Cari Blog Ini

Bidvertiser

Kamis, 14 Mei 2020

INDUSTRI DIGITAL: Teknologi Tak Sepenuhnya Menyelesaikan Masalah Bekerja dari Rumah (ANDREAS MARYOTO)


Andreas Maryoto, wartawan senior Kompas

Pada saat kondisi normal, banyak orang yang ingin bekerja dari rumah atau kafe. Kini ketika orang diminta bekerja dari rumah, sempat muncul kegembiraan sebentar, tetapi kemudian lama-lama malah muncul masalah.

Bekerja dari rumah juga tak semata urusan penguasaan teknologi digital untuk menggantikan pertemuan tatap muka. Ada banyak pendapat dan masalah di balik perubahan cara bekerja ini.

Survei yang diadakan jauh sebelum pandemi Covid-19 memperlihatkan keinginan banyak orang untuk bekerja di luar kantor, baik di rumah maupun berbagai tempat lainnya. Survei yang diadakan oleh sebuah lembaga bernama Owl Labs memperlihatkan sejumlah alasan mereka lebih menyukai bekerja di luar kantor.

Dalam laporan yang bernama "State of Remote Work" menyebutkan sejumlah alasan, seperti 91 persen ingin keseimbangan hidup, sebanyak 79 persen karena merasa bisa meningkatkan produktivitas, dan 78 persen ingin mengurangi stres karena perjalanan komuter dari rumah ke kantor.

KOMPAS/LASTI KURNIA

Seorang manajer di sebuah perusahaan swasta rapat secara daring dengan anggota timnya saat menjalani bekerja dari rumah di kawasan Kebun Jeruk, Jakarta, Jumat (27/3/2020).

Kini situasinya berubah. Pandangan mereka tentang bekerja dari rumah berbanding terbalik. Beberapa di antara mereka malah menginginkan tatap muka. Bekerja dari rumah tak seindah yang dibayangkan.

Laporan dari sejumlah media dan lembaga riset pekan lalu mulai menguak sejumlah masalah bekerja dari rumah (working form home). Laporan dari Engine Insights for Smartsheet yang dikutip laman Forbesmengungkapkan, hampir semua pekerja, tanpa memandang umur, mengalami sejumlah masalah setelah sekian lama bekerja dari rumah.‎

Kita mungkin menduga bahwa milenial dan generasi Z akan mudah menerima kenyataan ini karena mereka lebih familiar dengan teknologi digital atau warga penghuni digital. Pada kenyataannya, berdasarkan survei lembaga itu, 93 persen milenial dan 95 persen generasi Z mengalami masalah ketika bekerja dari rumah.

Persoalan pokok bekerja dari rumah adalah sama dengan bekerja di kantor dalam kondisi normal, yaitu soal komunikasi. Meski ada teknologi konferensi via video untuk berkomunikasi dengan rekan kerja, mereka tetap mengeluhkan permasalahan komunikasi.

KOMPAS/YUNIADHI AGUNG

Seorang pegawai Bank BNI bekerja di rumahnya di Tangerang Selatan, Banten, Selasa (17/3/2020). Sejumlah kantor dan perusahaan menerapkan sistem bekerja dari rumah untuk meminimalisasi persebaran virus korona baru penyebab penyakit Covid-19.

Temuan yang sangat mengejutkan, milenial dan generasi Z lebih menginginkan tatap muka dibandingkan pertemuan virtual. Mereka menyadari betapa pentingnya interaksi sehingga tugas dan proyek bisa segera diselesaikan.

Sebuah artikel di laman Adweek juga mengingatkan, seolah bekerja dari rumah membahagiakan dan membuat produktif semua karyawan, padahal tidak seperti itu. Tidak semua karyawan merasa nyaman bekerja dari rumah. Meski demikian, keadaan sekarang ini yang diikuti dengan bekerja dari rumah akan memunculkan sejumlah inovasi.

Artikel lainnya di laman CNBC yang berdasarkan survei States of Play yang bekerja sama dengan media itu menyebutkan, 42 persen responden di Amerika Serikat mengatakan mereka kini bekerja dari rumah. Lonjakan yang besar karena sebelumnya hanya 9 persen yang bekerja dari rumah.

Dari para responden diketahui apabila ekonomi dibuka 24 persen, di antara mereka ingin tetap bekerja dari rumah sebagian atau seluruhnya, 55 persen ingin bekerja kembali ke kantor, dan 20 persen mengaku belum memutuskan. Angka yang ingin kembali ke kantor yang berarti ingin pertemuan tatap muka masih besar.

KOMPAS/RIZA FATHONI

Pekerja kantoran yang masih harus bekerja melintas di Kawasan Niaga Terpadu Sudirman, Jakarta Selatan, Selasa (7/4/2020). Pemerintah dan Pemprov DKI mengharuskan warga yang masih beraktivitas di luar untuk menggunakan masker.

Melihat dari laporan media dan lembaga survei di atas, kita bisa menduga bahwa bekerja dari rumah mulai memunculkan masalah sekalipun teknologi digital mampu memfasilitasi sejumlah masalah. Beberapa orang kemudian lebih memilih bertemu dan berbincang. Akan tetapi, pilihan ini sangat sulit dilakukan karena penyebaran wabah korona belum bisa dikendalikan. Oleh karena itu, masalah di dalam bekerja dari rumah harus diselesaikan.

Dalam jangka pendek perusahaan dan karyawan mungkin perlu membuat kesepakatan tentang konferensi video sehingga masing-masing tidak dipusingkan dengan jadwal konferensi video. Atasan mungkin perlu memastikan beban kerja, tenggat, dan detail pekerjaan. Mereka juga memastikan waktu komunikasi tak beda dengan jam kerja sehingga di luar jam yang disepakati, karyawan bisa melakukan kegiatan pribadi.

Karyawan juga harus bisa mengelola waktu secara lebih pas. Mereka perlu menghargai waktu mereka sendiri untuk menikmati berbagai hal, seperti hobi dan kebiasaan, sehingga tidak hanya terpaku pada pekerjaan semata.

Karyawan juga harus tetap membuat target pencapaian dalam proyek dan bahkan dalam karier ketika mereka bekerja dari rumah sekalipun. Mereka masih tetap perlu membangun mimpi. Komunikasi dengan keluarga, kenalan, teman kuliah, dan juga orang-orang di kantor mungkin bisa membuat suasana batin lebih baik.

KOMPAS/HENDRA A SETYAWAN

Melakukan kesibukan, seperti bertanam hidroponik di rumah, bisa menjadi pilihan untuk memutus kebosanan saat harus kerja dari rumah karena pandemi Covid-19.

Para eksekutif perusahaan perlu melihat bahwa bekerja dari rumah bukan hanya soal konektivitas digital dan diselesaikan dengan menyediakan paket data. Mereka perlu mencari detail permasalahan para pekerja, terkhusus milenial dan generasi Z, hingga ditemukan solusi yang tepat untuk mereka.

Salah satunya, semisal mengurangi durasi dan jumlah konferensi video, menjadi salah satu langkah agar karyawan tidak bosan. Bukan hanya karena aplikasi seperti Zoom telah memudahkan sehingga setiap saat apa pun harus "di-zoom-kan" hingga memusingkan para karyawan.

Kompas, 14 Mei‎ 2020

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger