Pada masa depan, teknologi antarmuka otak-komputer mungkin akan meningkatkan kinerja ahli bedah atau tenaga profesional medis lainnya.
Tahun 1985 seorang feminis bernama Donna Haraway menulis bahwa batas antara manusia dan benda mati tidak ada lagi. Manusia bisa ”berkomunikasi” dengan mesin. Kelemahan fisik manusia bisa ditangani oleh komputer dan mesin. Otak manusia bisa berinteraksi dengan mesin. Saat itu semua masih menjadi ide dan impian. Akan tetapi, belakangan semua ini makin terang. Dalam waktu dekat sangat mungkin bisa menjadi kenyataan. Otak kita bisa dibantu oleh komputer yang ditanam di otak.
Elon Musk kembali membikin kehebohan. Pekan lalu ia mengumumkan bahwa perusahaannya yang bernama Neuralink telah mendapat persetujuan dari Food and Drug Administration (FDA) untuk melanjutkan penelitian klinik tentang penanaman cip (chip) di dalam otak manusia. Neuralink sedang membangun implan otak yang disebut Link, yang bertujuan untuk membantu pasien dengan teknologi eksternal kontrol kelumpuhan parah hanya menggunakan sinyal saraf. Dengan teknologi ini berarti pasien dengan penyakit degeneratif parah seperti gangguan saraf yang melumpuhkan (amyotrophic lateral sclerosis/ALS) pada akhirnya dapat memperoleh kembali kemampuan mereka untuk berkomunikasi dengan orang yang dicintai dengan menggerakkan kursor dan mengetik dengan pikiran mereka.
Pengumuman ini tak lama setelah China mengumumkan bahwa koneksi antara saraf monyet dan komputer (interface) sudah berhasil dilakukan oleh peneliti negeri itu. Sinyal yang ada di dalam saraf monyet bisa terbaca dan diterjemahkan oleh komputer melalui semacam jembatan yang menghubungkan otak dengan komputer. Aroma persaingan pun muncul. Amerika Serikat mungkin saja tak mau kalah dengan kemajuan yang dilakukan China. Keadaan sekarang sangat mirip ketika terjadi persaingan pengiriman orang ke bulan antara Uni Soviet dan Amerika Serikat saat perang dingin. Masing-masing ingin mengeklaim membuat temuan.
Harian China Daily melaporkan, China telah berhasil melakukan percobaan komunikasi antarmuka (interface) otak-komputer pertama di dunia pada primata nonmanusia di Beijing pada awal Mei lalu. Eksperimen tersebut berhasil mengimplementasikan antarmuka otak-komputer pada monyet, yang memungkinkan mereka mengendalikan lengan robot dengan pikiran mereka. Laporan itu mengatakan keberhasilan percobaan telah memosisikan China sebagai pelopor dalam teknologi.
”Teknologi antarmuka otak-komputer dapat mengubah sinyal listrik menjadi perintah sehingga membantu pasien dengan kondisi yang menyebabkan disfungsi motorik, seperti stroke dan ALS, berinteraksi dengan lingkungannya dan meningkatkan kualitas hidup mereka,” kata Ma Yongjie, seorang ahli bedah saraf di Universitas Kedokteran Modal Rumah Sakit Xuanwu di Beijing. Ma adalah salah satu anggota tim yang melakukan percobaan tersebut.
Teknologi implan komputer ke dalam otak ini bertujuan untuk membantu pasien dengan derita kelumpuhan parah mendapatkan kembali kemampuan mereka untuk berkomunikasi dengan mengendalikan teknologi eksternal hanya menggunakan sinyal saraf. Sejauh mana level uji coba yang disetujui FDA dalam penelitian Neuralink, tidak diketahui secara persis. FDA juga belum memberi komentar atas klaim Musk tersebut. Neuralink mengatakan dalam sebuah cuitan di Twitter bahwa perekrutan pasien untuk uji klinisnya juga belum dibuka.
Bagaimana cara kerja pengiriman sinyal dari otak ke komputer? Penelitian Brain-Computer Interfaces in Medicine yang ditulis dalam sebuah jurnal oleh Jerry J Shih dkk mengatakan, Brain Computer Interface atau Antarmuka Otak-Komputer (BCI) memperoleh sinyal dari otak, menganalisisnya, dan menerjemahkannya menjadi perintah yang diteruskan ke perangkat keluaran yang melakukan tindakan yang diinginkan. BCI tidak menggunakan jalur keluaran neuromuskuler normal. Tujuan utama BCI adalah untuk mengganti atau mengembalikan fungsi yang berguna bagi orang-orang yang sebagian organnya rusak akibat gangguan neuromuskuler seperti ALS, cerebral palsy, stroke, atau cedera tulang belakang.
Dari demonstrasi awal ejaan berbasis data elektroensefalografi (aktivitas listrik di dalam otak) dan kontrol perangkat berbasis neuron tunggal, para peneliti telah menggunakan sinyal otak elektroensefalografi, intrakortikal, elektrokortikografi, dan lainnya yang digunakan untuk mengontrol kursor, lengan robot, prostesis, kursi roda, dan perangkat lain yang semakin kompleks. Antarmuka otak-komputer juga terbukti bermanfaat untuk merehabilitasi kerusakan setelah stroke dan gangguan lainnya.
Pada masa depan, teknologi ini mungkin akan meningkatkan kinerja ahli bedah atau tenaga profesional medis lainnya ketika melakukan tindakan medis, secara khusus tindakan medis berkait dengan saraf dan otak. Teknologi antarmuka otak-komputer ini adalah fokus dari perusahaan penelitian dan pengembangan. Riset tentang hal itu berkembang pesat yang sangat menarik bagi para ilmuwan, insinyur, dokter, dan masyarakat pada umumnya.
Pencapaiannya pada masa depan akan bergantung pada kemajuan di tiga bidang penting. Teknologi antarmuka otak-komputer membutuhkan perangkat keras akuisisi sinyal yang nyaman, portabel, aman, dan dapat berfungsi di berbagai lingkungan. Sistem antarmuka otak-komputer perlu divalidasi dalam studi jangka panjang dalam hal penggunaan di dunia nyata oleh orang-orang dengan disabilitas parah serta menjadi model yang efektif dan layak untuk diseminasi secara luas. Terakhir, reliabilitas kinerja teknologi antarmuka otak-komputer dalam sehari-hari dan momen ke momen tertentu harus ditingkatkan sehingga mendekati reliabilitas fungsi berbasis otot alami.
Klaim Musk mungkin akan dituduh sebagai koar-koar dia saja seperti selama ini. Akan tetapi, melihat kajian-kajian ilmiah yang ada, kita makin yakin penerapan teknologi ini atau setidaknya uji coba awal makin dekat. Apabila suatu saat berhasil, pada saat itu manusia akan kembali mempertanyakan eksistensinya di semesta. Apabila sistem tubuh mereka satu per satu mulai diganti oleh komputer dan perangkat pendukungnya, sejauh mana mereka masih disebut manusia? Pertanyaan ini adalah pertanyaan umum setiap terjadi perubahan besar. Manusia akan mencari dirinya kembali di tengah semes
Link: https://www.kompas.id/baca/opini/2023/06/01/otak-manusia-segera-bisa-ditanami-kecerdasan-buatan-1
Tidak ada komentar:
Posting Komentar