Cari Blog Ini

Bidvertiser

Jumat, 22 Mei 2020

Secangkir Teh Membuat Semuanya Lebih Baik (NINUK MARDIANA PAMBUDY)


Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa menetapkan setiap tanggal 21 Mei sebagai Hari Teh Internasional. Secangkir teh membuat segalanya terasa lebih baik.

Kali ini, Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO) menggunakan tema "Memanfaatkan semua manfaat teh untuk semua, dari kebun hingga ke cangkir". FAO pun menjadi promotor kegiatan ini.

Bukan tanpa alasan bila Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa atau PBB untuk pertama kali pada Kamis (21/5/2020) menetapkan Hari Teh Internasional yang akan dirayakan setiap tanggal 21 Mei. .

Ada empat alasan mengapa PBB menetapkan Hari Teh Internasional. Pertama, teh memberi kehidupan bagi jutaan keluarga, termasuk keluarga di negara-negara kurang berkembang, mulai dari bercocok tanam hingga pengolahannya. Kedua, nilai ekspor teh membantu membiayai impor pangan dan ekonomi negara-negara produsen teh.

KOMPAS/AGUS SUSANTO

Aktivitas pekerja di perkebunan teh Kabawetan di Kepahiang, Bengkulu, Rabu (24/7/2019).  

Ketiga, daerah pertanaman teh yang khas membantu mengonservasi lingkungan daerah hulu sebagai bagian adaptasi dan mitigasi terhadap perubahan iklim. Daerah lereng pegunungan yang terbuka lebih baik ditanami teh yang sistem perakarannya mengikat tanah dan kanopi daunnya menghambat aliran air hujan.

Manfaat lingkungan tersebut menjadikan teh sangat layak dikembangkan kembali di Indonesia, seperti terungkap dalam diskusi daring yang diadakan Dewan Teh Indonesia Kamis (21/5/2020) sore untuk merespons penetapan Hari Teh Internasional.

Keempat, untuk memastikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi petani teh dan industri pengolahan serta manfaat lingkungan, rantai nilai tambah teh harus berkelanjutan, mulai dari kebun hingga menjadi secangkir teh. Saat ini rantai nilai tambah belum memberi manfaat terbaik pagi petani teh; mereka tidak bisa hidup hanya dari bertanam teh saja.

Saat ini teh ditanam di 35 negara, menghidupi 13 juta orang, termasuk petani kecil dan rumah tangga. Nilai produksi teh dunia 16,6 miliar dollar AS. Produksi teh Indonesia pada tahun 2017 hanya lima persen dari produksi dunia.

Data FAO memperlihatkan kebutuhan teh dunia terus naik, kenaikan tertinggi adalah pada teh hijau. Hal ini tidak terlepas dari semakin tingginya kesadaran masyrakat akan hidup sehat dengan menggunakan bahan-bahan alamiah, seperti teh, untuk menjaga kesehatan. Indonesia harus dapat merespons perkembangan ini mengingat Indonesia pernah menjadi produsen dan eksportir teh terbesar dunia setelah China.

Memberi rasa segar

Sebagai minuman yang paling banyak dikonsumsi setelah air, asal-usul teh memang memiliki sejarah panjang sejak 5.000 tahun lalu.

Ada bonus lain bagi peminum teh selain manfaat sosial, ekonomi, dan lingkungan, yaitu manfaat bagi kesehatan. Teh yang berasal dari tanaman Camellia sinensis mengandung antioksidan golongan flavonoid.

Salah satu flavonoid teh yang menonjol adalah epigalokatekin-3-galat (EGCG). Flavonoid jenis ini membantu memerangi radikal bebas yang menyumbang pada terjadinya kanker, penyakit jantung, penyumbatan pembuluh darah, dan mempercepat penuaan sel-sel tubuh.

KOMPAS/WAWAN H PRABOWO

Tangan-tangan terampil para buruh pemetik teh dengan cekatan memilih pucuk teh terbaik yang tumbuh di kaki Gunung Semeru, di Perkebunan Kertowono, Desa Guci Alit, Kecamatan Guci Alit, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, Sabtu (27/7/2019).  

Berbagai jenis teh juga mengandung kafein, meskipun lebih rendah dibandingkan dengan kopi, dan teanin. Keduanya memberi efek stimulan pada otak sehingga membuat peminum teh lebih terjaga. Teanin bahkan memberi efek antistres (Raymond Cooper dan kawan-kawan, The Journal of Alternative and Complementary Medicine, Volume 11, Nomor 3, 2005, pp. 521–528).

Manfaat flavonoid telah diteliti secara ilmiah, antara lain, oleh Gonzalez dan kawan-kawan dalam Food Science Nutrition tahun 2011. Salah satu manfaat flavonoid yang merupakan bagian dari polifenol adalah antiperadangan.

Teh hijau mengandung serangkaian katekin yang unik dengan aktivitas biologi sebagai antioksidan yang berperan dalam mencegah penyakit jantung mencegah berkembangnya berbagai bentuk kanker.

Katekin yang mengalami oksidasi menjadi teaflavin dan terdapat pada teh hitam, dapat menurunkan kadar kolesterol darah. Pada intinya, teh hijau maupun teh hitam sama-sama mengandung manfaat antiradang, merawat kesehatan jantung, dan berefek menurunkan risiko kanker.

KOMPAS/AGUS SUSANTO

Uji cita rasa teh di pabrik teh Kabawetan milik PT Kabepe Cakra Bandung yang dikelola PT Sarana Mandiri Mukti di Kepahiang, Bengkulu, Rabu (24/7/2019). 

Mampukah bangkit?

Indonesia adalah salah satu negara penghasil teh dunia yang sejarahnya dimulai sejak era kolonial. Pencanangan pertama kali perkebunan teh Nusantara adalah tahun 1824 (Kompas, 26 Januari 2020).

Teh asal Indonesia saat itu menjadi yang kedua menembus pasar dunia setelah teh dari China. China dan India adalah negara asal tanaman teh dan saat ini menjadi dua negara pengekspor teh terbesar, sementara posisi Indonesia merosot terus ke posisi ketujuh pada tahun 2018.

Dalam diskusi oleh Dewan The Indonesia, Direktur Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian, menyebut luas pertanaman dan produktivitas teh Indonesia turun terus. Antara tahun 2008 dan 2018, luas areal tanaman teh turun dari 127.712 hektar menjadi 113.216 hektar atau turun 11,4 persen sementara produksinya turun dari 153.971 ton menjadi 141.341 ton atau turun 8,2 persen.

Hal ini disebabkan, antara lain, oleh alih fungsi kebun teh sebab bertanam teh kurang menguntungkan dibandingkan komoditas lain, terutama hortikultura. Produktivitas per satuan luas yang rendah menjadi salah satu sebab selain nilai tambah yang kalah dalam proses pengolahan dibandingkan teh dari negara produsen lain.

Ketua Dewan Teh Indonesia (DTI) Rachmat Gunadi mendesak agar ada langkah konkret dalam meluaskan perkebunan teh dan produktivitasnya agar menarik bagi pengusaha. Manfaat lingkungan dan potensi pariwisata perkebunan teh dapat menjadi penghela pengembangan teh Indonesia.

Saat ini, seperti disebut Kasdi, teh tidak menjadi tanaman perkebunan yang mendapat prioritas nasional. Namun, Direktorat Jenderal Perkebunan menjadikan teh sebagai prioritas sektoral.

Saat ini, teh tidak menjadi tanaman perkebunan yang mendapat prioritas nasional.

Perbanyakan benih teh terus dilakukan bersamaan dengan membangun logistik teh. Ini untuk menjamin pasokan bibit yang cukup dalam perluasan pertanaman teh.

Meski demikian, praktisi usaha teh dan pengurus DTI, Iriana Ekasari, menggugat pemerintah yang memiliki pusat penelitian teh untuk tidak sekadar menghasilkan bibit teh dengan produktivitas tinggi. Indonesia perlu juga menghasilkan teh-teh varietas baru yang menarik pasar. Kenya, misalnya, memiliki jenis teh yang hasil seduhannya berwarna ungu.

KOMPAS/LASTI KURNIA

Produksi teh pada setiap batch diuji di unit pengetesan cita rasa teh (tea testing) Pabrik Teh PTPN IV Unit Bah Butong, Pematang Sidamanik, Simalungun, Sumatera Utara, Sabtu (6/7/2019). Pengujian meliputi warna, rasa, hingga aroma.

Teh ungu yang saat ini hanya ditanam di Kenya, selain memiliki tampilan unik juga memiliki khasiat kesehatan unggul. Kadar antioksidan teh ungu sangat tinggi, melebihi teh hijau dan hitam. Di dunia internasional, teh ungu dijuluki sebagai "the next big thing". Teh ungu merupakan hasil persilangan dari varietas teh Camellia sinensis yang daunnya menghasilkan the putih, the hijau, dan teh ungu.

Indonesia memiliki jenis teh putih dengan kadar antioksidan terbaik di dunia. Teh putih ini dihasilkan oleh Pusat Penelitian Teh dan Kina di Gambung, Jawa Barat (Kompas, 2/12/2013).

Sayangnya teh Indonesia kurang dipromosikan di dalam negeri, apalagi di masyarakat internasional. Teh Indonesia meskipun memiliki kualitas cukup baik, hampir semua dijual dalam bentuk curah. Teh curah itu digunakan sebagai campuran teh dari negara produsen lain sehingga nama Indonesia tidak seterkenal teh hitam atau oolong dari China, India, dan Srilanka, atau teh hijau dari Jepang.

Ujung dari perjalanan teh curah adalah harga teh yang tidak bisa tinggi dan nilai tambah yang tidak optimum. Dampaknya adalah tidak menariknya budidaya teh bagi petani dan bank pun enggan memberikan kredit untuk perkebunan teh rakyat, kecuali bila digabungkan dengan usaha tani lain.

KOMPAS/RIZA FATHONI

Aktivitas pengepakan teh curah yang yang siap didistribusikan di pabrik teh Malabar milik PTPN VIII di Desa Banjarsari, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Sabtu (22/6/2019). 

Situasi tak menguntungkan yang terus berjalan berpuluh tahun itu tidak serta merta membuat teh berjaya di dalam negeri. Indonesia kebanjiran teh impor dari Vietnam dan juga Thailand yang harganya lebih murah. Selain itu, bea masuk impor teh juga rendah dibandingkan banyak negara peminum teh dunia (Kompas, 26/1/20200).

Produksi dengan produktivitas tanaman tinggi dan varietas yang lebih mengikuti kebutuhan konsumen, kualitas pengolahan, rantai pemasaran, hingga promosi harus menjadi satu kesatuan rantai nilai agar usahatani dan industri teh nasional berkelanjutan.

Jangan sampai Indonesia mengalami nasib seperti ayam yang mati di lumbung padi.

Jangan sampai Indonesia mengalami nasib seperti ayam yang mati di lumbung padi, berada di dasar rantai nilai ekonomi teh. Indonesia punya teh, tetapi yang mendapat nama adalah merek dari negara yang tak memiliki satu pun perkebunan teh, seperti Inggris dan Singapura.

KOMPAS/YUNIADHI AGUNG

Prosesi pembuatan minuman teh untuk raja di Keraton Yogyakarta. Sabtu (13/7/2019). Ritual Patehan yang dipertahankan hingga sekarang ini telah menjadi atraksi wisata bagi pengunjung keraton. 



Kompas, 22 Mei 2020

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger