Cari Blog Ini

Bidvertiser

Sabtu, 28 Maret 2020

VIRUS KORONA: Lomba Cepat Membuat Vaksin Covid-19 (ATIKA WALUJANI MOEDJIONO)


DRAWING/ILHAM KHOIRI

Atika Walujani Moedjiono, wartawan Kompas

Ketika para dokter dan perawat berjuang siang malam menyelamatkan nyawa pasien di rumah sakit di seluruh dunia, para peneliti bekerja keras membuat vaksin yang mampu melawan virus korona baru di berbagai laboratorium.

Meski dilakukan terobosan pada birokrasi, juga proses perizinan dan tahapan uji klinis pada manusia dipercepat, kita perlu bersabar menunggu vaksin bisa diperoleh di pasaran.

Menurut Direktur Program Darurat Kesehatan WH) Mike Ryan, vaksin tetap harus memenuhi standar keamanan yang ketat. Dalam upaya pembuatan vaksin ataupun penemuan obat untuk Covid-19, WHO membentuk kelompok penasihat ilmiah yang menyusun panduan desain percobaan untuk vaksin dan terapi yang harus ditaati semua pihak.

Pada 16 Maret 2020, tim peneliti Institut Kesehatan Nasional (NIH) Amerika Serikat bersama perusahaan farmasi Moderna Inc melaksanakan uji klinis fase 1 untuk kandidat vaksin virus korona mRNA-1273. Uji ini untuk mendapatkan data keamanan dan imunogenisitas (kemampuan menimbulkan respons kekebalan tubuh) dari vaksin. Sebelumnya, uji pada tikus percobaan menunjukkan hasil yang menjanjikan.

FOTO: INSTITUT KESEHATAN NASIONAL (NIH), AMERIKA SERIKAT

Gambar 3D protein paku SARS-CoV-2, virus penyebab Covid-19. Protein paku (depan) memungkinkan virus masuk dan menginfeksi sel manusia. Pada model virus (belakang), permukaan virus (biru) ditutupi protein paku (merah) yang memungkinkan virus masuk dan menginfeksi sel manusia.

Untuk keperluan itu, direkrut 45 orang sehat berusia 18-45 tahun sebagai relawan uji vaksin pada manusia selama 6 minggu. Uji klinis dilakukan di Lembaga Penelitian Kesehatan Kaiser Permanente Washington (KPWHRI) di Seattle, AS. Produksi kandidat vaksin untuk uji klinis dibantu Koalisi Inovasi Persiapan Epidemi (CEPI).

Menurut Anthony Fauci, Direktur Institut Penyakit Infeksi dan Alergi (NIAID), bagian dari NIH, uji tersebut merupakan langkah pertama yang penting menuju penemuan vaksin yang aman dan efektif.

FOTO: LABORATORIUM MCLELLAN, UNIVERSITAS TEXAS DI AUSTIN, AMERIKA SERIKAT.

Struktur tingkat atom dari protein paku virus korona baru penyebab Covid-19

Pada hari yang sama, China juga memulai uji klinis fase 1 kandidat vaksin yang dikembangkan Akademi Ilmu Kedokteran Militer bersama CanSino Biologics. Ada 108 peserta berusia 18-60 tahun yang dilibatkan untuk uji vaksin yang dinamai Ad5-nCoV di Rumah Sakit Tongji, Wuhan.

Menurut para peneliti China, sebagaimana dikutip The Jerusalem Post, Minggu (22/3/2020), uji preklinis pada hewan percobaan menunjukkan kandidat vaksin itu mampu menginduksi respons kekebalan dan cukup aman.

"China tidak akan lebih lambat dari negara lain," kata Wang Junzhi, pengawas mutu produk biologi dari Lembaga Ilmu Pengetahuan China, kepada wartawan, Selasa (17/3/2020), di Beijing, menurut New York Times, Kamis (19/3/2020).

JALAA MAREY / AFP

Ilmuwan Israel bekerja di laboratorium Migal Research Institute di Kiryat Shmona di Israel, Minggu (1/3/2020). Migal menjadi salah satu lembaga yang sedang mengembangkan vaksin untuk Covid-19.

Sejumlah perusahaan farmasi lain yang bekerja sama dengan pemerintah negara-negara di Eropa, AS, China, Jepang, Israel, ataupun lembaga nirlaba juga sedang menyiapkan ataupun melakukan uji preklinik untuk kandidat vaksin masing-masing.

Dibandingkan upaya pembuatan vaksin untuk penyakit lain, bisa dikatakan, kemajuan pembuatan vaksin untuk SARS-CoV-2, virus penyebab Covid-19, sangat cepat. Hal ini berkat upaya China mengurutkan kode genetik virus dan membagikan pada awal Januari lalu. Dengan demikian, kelompok peneliti di seluruh dunia bisa menumbuhkan virus hidup dan mempelajari bagaimana virus itu menyerang sel manusia.

Jenis vaksin

Umumnya, vaksin dibuat dari virus yang dilemahkan atau dimatikan untuk menimbulkan respons kekebalan pada tubuh manusia, misalnya vaksin campak. Namun, ada kelemahan dari jenis vaksin ini. Pada orang yang kekebalan tubuhnya rentan, virus yang dilemahkan masih bisa berkembang dan menimbulkan gangguan kesehatan.

Para peneliti melakukan rekayasa genetik, membuat tiruan sebagian kode genetik protein dari paku virus korona yang digunakan untuk menempel pada sel manusia.

Adapun vaksin yang dikembangkan NIH, mRNA-1273, tidak dibuat dari virus korona baru. Para peneliti melakukan rekayasa genetik, membuat tiruan sebagian kode genetik protein dari paku virus korona yang digunakan untuk menempel pada sel manusia. Dengan teknologi baru ini, diharapkan vaksin lebih aman bagi manusia.

Laman NIH mengatakan, para ilmuwan dari Pusat Penelitian Vaksin NIAID mendapati protein paku virus korona penyebab Covid-19 mirip dengan virus penyebab SARS, yakni terdiri atas lajur asam ribonukleat (RNA) dalam kapsul protein bulat yang ditutup semacam paku-paku runcing. Bedanya, virus penyebab Covid-19 menempel lebih kuat pada sel manusia dibandingkan virus SARS. Itu sebabnya virus penyebab Covid-19 lebih mudah menular lewat transmisi pernapasan.

AFP/ANDREW CABALLERO-REYNOLDS

Direktur Deteksi Antibodi dan Pengembangan Vaksin Nita Patel mengamati model komputer yang memperlihatkan struktur protein dari vaksin potensial untuk Covid-19 di laboratorium Novavax di Rockville, Maryland, Amerika Serikat, Jumat (20/3/2020).

Peneliti dari laboratorium lain membuat vaksin rekombinan, yakni mengekstraksi kode genetik protein dari paku virus korona, bagian yang paling memicu respons kekebalan pada manusia. Kode genetik protein virus kemudian ditempelkan pada genom bakteri atau ragi agar mikroorganisme tersebut memproduksi protein dalam jumlah besar sebagai bahan vaksin.

Setelah kandidat vaksin dibuat, harus melalui berbagai tahap uji untuk memastikan keamanan dan efektivitasnya. Ada berbagai kemungkinan hasilnya. Bisa jadi, ada yang ternyata tidak aman, atau tidak efektif, bahkan tidak aman dan tidak efektif.

Selanjutnya, setelah ditemukan vaksin yang terbukti aman dan efektif, ada persoalan lain. Memproduksi dalam jumlah besar tentu memerlukan waktu dan sarana khusus. Belum lagi masalah hak paten dan harga jual.

"Seperti kebanyakan ahli vaksinologi, perkiraan saya, vaksin baru siap dalam 1,5 tahun ke depan," kata guru besar penyakit menular baru dari London School of Hygiene dan Tropical Medicine, Annelies Wilder-Smith, kepada the Guardian, Jumat (20/3/2020).

Karena itu, sambil menunggu vaksin bagi virus, sesuai data Worldometers.info, 24 Maret 2020, virus ini telah menjangkiti 386.958 orang dan menewaskan 16.750 orang di seluruh dunia, sebaiknya kita tetap menjaga kesehatan. Disiplin menjaga jarak sosial yang aman, menjaga kebersihan dengan rajin mencuci tangan, serta menyucihamakan tempat tinggal, tempat kerja, ataupun fasilitas umum.

Kompas, 26 Maret 2020

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger