Kecenderungan takut ketinggalan, fear of missing out atau FOMO, tidak hanya terkait dengan liburan ke tempat yang sedang hipe, makan di restoran terbaru, atau nonton film yang sedang in di Netflix. FOMO juga terjadi di pasar saham.
Sama seperti tempat liburan atau restoran yang hangat menjadi percakapan setelah diunggah di media sosial, saat ini semakin banyak orang yang membicarakan saham-saham tertentu sehingga kemudian membuat orang lain penasaran.
Ada tokoh terkenal yang mengatakan memperoleh keuntungan besar dari pembelian saham PT ABCD Tbk. Ada juga yang mengatakan harga saham PT ABDC Tbk akan melonjak karena kejadian ini dan itu.
Baca juga: Strategi Melindungi Modal di Bursa Saham
Bagi investor yang baru mengenal bursa saham, pernyataan-pernyataan seperti itu sangat menarik perhatian. Tidak sedikit yang kemudian membeli saham-saham yang sedang ramai diperbincangkan itu, tanpa mengecek lebih jauh lagi.
Padahal, bisa jadi saham-saham itu secara teknis sedang berada dalam tren penurunan atau sudah terlalu banyak yang dijual (oversold). Akibatnya, kita terjebak membeli saham-saham yang ramai dibicarakan itu di harga puncak dan biasanya setelah itu harga saham tersebut akan anjlok berhari-hari.
Di kalangan investor bursa saham, menyebut-nyebut saham tertentu akan naik biasa disebut "pompom". Sebenarnya, ada beberapa kemungkinan mengapa sebuah saham di-"pompom".
Bisa jadi, memang ada aksi korporasi bagus yang dilakukan sehingga dapat mendorong kenaikan harga. Bisa juga orang yang melakukan pompom itu akan menjual saham yang dimilikinya sehingga ia memerlukan partisipasi publik lebih banyak lagi untuk membuat harga sahamnya naik.
Meski demikian, tidak semua "endorser" saham harus dijauhi atau dibenci. Investor masih dapat mengambil keuntungan dari saham-saham yang di-pompom. Jika memang ingin membeli, pastikan telah memeriksa aspek teknikal grafik dan candle saham tersebut terlebih dahulu.
Baca juga: Cepat Kaya dari Saham?
Jika secara teknikal memang terlihat ada peluang akan naik harganya, saham itu dapat dibeli lalu cepat dijual kembali. Belilah pada saat pertama kali saham itu disebut-sebut. Mengapa?
Karena jika telah berhari-hari, sudah banyak orang membeli yang mendorong kenaikan harga, tetapi setelah itu harga akan cenderung turun. Saham-saham seperti ini harus dipantau ketat setelah dibeli dan diambil keuntungan secukupnya saja sesegera mungkin.
Mengapa terjadi FOMO?
FOMO terjadi karena investor terlalu banyak menerima informasi. Arus informasi yang deras sekali saat ini menyebar melalui berbagai platform. Informasi yang terlalu banyak justru akan menimbulkan kebingungan. Padahal, tidak semua informasi itu benar.
Mengikuti terlalu banyak grup saham atau Instagram investor akan membuat aliran informasi tidak terbendung. Dengan demikian, sebaiknya cukup mengikuti satu atau dua komunitas saham saja yang dapat dipercaya.
FOMO dapat dicegah dengan disiplin mengikuti rencana perdagangan (trading plan).
FOMO dapat dicegah dengan disiplin mengikuti rencana perdagangan (trading plan). Dalam tahapan membuat rencana perdagangan, investor dapat terlebih dahulu membuat stock universe, yaitu saham pilihan yang akan dipantau.
Stock universe tersebut berisi, misalnya, hanya saham-saham syariah, saham-saham incaran kecuali saham milik konglomerasi tertentu, dan sebagainya. Jika saham yang disebut-sebut di media sosial berada di luar stock universe kita, ada baiknya tidak perlu diperhatikan. Salah satu patokan umum untuk membuat stock universe adalah memilih saham-saham yang kita kenal.
Baca juga: Kesalahan Investor Pemula
Tidak semua saham yang naik harganya harus dibeli. Jika memang tidak masuk dalam stock universe, apalagi tidak mengenalnya, ada baiknya abaikan saja. Percaya diri dengan sistem perdagangan sendiri akan membuat kita terhindar dari FOMO.
Namun, ketika telanjur FOMO dan investasinyangkut pada saham tertentu, apa yang harus dilakukan? Jika nilai investasi tidak banyak, kita dapat melakukan jual rugi alias cut loss. Tetapi, jika investasi yang nyangkut sudah telanjur banyak dan memakan porsi terbesar alokasi investasi saham kita, tunggulah dengan sabar hingga terjadi kenaikan harga secara teknis.
Menurut teori, setelah harga saham jatuh, saham akan memantul mencapai setengah angka penurunannya. Namun, kapan hal ini akan terjadi, sangat bergantung pada banyak faktor. Sembari menunggu saham memantul, ada baiknya mengevaluasi diri dan memperbaiki lagi sistem trading, juga psikologi trading kita agar tidak terjebak lagi pada FOMO.
Kompas, 8 Februari 2021
Tidak ada komentar:
Posting Komentar