langsung termonitor. Pengelola laman pemasaran digital tentu saja tak membiarkan aksi sekelompok orang yang mengambil untung secara tidak benar. Mereka langsung mengambil tindakan keras terhadap kecurangan dalam perdagangan ini.

Awal pekan ini, Amazon mengumumkan menghapus 3.900 akun penjual di Amerika Serikat karena melanggar aturan harga yang wajar. Begitu virus korona tipe baru menyebar pada awal Maret, mereka langsung melakukan investigasi.

Amazon juga telah menghapus penjualan sekitar 530.000 item barang yang dijual dengan harga tidak pantas. Ini merupakan langkah awal untuk menertibkan berbagai tindakan yang melanggar aturan. Perusahaan milik Jeff Bezos ini juga telah bekerja sama dengan aparat untuk menindak para pelanggar kebijakan harga yang pantas.

REUTERS/DADO RUVIC

Amazon menutup akun penjual yang menaikkan harga secara tidak wajar memanfaatkan kepanikan akibat pandemi Covid-19.

Amazon dengan tegas mengatakan, para penjual sangat dilarang mengeksploitasi masa darurat ini dengan menaikkan harga dan juga ongkos kirim. Meski demikian, mereka tidak menjelaskan mengenai kenaikan satu di antara enam barang yang dijual langsung oleh Amazon. Kenaikan itu mencapai 50 persen dalam 90 hari seperti dikutip laman USA Today.

Amazon memberikan tambahan upah berlipat kepada para pekerjanya karena pesanan barang melonjak sejak terjadinya wabah. Mereka juga menambah pekerja sebanyak 100.000 orang karena kenaikan pesanan dan antaran.

Di Indonesia, manajemen Tokopedia telah menutup secara permanen ribuan pelapak yang melanggar aturan dengan menaikkan harga secara tidak wajar. Mereka juga menghapus ribuan produk di laman Tokopedia karena melakukan pelanggaran kebijakan harga. Produk tersebut antara lain masker dan pembersih tangan.

Tokopedia tidak menyebutkan jumlah pelapak dan produk secara detail, tetapi umumnya pelapak-pelapak yang menjual produk kesehatan. Bukalapak juga telah melakukan tindakan yang sama sejak beberapa waktu lalu.

Pemerintah di banyak negara melihat dan mengakui kecurangan itu dan mulai melakukan berbagai langkah. Mereka ada yang membuat layanan pengaduan untuk menampung keluhan konsumen. Ada juga yang secara aktif memantau komplain di media sosial sehingga bisa ditindaklanjuti. Aparat bekerja sama langsung dengan pemilik laman perdagangan sehingga bisa ikut memantau orang-orang yang melakukan praktik aji mumpung.

KOMPAS/PRIYOMBODO

Stan Tokopedia di Pasar Idea yang berlangsung di Jakarta Convention Center, Jakarta, Kamis (15/8/2019). Tokopedia menutup akun pelapak yang mencari keuntungan tak wajar dari pandemi Covid-19.

Tidak cuma itu, mereka juga bekerja sama untuk mendeteksi orang-orang yang menjual produk secara daring dengan klaim palsu, seperti obat dan bahan medis yang bisa melindungi atau mengobati penderita Covid-19. Di tengah pandemi, tak sedikit orang yang menggunakan kesempatan dengan berjualan berbagai produk dengan klaim yang berlebihan.

Beberapa negara telah memburu dan menetapkan mereka dalam kategori melakukan tindak kejahatan di tengah kecemasan publik. Dengan berbagai cara, aparat menekan serendah mungkin upaya para pelaku ambil untung sesaat itu.

Baca juga : Distribusi Bahan Kebutuhan Warga di Sejumlah Negara Terganggu

Meski demikian, aparat di sejumlah negara mengkritik sistem di beberapa laman pemasaran karena ketika barang banyak diintip dan dibeli, mereka akan menaikkan harga barang secara otomatis. Beberapa aplikasi yang digunakan untuk membandingkan harga juga dinilai memperburuk situasi ini. Apabila di satu laman A lebih murah dan di laman B lebih mahal, penjual di laman A akan menaikkan harga agar sama dengan harga B. Apabila ini terjadi terus-menerus, harga tak terkendali.

Belum lagi orang-orang yang memanfaatkan situasi ketika melihat penjualan laman pemasaran lebih menguntungkan sehingga mereka yang selama ini berjualan langsung tiba-tiba membuat lapak di laman penjualan dengan menaikkan harga sesukanya.

KOMPAS/RADITYA HELABUMI

Suasana kantor Tokopedia di Jakarta, Rabu (15/8/2018).

Meski demikian, para pemilik laman pemasaran secara proaktif melakukan pemantauan. Cara-cara manual dikombinasikan dengan teknologi digital yang makin memudahkan deteksi terhadap tindakan aji mumpung yang merugikan banyak pihak.

Amazon telah menggunakan teknologi untuk membandingkan harga yang dipasang penjual dengan harga di pasar serta sejarah harga produk yang dipasang. Mereka menggunakan model mesin pembelajar untuk mendeteksi lonjakan harga yang dikombinasikan dengan pemantauan manusia.

Mereka juga membangun tim tambahan yang bekerja 24 jam untuk memantau secara khusus produk-produk yang dibutuhkan publik. Mereka telah menerapkan audit tambahan di lapak-lapak karena risiko lonjakan harga sangat tinggi di tengah upaya orang untuk menghindar dari sistem yang berjalan selama ini.

Kompas, 26 Maret 2020

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger