Today I don't feel like doing anything/ I just wanna lay in my bed / Don't feel like picking up my phone/ So leave a message at the tone/ 'Cause today I swear I'm not doing anything (The Lazy Song, Bruno Mars)
Siapa saja yang masih bisa bekerja penuh di rumah ataupun di kantor patut bersyukur. Wabah global yang dipicu virus korona jenis baru telah memorakporandakan banyak kehidupan si sakit ataupun yang tak terjangkit. Meskipun demikian, setiap orang tetap perlu jeda di antara rutinitas harian dan menikmati hidup.
The Framingham Heart Study atau FHS pada 1992 memublikasikan hasil penelitiannya tentang keterkaitan penyakit jantung dan kebutuhan untuk berlibur. Lembaga yang berkomitmen mengidentifikasi faktor atau karakteristik umum yang berkontribusi terhadap penyakit kardiovaskular ini menyatakan, peluang sakit jantung orang-orang yang rutin berlibur lebih kecil daripada yang kurang berlibur.
Jurnalis CNNTravel, Starre Vartan, dalam artikelnya "Why vacations matter for your health" yang diunggah pada 30 Januari 2018 mengungkapkan hasil penelitian FHS tersebut masih diakui hingga bertahun-tahun setelah publikasi pertamanya. Dari studi dengan obyek penelitiannya para pekerja, FHS menemukan bahwa laki-laki pekerja yang tidak berlibur rutin 30 persen lebih mungkin mengalami serangan jantung. Pada perempuan pekerja, peluang itu naik hingga 50 persen.
Sebelumnya, pada 7 Juni 2008, Alina Tugend mengulas tentang studi FHS yang sama yang tertuang di tulisan"Vacations Are Good for You, Medically Speaking" di The New York Times. Alina menjelaskan dengan menggunakan informasi dari studi FHS yang dimulai tahun 1948, para peneliti melihat kuesioner yang diisi para perempuan dalam penelitian ini selama lebih dari 20 tahun tentang seberapa sering mereka berlibur.
Menurut Elaine Eaker yang dikutip Alina, perempuan-perempuan yang berlibur sekali setiap enam tahun atau kurang hampir delapan kali lebih mungkin mengidap penyakit jantung koroner atau mengalami serangan jantung daripada mereka yang setidaknya berlibur dua kali dalam satu tahun. Elaine Eaker adalah co-authorstudi FHS yang pada saat wawancara berlangsung juga tengah menjabat sebagai Presiden Eaker Epidemiology Enterprises, perusahaan riset epidemiologi swasta.
Hasil studi FHS resmi diterbitkan dan dipublikasikan pada 1992. Masih menurut Elaine, faktor lain, seperti obesitas, diabetes, merokok, dan tingkat pendapatan, turut mengendalikan hasil studi FHS. "Ini menunjukkan bagaimana tubuh bereaksi terhadap tekanan akibat gaya hidup," tulis Alina mengutip Elaine.
Pada penelitian lanjutan, hasil serupa juga didapat. Berlibur tidak hanya berpengaruh pada kesehatan fisik, tetapi juga mental. Menghabiskan waktu bersama keluarga, misalnya, akan memperkuat ikatan orangtua dan anak serta mengingat ulang bahwa prioritas hidup tak sekedar seputar karier.
Brigid Schulte, jurnalis dan penulis buku Overwhelmed: Work, Love & Play When No One has the Time (2014) mengatakan bahwa semua penelitian terkait libur dan kesehatan selalu mendapat hasil serupa dengan FHS. Brigid, seperti ditulis Starre, mengatakan, mereka yang tidak mengambil cuti sebagai orang yang akan lebih sakit, kurang produktif, tertekan, dan lebih cemas. "Yang akan berpengaruh pada pekerjaan Anda juga akhirnya," kata Brigid.
Untuk itu, Brigid mengatakan, diperlukan manajer, CEO, dan pemimpin untuk menciptakan sistem kerja yang tak cuma memprioritaskan target kinerja, tetapi juga memprioritaskan budaya liburan di perusahaan. Mendorong pekerja mengambil cuti atau memasukkan perencanaan liburan sebagai bagian dari tinjauan kinerja adalah dua cara untuk memastikan hak cuti digunakan. Ini sekaligus memastikan karyawan dan perusahaan bakal sama-sama diuntungkan.
Mendorong pekerja mengambil cuti atau memasukkan perencanaan liburan sebagai bagian dari tinjauan kinerja adalah dua cara untuk memastikan hak cuti digunakan. Ini sekaligus memastikan karyawan dan perusahaan bakal sama-sama diuntungkan.
Strategi saat WFH
Saat ini, ketika situasi belum juga stabil, bekerja di rumah (working from home atau WFH) masih menjadi tren. Perusahaan raksasa dunia, seperti Twitter, membebaskan karyawannya bekerja dari rumah selamanya. Sementara Google dan Facebook memastikan para pekerjanya tetap aktif di tempat tinggal masing-masing hingga akhir tahun. Semua fasilitas, seperti klaim biaya perawatan kesehatan, tetap bisa mereka nikmati.
Renée Graham, kolumnis di Boston Globe, pada 24 April 2020, menjelaskan, kebijakan bekerja di rumah terkadang bisa menjadi jebakan. Bekerja di rumah bukan berarti lepas dari tuntutan target kerja.
Di sisi lain, karena merasa di rumah, jam kerja justru terkadang molor lebih lama karena tidak ada batasan jelas antara bekerja dan beraktivitas lain. Di bawah tekanan dan jam kerja panjang, banyak orang sebenarnya memerlukan jeda lebih dari biasanya atau saat tidak WFH sebelum pandemi melanda.
Untuk itu, kontributor senior terkait karier di Forbes, Kourtney Whitehead, di kolomnya pada 17 Mei lalu mengingatkan agar semua pekerja yang sedang WFH tetap memastikan ada hari libur dan mengambil hak cutinya. Soal liburan akan diisi dengan kegiatan apa, itu kebijakan setiap individu pekerja melihat situasi terkait Covid-19 di lingkungannya.
"Ada tiga hal yang perlu diingat saat WFH. Pertama, membuat jadwal tegas kapan bekerja dan beraktivitas lain di rumah. Kedua, sebisa mungkin ada tempat tersendiri di rumah untuk bekerja. Ketiga, jangan lupa tetap ambil libur dan cuti," kata Kourtney.
Pekerja dengan waktu kerja fleksibel didorong tetap tegas mengatur waktu atau hari apa harus konsentrasingantor di rumah dan kapan bisa total menikmati saat sendiri atau bersama keluarga.
Pilihan di tanganmu
Pertanyaan selanjutnya, kalaupun libur, memang bisa ke mana di tengah ancaman wabah ini?
Bagi sebagian orang, masa pelonggaran pembatasan sosial berskala besar atau PSBB transisi dimaknai sudah bisa bebas bepergian sesuai keinginan. Dan sekarang, rasanya memang sudah tidak ada kendala untuk melakukan perjalanan, terutama perjalanan darat. Pos-pos pemeriksaan di tol di kawasan Bekasi, misalnya, sudah lenyap. Sekali tancap gas, mobil bisa melesat ke Bandung, Semarang, Yogyakarta, sampai Surabaya, bahkan ke Pulau Bali.
Kerumunan orang sudah biasa ditemukan di Puncak, Bogor, pada pergelaran hari bebas kendaraan bermotor di Jakarta, dan banyak lagi. Pro dan kontra atas kondisi tersebut membuat pemerintah daerah di Jabodetabek, seperti diungkapkan oleh Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, Gubernur Banten Wahidin Halim, dan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, telah meminta wali kota dan bupati di wilayahnya agar meningkatkan kedisiplinan warga saat berada di luar rumah.
Kedisiplinan menjadi penentu wabah bisa ditangkal atau tidak. Intinya, saat pelonggaran ini, warga diminta bertanggung jawab atas dirinya dan orang di sekitarnya agar ekonomi berputar dan semua selamat.
Intinya, saat pelonggaran ini, warga diminta bertanggung jawab atas dirinya dan orang di sekitarnya agar ekonomi berputar dan semua selamat.
Namun, bagi sebagian orang lainnya, informasi naiknya jumlah kasus positif Covid-19, perpanjangan PSBB transisi di Jakarta dan beberapa kota lain di Indonesia, hingga anjuran kembali menerapkan lockdown bagi sebagian kota di belahan Bumi yang lain membuat belum ada rasa aman saat berada di luar rumah. Acara ke luar rumah pun benar-benar diukur agar tetap bisa melindungi diri sendiri dan orang lain.
Bagi kelompok kedua ini, yang banyak dilakukan guna membunuh bosan, antara lain, adalah berkeliling kota dan sekitarnya saja pakai mobil atau sepeda motor, membeli makanan viadrive thru atau pesan daring, terkadang menepi menghirup udara segar di kawasan-kawasan yang sepi tanpa kerumunan. Masker selalu siap tersedia kapan pun harus dipakai. Cairan pembersih tangan juga disinfektan menjadi karib yang siap disemprotkan ke tangan, pakaian, dan benda-benda lain yang biasa tersentuh tangan.
Selain itu, sekali-kali ikuti saja rekomendasi Bruno Mars untuk berleha-leha di rumah. Boleh dibilang, ini makna sejati dari libur.
Sekali-kali ikuti saja rekomendasi Bruno Mars untuk berleha-leha di rumah. Boleh dibilang, ini makna sejati dari libur.
Bermalas-malasan di sofa sambil menonton film favorit atau membaca novel kesayangan yang telah lama ada di rak buku. Diiringi musik kesukaan, bisa memasak sampai menata ulang sudut-sudut rumah sesuai selera. Atau, puaskan hasrat tidur berlama-lama, dilanjutkan dengan bermain apa saja sesukanya bersama anak-anak.
Yang penting ketika libur, simpan dulu semua hal yang berasosiasi dengan pekerjaan. Seorang teman bahkan mengatakan liburan itu adalah mematikan semua koneksi ke telepon pintarnya beberapa saat. Kalau bisa, malah beberapa hari. Barang sejenak, rayakan hidup dengan membebaskan diri dari beban yang mengganggu.
'Cause today I swear I'm not doing anything/ Nothing at all/ Ooh hoo ooh hoo/ Hoo ooh ooh/ Nothing at all...
Kompas, 4 Juli 2020
Tidak ada komentar:
Posting Komentar