Silicon Valley yang dibangun puluhan tahun lalu mungkin akan menjadi situs kenangan. Ingar bingar anak muda yang ingin memburu karier sekaligus ingin mengubah dunia melalui teknologi digital mungkin tak lagi terlihat di kawasan itu.
Pandemi telah mengubah hidup kita secara drastis. Cara kerja dan interaksi di perusahaan teknologi secara cepat telah ikut berubah. Perubahan itu kemungkinan bakal mencengangkan kita.
Survei terbaru yang diadakan CNBC di kalangan para pekerja perusahaan secara umum menyebutkan, sekitar separuh dari responden merasa nyaman dan bisa produktif bekerja dari rumah. Bahkan, mereka menyatakan mereka lebih produktif dibandingkan dengan bekerja di kantor. Mereka tetap ingin bekerja di "kantor baru" berupa dapur atau kamar yang didesain ulang dengan rekan kerja istri, suami, anak, dan saudara kandung, bahkan hewan piaraan kita.
Secara khusus, ketika survei itu dilakukan di kalangan perusahaan teknologi, 83 persen karyawan mengatakan mereka bisa bekerja dari rumah. Sebagian besar di antara mereka malah menginginkan bekerja dari rumah mulai saat ini hingga selamanya. Sekalipun situasi pandemi telah berakhir dan keadaan dinyatakan aman, pekerja memilih tetap bekerja dari rumah. Karyawan masih menenggang ketika harus sesekali ke kantor, tetapi mereka ingin sebagian besar pekerjaan dilakukan di rumah dibandingkan dengan ketika situasi normal.
Tidak mengharankan jika Twitter sebelum survei itu diadakan telah menyatakan karyawannya dipersilakan tetap bekerja dari rumah selamanya jika mereka nyaman. Mereka juga menyatakan sebagai perusahaan dunia yang pertama kali "memindahkan" kantornya ke rumah para karyawannya. Oleh karena itu, mereka mengakui sebagai bukan perusahaan pertama yang akan melakukan persiapan untuk mengembalikan karyawannya ke kantor, seperti perusahaan lain.
Selama ini konsentrasi karyawan Twitter berada di San Francisco, tetapi kelak mereka akan terdistribusi di berbagai tempat. Konsentrasi karyawan itu memang menjadi perhatian karena banyak karyawan yang tidak nyaman dengan biaya hidup yang mahal. Mereka yakin dengan lokasi karyawan yang terdistribusi, maka akan memudahkan eksekusi pekerjaan. Perubahan radikal itu diyakini akan terjadi dan terlaksana.
Baca juga: Penggunaan Kecerdasan Buatan Sebelum, Saat, dan Pasca-Pandemi Covid-19
Perusahaan teknologi lainnya yang berbasis di Silicon Valley, Twilio Inc, yang bergerak di komputasi awan, juga mengatakan telah meminta para pekerja untuk bekerja dari rumah dalam jangka panjang. Sebanyak 20 persen karyawan yang selama ini berbasis di kantor tengah dalam transisi untuk bekerja dari rumah. Saat ini mereka tengah menggodok aturan formalnya. Mereka juga menyiapkan bonus untuk karyawan yang mau ikut transisi itu.
Pertanyaan yang muncul, bagaimana dengan masa depan Silicon Valley?
Pesta telah berakhir di Silicon Valley. Sebuah tulisan di laman The Verge mungkin terlalu dini untuk menduga kemungkinan berakhirnya riwayat sebuah wilayah yang berada di area selatan Teluk San Francisco, California, Amerika Serikat, itu. Namun, tulisan tersebut menjadi peringatan tentang kemungkinan senja kala di lembah itu.
Tempat itu dinamai Silicon Valley pada 1971 oleh seorang penulis di sebuah koran. Nama tempat ini makin terkenal sejak 1980 ketika berbagai perusahaan teknologi yang khusus membuat perangkat keras menempati kawasan itu. Tempat itu makin menjulang ketika era teknologi digital berkembang sangat pesat menjelang tahun 2000. Saat itu dikenal dengan fenomena dotcom yang melahirkan sejumlah perusahaan dan sempat luluh lantak hingga kemudian muncul perusahaan teknologi dengan model bisnis yang berbeda dibandingkan dengan sebelumnya dan bertahan hingga sekarang.
Penulis di The Verge memperlihatkan beberapa kasus sebelumnya yang menunjukkan sebuah kota bisa saja ditinggalkan penghuninya karena berbagai penyebab. Dalam konteks pandemi, ia mengatakan orang cenderung berpaling ke laptop untuk menjadi produktif. Dengan mudah orang berubah dan langsung bisa menjalankan berbagai pekerjaan yang selama ini dijalankan di kantor. Kondisi ini yang menyebabkan ia memperingatkan akan kejadian Silicon Valley yang sepi karena ditinggal para pekerja.
Problem lain yang dialami di lembah itu adalah biaya hidup yang tak lagi kecil. Banyak pekerja yang mengeluhkan biaya sewa apartemen yang terlalu mahal dibandingkan dengan tempat lain. Dengan pandemi dan anjuran untuk bekerja dari rumah, mereka mulai berpikir untuk berpindah ke tempat lain yang lebih murah karena bisa bekerja dari mana pun. Sejumlah perusahaan teknologi mengakui bahwa karyawannya mulai mengusulkan untuk pindah tempat tinggal.
Laporan yang diturunkan di laman Bloomberg Businessweek menyebutkan, pandemi memang telah menyebabkan perusahaan teknologi meminta karyawannya untuk bekerja dari rumah. Anjuran ini juga menyebabkan karyawan mulai meninggalkan gedung-gedung tinggi tempat tinggal mereka yang selama ini dekat dengan kantor. Mereka akan mencari tempat tinggal yang lebih murah dan lebih nyaman. Bahkan, beberapa akan memilih tempat tinggal yang jauh dari kantor agar lebih nyaman.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar