Ekspresi pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa dan Joko Widodo-Jusuf Kalla tampak santai, sesekali melempar senyum di bawah sorotan kamera, sungguh jauh dari kesan ketegangan. Kesan keceriaan juga diperlihatkan para pendukung pasangan Prabowo-Hatta, yang memperoleh nomor urut satu, dan pendukung Jokowi-JK, yang memperoleh nomor urut dua.
Kondisi kondusif yang ditampilkan kedua pasangan calon dengan semua pendukungnya diharapkan menjadi awal yang baik dan positif dalam kampanye menuju pemungutan suara tanggal 9 Juli mendatang.
Kiranya tidak kebetulan proses pengundian nomor urut dilaksanakan pada Hari Kelahiran Pancasila 1 Juni. Pemimpin yang terpilih memiliki tugas dan tanggung jawab melaksanakan nilai-nilai luhur Pancasila sebagai kontrak sosial. Semangat menghayati nilai-nilai Pancasila diharapkan pula akan menciptakan kerukunan dan kedamaian dalam kampanye dan pemungutan suara pemilihan presiden-wakil presiden meski pertarungan berlangsung ketat.
Hampir tak terelakkan, pertarungan pemilihan presiden-wakil presiden 2014 menjadi sangat ketat karena peluang kemenangan benar-benar terkunci mati hanya dalam satu putaran. Namun jelas pula pemilu bukanlah soal hidup-mati. Soal menang dan kalah pun hal biasa dalam kehidupan politik demokratis. Jauh lebih penting sebenarnya bagaimana meraih kemenangan atau menerima kekalahan secara terhormat.
Makna kemenangan akan menjadi hambar, dan kekalahan menjadi kegetiran berlipat-lipat, jika pertarungan dalam pemilu tidak dilakukan dengan cara-cara terpuji. Penggunaan cara tidak terpuji tidak hanya merugikan para pasangan calon, tetapi juga bisa mengacaukan kehidupan berbangsa. Semakin terdengar keluhan tentang penggunaan cara tidak terpuji, seperti terlihat pada kecenderungan menggunakan kampanye hitam dan negatif untuk memfitnah dan mendiskreditkan.
Perlu diangkat kembali, jika kecenderungan kampanye hitam dan negatif dibiarkan merebak luas tak terkendali, potensi ketegangan bahkan kekerasan akan semakin terbuka dengan dampak yang sulit diprediksi. Namun, sudah pasti peluang penyelenggaraan pemilu yang demokratis dan damai terancam sirna.
Semua pemangku kepentingan, para calon presiden dan wakil presiden dan pendukungnya masing-masing maupun masyarakat luas, memiliki kepentingan untuk menjaga ketertiban, ketenangan, dan perdamaian sebagai prasyarat pembangunan bangsa yang beradab. Dalam pengalaman getir banyak bangsa, kekacauan dan kekerasan mudah sekali dikobarkan, tetapi tidak gampang dihentikan, sementara dampaknya sungguh menyakitkan dan menghancurkan berbagai sendi kehidupan bersama.
Sumber: http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000006966750
Powered by Telkomsel BlackBerry®
Tidak ada komentar:
Posting Komentar