Organisasi Kesehatan Dunia mendorong semua orang menggunakan masker untuk menutup wajah saat berkegiatan di luar rumah. Masker tersebut dapat terbuat dari kain. Muncul anjuran agar setiap orang mengenakan masker karena sudah terbukti orang yang tidak menunjukkan gejala dapat menularkan virus Covid-19.
Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 33 Tahun 2020 mengatur pelaksanaan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Di dalam peraturan tersebut, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan penduduk Jakarta memakai masker saat beraktivitas di luar rumah. Sebelumnya, keluar peraturan gubernur, masker dapat terbuat dari kain dan minimal harus dua lapis. Masker medis tidak dianjurkan karena penggunaannya diutamakan untuk tenaga kesehatan.
Pertanyaannya, seberapa ampuh masker berbahan kain melindungi seseorang dari virus korona Covid-19 dan bahan apa yang sebaiknya digunakan.
Tidak kurang dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC) Amerika Serikat mengeluarkan sejumlah petunjuk praktis membuat dan menggunakan masker berbahan kain untuk mencegah penularan Covid-19. Amerika Serikat mencatat kasus Covid-19 tertinggi saat ini, lebih dari 400.000 kasus.
Amerika Serikat juga kewalahan menghadapi terus bertambahnya pasien baru Covid-19. Alat perlindungan diri, termasuk masker medis, untuk tenaga kesehatan menjadi langka, apalagi masker untuk masyarakat umum.
Masker dapat terbuat dari selendang kecil (scarf) dan bandana yang dilipat. Kedua ujungnya dilipat dan diberi karet atau tali elastis sebagai pengait ke telinga.
Masker kain harus terpasang dengan nyaman dari sisi satu ke sisi lain wajah serta menutup dari batang hidung hingga dagu; diikat memakai tali, karet gelang atau karet rambut untuk dikaitkan ke telinga; terdiri dari setidaknya dua lapis kain; pemakai mudah bernapas; dan tahan pencucian tanpa berubah teksturnya.
Masker kain tidak dianjurkan untuk anak berusia kurang dari dua tahun, orang yang mengalami masalah bernapas, serta orang yang mudah pingsan dan tidak dapat melepas maskernya.
Penelitian
Penelitian Anna Davies dan kawan-kawan (dkk) di Inggris tentang efek perlindungan masker kain dapat menjadi patokan mengenai efektivitasnya. Penelitian tahun 2013 Davies dkk menguji perlindungan masker buatan sendiri terhadap virus influenza. Penelitian ini dimuat dalam Disaster Medicine and Public Health Preparedness.
Penelitian menguji efek perlindungan terhadap dua mikroorganisme, yaituBacillus atrophaeus danBacteriophage MS2. Kedua mikroorganisme ini dapat dibandingkan dalam ukuran, yaitu antara 60-100 nanometer (nm). Virus korona yang merupakan keluarga besar Covid-19 memiliki diameter kira-kira 60-140 nm.
Kesimpulan penelitian tersebut, masker kain buatan sendiri dapat mengurangi risiko penularan virus, tetapi tidak menghilangkan sama sekali risiko penularan. Karena itu, seberapa bagus pun masker, harus diikuti dengan tindakan lain, yaitu mengisolasi orang yang terinfeksi Covid-19, menutup mulut dan hidung saat batuk atau bersin, dan rajin mencuci tangan memakai sabun dan air mengalir.
Hal sama disebut oleh Paul Hunter dari University of East Anglia. Hunter dkk dalam situs www.newscientist.com mengatakan, hasil penelitian memberikan bukti yang lemah dan tidak konsisten bahwa penggunaan masker kain dapat mencegah orang yang sakit menularkan virus.
Meskipun bila dibandingkan dengan masker medis efektivitas masker kain berada di bawahnya, dalam situasi kelangkaan masker medis penggunaan masker kain tetap bermanfaat. Penggunaan masker kain memberikan manfaat ketika sulit melakukan penjarakan sosial, seperti saat berbelanja bahan makanan atau ke apotik. Masker kain terutama bermanfaat ketika penularan terjadi di komunitas atau di lingkungan sekitar.
Saya bermasker, maka saya ada
Segera setelah pemakaian masker berbahan kain mendapat lampu hijau dan setiap orang kini harus memakai masker kain saat keluar rumah, masker kain dengan beragam corak bermunculan. Meskipun tidak memberikan perlindungan sebaik masker medis, memakai masker kain lebih baik daripada sama sekali tidak memakai pelindung.
Meskipun tidak memberi perlindungan sebaik masker medis, memakai masker kain lebih baik daripada sama sekali tidak memakai pelindung.
Juru bicara pemerintah untuk penanganan Covid-19, Achmad Yurianto, mengenakan masker dengan corak batik. Industri rumah tangga langsung bekerja memproduksi dengan kain yang ada.
Lebih dari sekadar melindungi diri sendiri, masker juga melindungi orang lain tertular Covid-19 karena boleh jadi kita pembawa virus meskipun tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi.
Tanda-tanda terinfeksi Covid-19, antara lain:
• Batuk, bisa kering
• Radang tenggorok
• Demam
• Sakit di otot-otot tubuh
• Kehilangan kemampuan mencecap rasa
• Kehilangan kemampuan mencium
• Kesulitan bernapas, napas menjadi pendek-pendek
Tidak semua tanda muncul bersamaan. Yang lebih harus disadari adalah seseorang yang membawa Covid-19 di tubuhnya belum tentu menunjukkan salah satu atau beberapa tanda fisik di atas. Karena itu, uji penapisan perlu dilakukan sebanyak mungkin dan secepatnya untuk mengisolasi mereka yang menjadi pembawa virus.
Kabar baik dari dibolehkannya menggunakan masker kain adalah masker dapat dicuci dan memang harus dicuci sesering mungkin. Karena itu, sebaiknya memiliki setidaknya dua masker kain.
Kabar baik lain, setiap orang dapat berkreasi dengan masker kainnya, sepanjang terbuat dari kain dengan tenunan cukup rapat, lebih baik berbahan katun, dan terdiri dari setidaknya dua lapis. Masker juga harus menutup wajah dari sisi ke sisi dan dari pangkal hidung hingga ke dagu. Cuci masker memakai sabun sebelum digunakan.
Hal menyenangkan lain, masker kain dapat dibuat sendiri di rumah, menggunakan sisa kain atau kain yang sudah ada di rumah. Anak-anak yang sudah cukup besar dapat diajak menghias masker kainnya, menantang kreativitas mereka, dan membunuh waktu setelah selesai mengerjakan tugas sekolah.
Dengan desain unik dan dibuat sendiri, masker menjadi bagian dari mode. Masker menjadi pernyataan pribadi karena "maskerku adalah aku". Jenis masker hingga cara memakai menggambarkan pribadi pemakai. Ada yang begitu khawatir pada penularan, ada yang bersikap rasional, tetapi juga ada yang tidak peduli.
Pernyataan pribadi itu juga adalah pernyataan kepedulian pada orang lain. Kalimat terkenal filsuf Rene Descartes, cogito ergosum, memiliki makna harafiah pelesetannya pada pandemi Covid-19 saat ini, "Saya bermasker, maka saya ada". Pelesetan itu memiliki arti lebih luas lagi pada saat ini. "Saya peduli, maka saya bermasker" dan "Saya bermasker, maka saya dan orang yang saya sayangi ada".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar