Pandemi Covid-19 menimbulkan krisis ekonomi multidimensi. Memutar kembali roda ekonomi dapat dimulai dari UMKM dan perdesaan. Pemerintah bisa memulai dengan menciptakan permintaan meskipun anggaran terbatas dengan memprioritaskan bantuan untuk sektor ini.
Berbeda dari krisis ekonomi tahun 1998 di Asia dan 2008 di Eropa dan Amerika Serikat, pandemi Covid-19 memorakporandakan semua kehidupan tanpa memandang kelas sosial dan ekonomi di seluruh dunia. Memutus rantai penularan Covid-19 dengan cara semua orang tinggal di rumah membuat hampir semua kegiatan ekonomi berhenti, terutama di sektor riil.
Usaha pembatikan dan jumputan milik Partini (43) di Dusun Kasianbulu, Desa Dongko, Kecamatan Dongko, Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur, praktis berhenti. Ibu dua anak ini mengalihkan usaha dengan menjadikan kain batik dan jumputannya sebagai masker. Suaminya tidak dapat banyak membantu karena pekerjaan sebagai pengemudi truk pengantar material bangunan juga berhenti.
Di kecamatan yang sama, Susan Priatin (39) dari Desa Sumberbening, saat dihubungi Sabtu (13/6/2020) mengaku usaha mikro kelompoknya yang beranggotakan 30 orang, kesulitan memasarkan kopi kemasan buatan kelompok. Pemasaran baru sebatas dari mulut ke mulut.
Di Desa Kulidawa, Kecamatan Tongkuno Selatan, Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara, Regina Pasali (42) tidak dapat menjual jagung, sayuran, ubi jalar, dan singkongnya seperti biasa. Pasar tetap buka, tetapi pembeli sepi. Pembatasan sosial cukup ketat di sana karena di desa tetangga ada warga yang tertular Covid-19.
Saat ini Partini mengharapkan ada bantuan bahan pokok untuk pengusaha mikro dan kecil yang tidak dapat melakukan usaha. Dia tidak bertani karena tidak memiliki lahan. Bantuan untuk memulai usaha bisa diberikan nanti, menunggu konsumen kembali berbelanja.
Partini mengharapkan bantuan bahan pokok untuk pengusaha mikro dan kecil yang tidak dapat melakukan usaha.
Partini yang sebelum pandemi mendapat pesanan membuat seragam untuk guru dan dari kantor kecamatan berharap kantor pemerintah dan sekolah dapat mulai memesan seragam lagi dan terus memesan masker. Dengan cara ini dia berharap kelompoknya yang beranggotakan enam orang dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari. Juga dapat kembali mempekerjakan empat karyawannya.
Partini yang menjadi nasabah kredit usaha rakyat BRI dengan pinjaman Rp 6 juta tahun lalu sudah mendapat penjadwalan pinjaman yang difasilitasi pemerintah untuk pelaku UMKM yang terkena dampak pandemi Covid-19.
Sementara Regina yang meminjam Rp 15 juta pada 2018 untuk beternak ayam tetap mencicil pinjaman pokok ditambah bunga. Dia tidak memanfaatkan keringanan pembayaran pokok dan bunga pinjaman dengan alasan enggan mengurus ke kantor BRI karena jauhnya jarak tempuh.
Sementara Susan dan kelompoknya belum berani meminjam ke bank karena merasa usaha kelompok mereka masih terlalu kecil. Modal pun hanya dari iuran Rp 2.000 per minggu per orang.
Meski demikian, satu hal yang menyatukan mereka. Mereka ingin usaha mereka segera bangkit kembali. Mereka pantang menyerah walaupun situasi saat ini tidak mudah.
Bias kota
Meskipun penularan baru Covid-19 masih tinggi, pelonggaran pembatasan sosial berskala besar terus dipersiapkan. Salah satu alasan adalah kegiatan ekonomi rakyat perlu segera berputar kembali.
Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto dalam diskusi bersama media menyebut, pemerintah memberi prioritas pemulihan ekonomi nasional pada usaha bersifat padat karya serta sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
Pertanian menjadi penyelamat saat ini karena sedang panen padi. Perikanan juga masih menghasilkan kegiatan ekonomi. Untuk menggerakkan segera perekonomian, pemerintah akan menciptakan permintaan melalui pemberian bantuan sosial yang lebih baik.
Konsumsi masyarakat menjadi sumber pertumbuhan ekonomi. Namun, akibat pandemi Covid-19 yang kasus pertamanya ditemukan 2 Maret 2020 pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada kuartal I-2020 hanya menyumbang 1,56 persen pada ekonomi nasional. Pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada kuartal I-2020 hanya 2,84 persen sementara pada kuartal I-2019 tumbuh 5,02 persen.
Pertumbuhan ekonomi nasional pada kuartal II-2020 diprediksi akan lebih rendah dari kuartal I-2020 yang masih tumbuh 2,97 persen dibandingkan dengan kuartal I-2019.
Pertumbuhan ekonomi kuartal III-2020 yang dihitung sejak Juli seharusnya dapat digunakan untuk kembali menggerakkan ekonomi melalui kebijakan dan strategi yang tepat.
Meski demikian, kegiatan ekonomi dalam rencana pelonggaran pembatasan sosial yang selama ini banyak dibahas masih sangat bias kota. Yang menjadi banyak bahasan adalah mulai membuka pusat belanja dan mal, disusul restoran, kafe, bar, dan tempat olahraga.
Industri padat karya yang segera diizinkan beroperasi dengan protokol kesehatan, antara lain, tekstil dan alas kaki. Alasannya mengontrol protokol kesehatan karyawan pabrik lebih mudah daripada kegiatan ekonomi lain.
Meskipun sektor jasa eceran, pariwisata, dan rekreasi di kota menyerap banyak tenaga kerja, aktivitas sektor ini tergantung pada tingkat kepercayaan konsumen terhadap penanganan Covid-19. Jika tingkat penularan baru masih tinggi dan protokol kesehatan tidak dijalankan ketat, konsumen sulit dibujuk kembali berbelanja.
Meskipun pusat perbelanjaan sudah kembali dibuka, pengunjung ternyata tidak meluber seperti diperkirakan sebelumnya. Jika ditanya, banyak yang masih khawatir pada penularan Covid-19. Selain itu, kepercayaan konsumen juga belum pulih mengingat perekonomian belum kembali bergerak.
Selain itu, dengan dana pemulihan ekonomi nasional (PEN) yang terbatas, sektor industri padat karya yang diprioritaskan harus juga dikaitkan dengan permintaan pasar. Pasar ekspor perlu waktu untuk pulih sementara pasar dalam negeri lebih mudah digerakkan karena Indonesia sedang dalam periode bonus demografi. Penduduk usia muda dan produktif jumlahnya besar. Insentif ekonomi yang tepat akan dengan cepat menjadi bola salju mengakselarasi ekonomi.
Insentif ekonomi yang tepat akan dengan cepat menjadi bola salju mengakselarasi ekonomi.
Dalam pandangan pendiri dan Direktur Pemberdayaan Perempuan Kepala Keluarga (Pekka) Nani Zulminarni, bantuan pemerintah belum mengakomodasi usaha di perdesaan, terutama pertanian dan perikanan. Padahal, separuh penduduk masih tinggal di perdesaan.
Dalam pengalamannya memimpin Pekka selama lebih dari 20 tahun, dan kini Pekka beranggotakan 68.850 perempuan kepala keluarga yang tergabung dalam 3.000 kelompok simpan-pinjam di 1.385 desa dan kelurahan pada 87 kabupaten di 20 provinsi, Nani menginginkan bantuan pemerintah jangan sekadar sebagai bansos. Bantuan harus dapat menjadi sistem yang menggerakkan ekonomi. Program bantuan yang tersebar di berbagai kementerian seharusnya dapat diintegrasikan agar dana yang terbatas dapat lebih berdaya guna.
Menggerakkan UMKM
Sulitnya keadaan ekonomi rakyat dapat dilihat dari data PT Pegadaian (Persero). Direktur utamanya, Kuswiyoto, menyebut tidak sedikit orang menduga bisnis Pegadaian meningkat pesat karena pandemi Covid-19.
Meskipun bisnis Pegadaian yang memiliki hampir 15 juta nasabah tetap tumbuh hingga Mei 2020, tetapi tidak selaju tahun 2019 tepatnya pada periode yang sama.
Dalam pertemuan dengan media secara daring pekan lalu, Kuswiyoto mengatakan, ekonomi rakyat saat ini benar-benar berat. Indikatornya sederhana, yaitu turunnya jumlah nasabah Pegadaian yang menggadaikan barang. Karena itu, Pegadaian kini meluaskan pasar dengan menyasar konsumen kelas menengah-atas yang memiliki aset dan membutuhkan likuiditas.
Karena dana untuk pemulihan ekonomi nasional terbatas, pemerintah harus dapat memilih dengan tepat sektor yang akan diprioritaskan mendapat dana pemulihan ekonomi.
Sektor yang belum banyak disentuh adalah UMKM dan perdesaan. Laman Kementerian Koperasi dan UMKM mencatat pada tahun 2018 ada 64,2 juta unit usaha UMKM. UMKM pun menyerap 97 persen tenaga kerja nasional dan menyumbang terhadap 61 persen pada ekonomi nasional atas dasar harga berlaku. Sebagian besar tergolong sektor informal.
Dengan data tersebut, selaiknya upaya menggerakkan roda ekonomi ditujukan pada UMKM perdesaan dan perkotaan di sektor yang menimbulkan efek berganda. Bidang kegiatan yang masih tumbuh karena dibutuhkan masyarakat adalah yang berhubungan dengan kesehatan, seperti fitofarmaka dan herbal; pangan, yaitu pertanian dan perikanan, dimulai dari produksi, pengolahan, logistik, dan dukungan keuangan; serta transportasi dan energi untuk rumah tangga di kota dan desa.
Bantuan untuk UMKM dapat melalui kredit ultramikro, mikro, kecil, dan menengah yang disalurkan melalui perbankan, lembaga keuangan nonbank, atau bantuan langsung pemerintah.
Pemerintah sudah memiliki instrumen penyaluran kredit ultramikro, seperti UMi dan mikro seperti Mekaar. Dari industri perbankan, UMKM juga menjadi lahan yang menarik untuk dikembangkan sejak bertahun-tahun lalu.
Bank seperti BRI yang memiliki jaringan petugas lapangan di seluruh Indonesia dan aplikasi digital, seperti disebut direktur utamanya, Sunarso, tetap fokus dan akan memperluas usaha pada sektor UMKM. Bukan semata menjalankan peran meningkatkan perekonomian nasional, BRI memilih segmen UMKM juga karena potensi kredit macet rendah serta memberi keuntungan yang baik.
BRI menjadi bank yang membukukan laba terbesar di kuartal I-2020 untuk bank pemerintah, sebesar Rp 8,16 triliun.
Tidak berlebihan jika International Financial Corporation World Bank Group dan USAID mengangkat potensi sektor UMKM Indonesia, terutama yang dijalankan perempuan. Dalam laporan khusus pada 2016, menurut IFC, sektor UMKM menurut IFC memiliki pertumbuhan tertinggi, tetapi masih kurang disentuh.
Menangani nasabah mikro dan kecil memerlukan pendekatan dan pendampingan dalam pengelolaan uang, penyadaran bahwa uang yang diberikan sebagai pinjaman harus dikembalikan, pengajaran untuk pemasaran, dan pembentukan jiwa wirausaha. Tantangannya adalah juga menaikkan kelas usaha mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar