Uni Emirat Arab dengan penduduk sekitar 9,8 juta jiwa saat ini menjelma menjadi negara yang sangat populer sekaligus memiliki peran besar dalam blantika kehidupan sosial-budaya, ekonomi, dan politik di Timur Tengah, bahkan internasional.
UEA memiliki produk domestik bruto atau GDP 432,612 miliar dollar AS dengan menduduki urutan ke-28 terbesar di dunia dan pendapatan per kapita 41.476 dollar AS, menempati urutan ke-19 tertinggi di dunia.
UEA pun dengan GDP dan pendapatan per kapita sebesar itu berada di jajaran negara kaya papan atas di muka bumi ini, setara negara-negara Eropa Barat, Kanada, Amerika Serikat, serta negara Asia kaya, seperti Jepang, Korea Selatan, dan Singapura.
Pencapaian luar biasa UEA tersebut berkat ambisi yang bertolak dari visi besar sehingga menempatkan UEA kini menjadi negara termaju dan termakmur di Timur Tengah.
Tentu hal tersebut bagi UEA tidak semudah membalik tangan, tetapi melalui gerakan terobosan, inovatif, dan visioner. UEA bahkan nekat pula menerobos pakem atau garis merah tradisi politik, budaya, dan ekonomi bangsa Arab dalam upaya mewujudkan visinya.
Dalam konteks aksi inovatif dan visioner itu, adalah UEA sebagai negara Arab kaya minyak dan gas yang pertama memutuskan melakukan diversifikasi ekonomi. Lahirnya kota Dubai yang sangat modern dengan ekonomi berbasis pariwisata, industri finansial, properti, investasi, dan hiburan menjadi landmarkkeberhasilan UEA melakukan diversifikasi ekonomi.
Dubai berhasil menjadi kota keempat yang dikunjungi wisatawan terbanyak di dunia. Pada tahun 2019, sebanyak 16,73 juta wisatawan mengunjungi Dubai. Devisa dari sektor wisata menyumbang 11,5 persen dari GDP kota Dubai.
UEA juga memiliki dua maskapai penerbangan terbesar di dunia, yaitu Emirat Airlines dan Etihad Airways. Bandara Internasional Dubai merupakan salah satu terbaik dan terbesar di dunia. Pelabuhan Jabal Ali di Dubai juga salah satu pelabuhan terbesar di dunia.
Dalam konteks keberanian menerobos garis merah tradisi politik, budaya, dan ekonomi dunia Arab, UEA tak ragu terus memperkuat kemitraan dengan Israel sebagai salah satu negara termaju di sektor ekonomi serta sains dan teknologi. UEA tampak memandang, hanya bermitra dengan Israel, visi besar ekonomi dan teknologi UEA bisa terwujud.
Selama ini banyak analis lebih memberi porsi besar tentang hubungan erat UEA-Israel saat ini dikaitkan dengan pertarungan geopolitik di Timur Tengah. Pandangan para analis tersebut adalah benar karena memang faktor pertarungan geopolitik mendekatkan UEA-Israel itu, hingga kebetulan dua negara memiliki banyak titik temu visi.
UEA-Israel kini sama-sama memiliki hubungan buruk dengan poros Turki-Qatar dan poros Iran. UEA-Israel memandang Iran sebagai musuh besar.
Israel kini melihat Iran sebagai ancaman politik dan militer terbesar di Timur Tengah. Kemajuan teknologi militer Iran, seperti teknologi rudal balistik dan pesawat tanpa awak(drone), cukup menggetarkan dan membuat gusar Israel.
Iran juga satu-satunya negara di Timur Tengah yang masih lantang mendengungkan jargon "akan membumihanguskan negara Israel". Adapun UEA sudah punya hubungan buruk dengan Iran sejak era Shah Iran Reza Pahlavi karena Iran mencaplok tiga pulau yang diklaim milik UEA, yaitu pulau Tunb besar, Tunb kecil, dan Abu Musa di Teluk Persia.
Hubungan UEA-Iran semakin buruk menyusul UEA masuk dalam kubu Arab Saudi dalam pertarungan merebut pengaruh di Timur Tengah saat ini. Sementara itu, UEA-Israel kini juga punya hubungan buruk dengan poros Turki-Qatar.
Hubungan Israel-Turki sedang buruk saat ini lantaran isu gas di Laut Tengah bagian timur. Israel bergabung dalam forum gas Laut Tengah bagian timur bersama Mesir, Yunani, Siprus, Palestina, dan Jordania. Turki memandang forum tersebut untuk mengucilkan dirinya dan upaya menghapus hak Turki atas kekayaan gas di Laut Tengah bagian timur. Padahal, Turki mengklaim memiliki hak juga atas kekayaan gas di Laut Tengah bagian timur karena Turki mengontrol Siprus Utara sejak tahun 1974. Sebagian sumur gas di Laut Tengah bagian timur berada di teritorial Siprus Utara.
Diperkirakan Laut Tengah bagian timur menyimpan 120 triliun meter kubik gas yang kini menjadi rebutan negara-negara yang bertepi ke Laut Tengah. Hubungan UEA-Turki juga buruk. Turki dan UEA berbeda pendapat soal isu demokrasi dan gerakan Islam politik, khususnya Ikhwanul Muslimin (IM).
Turki bersama Qatar mendukung musim semi Arab tahun 2011 yang mengusung demokrasi dan membuka peluang gerakan Islam politik masuk ke kekuasaan. Sebaliknya UEA menolak musim semi Arab dan juga menolak gerakan Islam politik masuk ke kekuasaan karena akan mengancam kekuasaan monarki di kawasan Arab Teluk. Maka, UEA menggandeng Israel untuk melawan Turki dan Iran sekaligus.
Akan tetapi, selain kebutuhan menghadapi pertarungan geopolitik, UEA sesungguhnya juga sangat butuh Israel untuk pengembangan teknologi. Visi besar UEA ke depan adalah mengembangkan ekonomi berbasis teknologi. UEA beranggapan, kota kebanggaan Dubai dalam 10 tahun mendatang akan menjadi kota yang ketinggalan jika tidak segera memulai membangun ekonomi berbasis teknologi.
Sisi ini yang sering luput atau kurang mendapat perhatian dari para analis. Padahal, UEA sudah menetapkan Israel sebagai salah satu mitra utama, selain Eropa Barat, AS, Jepang, China, dan Korea Selatan, dalam pengembangan ekonomi berbasis teknologi.
Beberapa perusahaan teknologi Israel dijadwalkan akan berpartisipasi padaexpo Dubai bulan Oktober 2020. Namun, expo Dubai 2020 itu ditunda ke tahun 2021 karena wabah Covid-19 saat ini.
UEA juga disinyalir sedang menjajaki kerja sama dengan Israel untuk mengembangkan pesawat tanpa awak(drone). Berita yang dilansir harianThe Jerusalem Post hari Kamis (25/6/2020) tentang adanya kerja sama Israel-UEA melawan Covid-19 juga bagian dari kerja sama teknologi Israel-UEA di bidang medis.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengungkapkan, kerja sama Israel-UEA itu dalam bentuk riset, pengembangan, dan teknologi yang akan meningkatkan kapasitas pelayanan kesehatan di kawasan Timur Tengah.
Adapun pihak UEA, seperti dilansir kantor berita UEA, WAM, mengungkapkan, dua perusahaan swasta UEA akan bekerja sama dengan dua perusahaan Israel di sektor medis dan kesehatan, khususnya dalam upaya melawan Covid-19.
WAM menegaskan, kemitraan Israel-UEA di sektor medis telah melampaui tantangan dan hambatan sejarah politik di kawasan, di mana kini lebih memprioritaskan urusan kemanusiaan dengan tujuan melawan Covid-19 dan kerja sama demi kesehatan rakyat di kawasan ini. Penegasan WAM itu memberi isyarat bahwa UEA tetap akan membina hubungan dengan Israel demi teknologi dan vaksin Covid-19 meskipun dinilai kontroversial.
UEA seperti tidak peduli dengan ramainya berita rencana aneksasi Israel atas wilayah di Tepi Barat yang ditentang keras masyarakat internasional. Harga dari hubungan hangat UEA-Israel itu, kini hubungan UEA-Palestina memburuk. Palestina bulan Mei lalu menolak bantuan medis untuk mencegah penularan Covid-19 dari UEA.
Bantuan medis tersebut yang dibawa pesawat milik Abu Dhabi, Etihad Airways, telah tiba di Bandara Ben Gurion, Tel Aviv, tetapi Palestina menolak menerimanya.
Harian Israel, Yedioth Ahronoth, hari Kamis (25/6/2020) juga mengungkapkan, pesawat UEA dengan membawa 100.000 alat tes Covid-19 mendarat di Bandara Internasional Ben Gurion pada 26 Maret lalu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar