Peningkatan kualitas serangan mulai terlihat jelas ketika kaum ekstremis pekan lalu menyerbu pasar di Urumqi, ibu kota Xinjiang. Sedikitnya 43 orang tewas dan puluhan orang cedera dalam serangan membabi buta hari Kamis malam lalu itu. Ibarat adegan film laga, kaum ekstremis semula membajak dua kendaraan, lalu menabrakkannya ke arah kerumunan massa di pasar. Satu kendaraan diledakkan dan para penyerang kemudian melarikan diri.
Aksi teror kaum ekstremis tidak hanya meminta korban jiwa begitu banyak, tetapi juga menimbulkan ketakutan mencekam. Gerakan kaum ekstremis, yang menuntut pembentukan negara terpisah di Xinjiang, semakin serius. Serangan berdarah ekstremis Uighur sebenarnya sudah sering dilakukan, termasuk ke Beijing, ibu kota negara, tetapi korban jiwa pada pekan lalu merupakan yang tertinggi sejak pecah kerusuhan etnik tahun 2009.
Konflik etnik antara suku mayoritas Han dan minoritas Uighur tahun 2009 di Urumqi dan sekitarnya menewaskan sekitar 200 orang. Semula Pemerintah Tiongkok berusaha melakukan pendekatan represif dan keamanan untuk mematahkan kekuatan kaum ekstremis, tetapi tidak efektif. Gerakan kaum ekstremis Uighur benar-benar menjadi api dalam sekam bagi Tiongkok.
Sungguh menarik pula, Pemerintah Tiongkok tidak hanya melakukan pendekatan keamanan, tetapi belakangan juga mengutamakan pendekatan kesejahteraan. Penguasa Tiongkok terus mendorong pembangunan infrastruktur besar-besaran di wilayah barat, yang memang ketinggalan dibandingkan dengan wilayah timur, di negeri berpenduduk lebih dari satu miliar itu.
Perekonomian di wilayah barat memang mulai berkembang, tetapi tidak mampu mengatasi kesenjangan dengan wilayah Tiongkok lainnya, terutama dengan wilayah timur. Kaum minoritas Uighur termasuk yang merasa diabaikan kepentingannya dalam proses pembangunan Tiongkok yang melesat tinggi sejak akhir tahun 1970-an.
Gerakan ekstremis Uighur sebenarnya dipicu oleh persoalan kesenjangan ekonomi. Sentimen primordial kesukuan dan keyakinan kemudian digunakan sekadar untuk memperkuat artikulasi perjuangan kepentingan sosial ekonomi. Pemerintah Tiongkok berusaha memperbaiki tingkat kesejahteraan masyarakat minoritas di wilayah barat, seperti Xinjiang, tetapi belum memuaskan.
Tantangan Tiongkok tentu saja tidak kecil dalam menghadapi ancaman bahaya separatisme kaum Uighur. Namun, upaya peningkatan kesejahteraan dan pemerataan pembangunan diyakini dapat meredam frustrasi sosial ekonomi, sekaligus mencegah ancaman separatisme.
Sumber: http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000006850357
Powered by Telkomsel BlackBerry®
Tidak ada komentar:
Posting Komentar