Berjaket kulit hitam, berhelm layaknyabiker, Bang Wi siap sejak pagi di rumahnya. Dengan motor gedenya, setiap Minggu pagi, Gubernur DKI Jakarta (1987-1992) itu mengunjungi kelurahan-kelurahan. Di sana ia berkomunikasi langsung dengan aparat kelurahan dan warga. Masalah warga didengar langsung dan meminta pejabat terkait segera menyelesaikannya.
Bang Wi, panggilan Wiyogo Atmodarminto, bukanlah Bang Ali alias Ali Sadikin, Gubernur DKI Jakarta yang terkenal tegas dengan kebijakan yang terkesan kontroversial. Bang Ali membolehkan perjudian dan mengembangkan hiburan di Ibu Kota. Namun, pajaknya untuk membangun Jakarta agar sejajar dengan kota lain di dunia. Tidak melulu membangun gedung menjulang, Bang Ali memperbaiki kampung-kampung yang dikenal dengan Proyek M Husni Thamrin (MHT).
Dengan program BMW (Bersih, Manusiawi, dan Berwibawa), sebagai Gubernur DKI Jakarta, Bang Wi juga meninggalkan jejak berkesan bagi warga. Ia sangat berharap Jakarta menjadi Ibu Kota seperti kota-kota maju lain di dunia.
Penghapusan becak yang dianggap salah satu penyebab kemacetan lalu lintas di Jakarta secara bertahap tuntas dilaksanakannya. Ia tidak lantas memberi keleluasaan jalanan di Jakarta bebas dilalui becak dengan alasan semua warga berhak mendapatkan manfaat. Operasi penertiban becak sangat kontroversial pada zamannya karena dianggap menghilangkan hak rakyat kecil mencari nafkah. Baginya, alat transportasi bertenaga manusia itu bentuk pengisapan manusia atas manusia.
"Itu bentuk exploitation de l'homme par l'homme," katanya berulang. Para tukang becak dialihkan menjadi sopir angkot atau dibekali keterampilan lain sehingga bekerja lebih layak. Pada zamannya, Jakarta Fair atau Pekan Raya Jakarta dipindah dari kawasan Monas ke Kemayoran. Terminal Cililitan ke Kampung Rambutan.
Jejak-jejak Wiyogo dan para gubernur DKI lainnya mewarnai perjalanan Ibu Kota meski tertatih-tatih. Semuanya semata-mata ingin menjadikan Jakarta yang lebih tertata, maju, dan modern.
Sebagai pengganti seniornya di kemiliteran, Bang Yos atau Sutiyoso tak lantas mengobrak-abrik kebijakan Wiyogo. Ia, antara lain, meneruskan kebijakan pembatasan kendaraan three in one (3 in 1) di Jalan Sudirman-Thamrin dan "menyempurnakannya" dengan jalur khusus bus (busway) transjakarta. Kini, konsistensi kebijakan itu dinikmati warga Ibu Kota. Angkutan umum kian nyaman dan terintegrasi.
Gubernur berikutnya, Joko Widodo, dan penerusnya, Basuki Tjahaja Purnama , juga meninggalkan jejak yang masih kuat di ingatan warga Jakarta. Mereka tidak populer dipanggil bang, tetapi lebih dikenal sebagai Jokowi dan Ahok. Dari kebijakan mereka, sebut saja, lahir kampung deret, Kartu Jakarta Pintar, atau ruang publik terpadu ramah anak (RPTRA). Lokalisasi Kalijodo menjadi taman bermain terbaik dan menyenangkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar