Tantangan dan risiko global dimaksud terkait pertumbuhan ekonomi global yang berpotensi lebih rendah daripada proyeksi sebelumnya akibat konsolidasi ekonomi negara-negara besar yang tak sesuai harapan (Kompas, 28/4).
Kita melihat, meski situasi global relatif kondusif dan momentum pemulihan ekonomi dunia menunjukkan penguatan, ekonomi global masih dihadapkan pada ketidakpastian. Arah kebijakan AS serta perlambatan ekonomi China masih menjadi faktor dominan penyumbang ketidakpastian, selain faktor seperti kondisi geopolitik global.
Dalam kesempatan terpisah, Menkeu Sri Mulyani Indrawati sebagai ketua Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) juga mengingatkan risiko eksternal dan internal yang menghadang perekonomian Indonesia saat ini. Risiko eksternal dikaitkan dengan kebijakan perdagangan AS yang cenderung proteksionis dan kebijakan pajak AS yang berdampak pada iklim investasi global. Faktor geopolitik terkait ketegangan dengan Korea Utara juga perlu diwaspadai.
Dari sisi internal, risiko bersumber dari tekanan meningkatnya kredit bermasalah sektor perbankan/lembaga keuangan nonbank, arus investasi asing, tekanan inflasi yang bersumber dari harga barang-barang yang diatur pemerintah (administered prices), serta risiko fiskal.
Kehati-hatian jadi pesan penting di sini, mengingat secara umum perekonomian domestik sendiri masih menunjukkan sinyal mixed. Neraca perdagangan relatif sehat dengan kecenderungan surplus di tengah membaiknya ekspor komoditas. Inflasi juga terkendali, rupiah relatif stabil.
Di sisi lain, meski reformasi struktural fiskal sejauh ini sukses berperan penting menjaga stabilitas ekonomi domestik di tengah melambatnya ekonomi global, risiko fiskal tetap menjadi tantangan pemerintah ke depan. Terutama masih rendahnya penerimaan pajak, berakhirnya program amnesti, dan tingginya kebutuhan pembiayaan pembangunan, khususnya infrastruktur.
Jangan sampai ambisi ekonomi yang terlalu ekspansif memunculkan tekanan baru pada fiskal, khususnya utang.
Permintaan domestik juga belum sepenuhnya pulih. Konsolidasi perbankan dan korporasi relatif juga berjalan lambat. Di sektor riil, selain membaiknya ekspor, meningkatnya jumlah pelaku usaha adalah sinyal positif.
Di tengah situasi global dan domestik seperti ini, memperkuat orkestrasi kebijakan dan sinergi semua pihak, termasuk fiskal dan moneter/keuangan oleh pemerintah, BI, dan Otoritas Jasa Keuangan, dalam rangka menjaga stabilitas, daya tahan, dan momentum akselerasi pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi penting. Memperbaiki iklim investasi dan kualitas pertumbuhan juga masih jadi tantangan besar pemerintah. Kuncinya, reformasi struktural.
Semua ini juga perlu ditopang oleh situasi kondusif dari sisi politik, hukum, keamanan, dan sosial.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar